motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
2.4 Teori Gaya Hidup Life Style Theory
Teori gaya hidup adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda
diantara beberapa gaya hidup itu telah memaparkan bahwa banyak orang yang memiliki resiko daripada gaya hidup lainnya. Teori gaya hidup ini dikembangkan
oleh Hindelang, Gottfredson dan Garafalo yang berarti berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini
dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan
terhadap resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.
Sebuah teori serupa yang dikembangkan oleh Kennedy dan Forde 1990 menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas sehari-hari
berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang lebih berbahaya lagi.
Sementara itu menurut Sampson dan Wooldredge 1987 menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya hidup apabila mereka terus-menerus
berinteraksi dengan kelompok yang memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki pertahanan diri yang lemah.
2.5 Sejarah Homoseksual Gay
Seksualitas mengandung makna yang sangat luas karena menyangkut aspek kehidupan yang menyeluruh, terkait dengan jenis kelamin biologis maupun sosial
gender, orientasi seksual, identitas gender dan perilaku seksual. Seksualitas adalah sebuah proses sosial yang menciptakan dan mengarahkan hasrat atau birahi manusia
the socially constructed expression of erotic desire, dan dalam realitas sosial, seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, sosial,
ekonomi, politik, agama dan spiritual Siti Musdah Mulia dalam www.nusantara- online.com. Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan
dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Sayangnya, masyarakat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang negatif, sehingga
tidak pantas atau tabu dibicarakan. Studi tentang seksualitas memperkenalkan tiga terminologi penting menyangkut seksualitas manusia, yaitu : identitas gender,
orientasi seksual dan perilaku seksual. Homoseksual ada disemua budaya dan lapisan masyarakat serta disepanjang
sejarah. Homoseksual merupakan istilah yang diciptakan pada tahun 1869 oleh bidang ilmu psikiatri di Eropa, untuk mengacu pada suatu fenomena yang berkonotasi
klinis. Pengertian homoseks tersebut pada awalnya dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Pengertian homoseks kemudian terbagi dalam dua istilah yaitu
Gay dan Lesbi. Hawkin pada tahun 1997 menuliskan bahwa istilah Gay atau Lesbi dimaksudkan sebagai kombinasi antara identitas diri sendiri dan identitas sosial yang
mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki perasaan menjadi dari kelompok sosial yang memiliki label yang sama. Istilah gay biasanya mengacu pada jenis
kelamin laki-laki dan istilah lesbian mengacu pada jenis kelamin perempuan Hartanto, 2006.
Komunitas gay dipandang rentan terhadap penularan PMS dan HIVAIDS. Mengingat perilaku seksual komunitas gay yang cenderung bebas dan berganti ganti
pasangan serta rendahnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur 18-29 tahun sebanyak 45 telah menjadi mitra
seksual dan ditemukan 9 diantaranya positif HIVAIDS Hirshfield dkk, 2003. PMS menjadi sangat serius, karena dapat menyerang dalam cakupan luas ke seluruh
penjuru dunia. PMS juga dapat dengan mudah menyebar dari satu orang kepada orang lain. PMS yang dapat menularkan pada komunitas homoseksual adalah
Gonorhoe, Sipilis, dan Harpes kelamin. Tetapi yang paling besar diantaranya adalah HIVAIDS, karena mengakibatkan kematian pada penderitanya, karena AIDS tidak
bisa diobati dengan antibiotik Zohra dan Raharjo, 1999. Pada tahun 1973 homoseksualitas dihilangkan sebagai suatu kategori
diagnostik oleh American Psychiatric Association dan dikeluarkan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Hal ini disebabkan karena pandangan
bahwa homoseksualitas adalah suatu gaya hidup alternatif, bukannya suatu gangguan patologis dan homoseksualitas terjadi dengan keteraturan sebagai suatu variasi
seksualitas manusia Davison GC. dkk, 2005. Penelitian dilakukan oleh Alfred C. Kinsey pada tahun 1948 menemukan bahwa 10 laki-laki adalah homoseksual,
sedangkan wanita sebesar 5 . Kinsey juga menemukan bahwa 37 dari semua orang yang melaporkan suatu pengalaman homoseksual pada suatu saat dalam
kehidupannya, termasuk aktivitas seksual remaja Kaplan dkk, 1997. Penelitian
menunjukkan bahwa hubungan anak laki-laki dan laki-laki lain di negara Peru dengan angka 10 - 60, di Brazil 5 - 13, di Amerika 10 - 14, di Botzwana 15, dan di
Thailand 6-16. Beberapa laki-laki menyadari bahwa dirinya Homoseksual atau Gay. Mereka melakukan hubungan seksual jangka panjang dengan wanita dan
kadang-kadang melakukan hubungan seks dengan pria dan sering tanpa diketahui pasangan wanitanya. Dalam kasus ini, hubungan seks mungkin dilakukan antara pria,
karena memang hanya pria saja yang tersedia sebagai pasangan seks Triningsih, 2006.
Perilaku homoseksual sudah dikenal manusia sejak zaman Nabi Luth as, yaitu kaum Sodom dan Gomorah. Hingga kini keberadaannya tetap ada, bahkan Amerika
Serikat dan beberapa Negara Eropa seperti: Belanda dan Denmark justru telah mensahkan perkawinan sejenis. Homoseksual terdiri dari: pertama, gay yaitu laki-laki
yang menyukai laki-laki. Kedua, lesbian, yaitu wanita yang menyukai wanita. Ketiga, waria, yaitu laki-laki yang merasa dirinya wanita dan tertarik hanya kepada laki-laki.
Adapun pola hubungan seksnya antara lain: fellatio, cunillingus dan anal. Upaya ilmuwan menguak tabir homoseksual pernah dilakukan. Pada tahun
1991, ilmuwan dari California melaporkan hasil CT scaning penyinaran terhadap otak pria gay dan pria normal. Yang ternyata berbeda. Kemudian tahun 1993,
ilmuwan dari National Institut of Health N,I,H di Marylnd Amerika menemukan adanya unsur DNA pada kromosom X yang menentukan orientasi seksual seseorang.
Sementara itu, temuan menggemparkan terjadi dalam riset yang dikemukakan Ward dari N.I.H. dalam eksperimennya, mereka menggunakan sejumlah lalat yang
telah ditransplantasi gen tunggal. Kemudian kumpulan lalat tersebut dimasukan ke
dalam botol. Hasilnya menunjukkan, lalat betina cenderung berada pada bagian atas dan bawah botol. Sedangkan lalat jantan hanya berada pada bagian tengah dan
membentuk ikatan rantai bergerombol. Yang menakjubkan, lalat jantan ternyata berperilaku gay, sedangkan lalat betina tetap normal.
Laporan yang ditulis dalam U.S National Academy Of Science tahun 1995 ini lantas menjadi rujukan sejumlah ilmuwan bahwa perilaku homoseksual memiliki asal
usul genetik atau sifat alami natural, sama seperti warna kulit, rambut, mata dan lain-lain. Namun demikian, hasil riset itu masih menyisakan pertanyaan, mengapa
lalat jantan itu berperilaku gay, sedangkan lalat betina tetap normal. Dalam eksperimen berikutnya malah menunjukan bahwa lalat jantan mampu membuahi lalat
betina.
2.6 Pengertian Homoseksual Gay