dimana data-data ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan analisis dan perbaikan di setiap proses.
2. Quality Filter Mapping
Quality Filter Mapping adalah sebuah alat baru yang dirancang untuk mengidentifikasi dimana masalah kualitas terjadi di dalam rantai pasok. Peta
akan menunjukkan dimana tiga tipe dari cacat terjadi pada rantai pasok. Ketiga jenis cacat tersebut yaitu:
a. Product defect, didefinisikan sebagai cacat pada barang yang diproduksi
yang tidak tertangkap oleh bagian inspeksi sehingga produk sampai ke tangan konsumen.
b. Service defect, adalah masalah yang diberikan ke konsumen yang tidak
berhubungan langsung ke produk tetapi lebih kepada pelayanan, seperti kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai pengiriman produk
apakah terjadi keterlambatan atau tidak, ataupun terjadinya kesalahan dalam pendokumentasian dan kertas kerja.
c. Internal scrap, merujuk kepada cacat yang dihasilkan pada proses produksi
yang tertangkap oleh bagian inspeksi. Pendekatan ini memiliki keuntungan dalam mengidentifikasi mana cacat
yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan pada aktivitas tersebut.
3.5. Lean Supply Chain
Menurut Watchravee 2010, aplikasi lean manufacturing tidak menjangkau bagian lain dalam rantai pasok di mana sejumlah besar produk disimpan dalam
Universitas Sumatera Utara
mengantisipasi permintaan konsumen. Walaupun kehadiran fasilitas lean manufacturing dalam rantai pasok telah mengurangi waktu produksi secara
dramatis, namun konsumen tetap mengalami delay yang signifikan untuk pengiriman permintaan mereka. Ide yang lebih luas mengenai konsep lean
enterprise diperkenalkan oleh Womach dan Jon es dalam artikel “From Lean
Production to the Lean Enterprise ” pada tahun 1994. Mereka melihat lean
enterprise sebagai sebuah kumpulan dari individu, fungsi dan perusahaan yang secara legal terpisah tapi secara operasional berhubungan. Tujuannya adalah untuk
mengaplikasikan teknik-teknik lean untuk menghubungkan rantai pasok up dan down untuk membentuk sebuah aliran nilai yang kontinu untuk mencapai tingkatan
yang lebih tinggi di keseluruhan rantai. Nightingale dan Milauskas 1999 memberikan definisi dari lean enterprise
sebagai sebuah entitas terintegrasi yang secara efisien menciptakan nilai untuk banyak stakeholder dengan menggunakan prinsip dan praktik lean. Desain dari lean
enterprise menggabungkan atribut dan nilai lean sebagai kebutuhan mendasar untuk pembentukan kembali enterprise tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
konsep lean enterprise memiliki perspektif yang lebih luas dibandingkan konsep lean tradisional. Filosofi lean enterprise digambarkan sebagai sebuah filosofi
keseluruhan organisasi yang menembus batasan dari berbagai departemen dalam perusahaan, dan dapat diaplikasikan di lantai pabrik. Dapat disimpulkan bahwa
tujuan lean enterprise ada pada tingkat rantai pasok dan konsep lean enterprise diadopsi menjadi lean supply chain.
Universitas Sumatera Utara
Bagian utama dari konsep lean tradisional adalah pengurangan waste, tapi dalam konteks rantai pasok, operasi yang optimal dapat berarti meningkatkan waste
dalam satu bagian dari rantai pasok untuk memperoleh pengurangan waste yang lebih besar di bagian lain. Tujuan dasar dari lean supply chain adalah untuk
mengoptimalkan performa rantai pasok sebagai sebuah kesatuan yang mengikutsertakan aplikasi prinsip lean di sepanjang rantai pasok. Oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok penting untuk bekerja sama untuk memperbaiki penjadwalan, pengiriman, dan proses, yang membuat mereka dapat
hanya menyimpan jumlah inventory yang dibutuhkan untuk menjaga interupsi aliran. Hal ini terlihat sulit karena dibutuhkan usaha yang terkoordinir antar
perusahaan dalam rantai pasok yang seringkali sulit untuk diimplementasikan. Productivity Press menggambarkan proses yang digunakan untuk membentuk
sebuah lean supply chain sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi dan memprioritaskan supplier untuk bekerja sama dan memperoleh informasi untuk mengendalikan biaya dan target pengurangan
waktu siklus. 2.
Perjanjian dan pembentukan tim. 3.
Rencana dasar pengukuran dan peningkatan yang kontinu dengan memperhatikan tiga aliran nilai aliran produk, informasi dan pemecahan
masalah 4.
Continuous improvement event. Sementara Phelps 2003 menghadirkan lima langkah untuk mencapai lean
supply chain yang dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pilih target rantai pasok
2. Ukur current state dalam rantai pasok
3. Tentukan bagaimana keadaan terbaik
4. Implementasikan perubahan
5. Bagikan hasil dengan konsumen dan supplier saat ini dan yang potensial.
Untuk dapat memilih tool yang tepat untuk membangun sebuah lean supply chain, karakteristik dari lean supply chain dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lean supply chain merujuk kepada total enterprise dan rantai pasok
2. Lean supply chain membutuhkan penghapusan semua yang termasuk non value
added atau waste. 3.
Lean supply chain adalah sebuah proses dinamis dari perubahan yang dikendalikan oleh kumpulan prinsip yang sistematis dan bertujuan untuk
continuous improvement secara keseluruhan. 4.
Lean supply chain membutuhkan usaha yang terkoordinasi antar bagian dalam rantai pasok.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PTPN IV Adolina yang berada di Perbaungan,
Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2016 sampai 10
Juni 2016.
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah rantai pasok PTPN IV unit usaha Adolina.
4.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan temuan-temuan praktis atau untuk keperluan
pengambilan keputusan operasional. Karena tujuannya untuk pengambilan keputusan operasional guna mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan
baru, maka penelitian ini kurang memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan Sinulingga; 2011.
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dapat diuraikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara