Analissi perbandingan rasio keuangan Bank Syariah sebelum dan sesudah menerapkan Corporate social responsibility (CSR)
ANALISA PERBANDINGAN RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy)
Oleh:
KHAIRUNNISA 106046103710
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISA PERBANDINGAN RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy) Oleh:
Khairunnisa NIM. 106046103710
Di bawah bimbingan Pembimbing
Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag. NIP. 150277991
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Ramadhan 1431 H 02 September 2010 M
(4)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ANALISA PERBANDINGAN RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI PADA PT. BANK MUAMALAT, Tbk.), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA., MM. NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (...)
NIP. 197107011998032002
Sekretaris : H.Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. (...) NIP. 197407252001121001
Pembimbing : Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag. (...) NIP. 150277991
Penguji I : Dr. Asmawi, M.Ag. (...) NIP. 197210101997031008
Penguji II : Djaka Badranaya, ME. (...) NIP. 197705302007011008
(5)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah serta pertolongan-Nya
akhirnya dengan penuh kesabaran penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh
penulis. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi
Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Yayan Sofyan, M. Ag., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya, serta perhatian membantu penulis
dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.
4. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Staf akademik, staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, staf
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta staf perpustakaan
(6)
vi
6. Orang Tua-ku Tercinta Bapak Syaefuddin & Ibu Sopiah, Adik-adikku Dewi
Afriyanti dan Amir Mukhlis, dan seluruh keluarga besar yang telah
memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk teman-teman terbaikku: Eva, Rina, Vivi, Putri, Hafid, Basir, Faiz,
Dede, Doel, Zul, Rico, Zaky, Uchon, Iksan, Toyyib, Ali, Rikza dan
teman-teman seperjuangan lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu karena terlalu
banyak, yang dari awal hingga akhir dalam perkuliahan dan penulisan skripsi
terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk Nurusdianto, terima kasih atas doa, perhatian dan bantuannya yang
diberikan kepada penulis, terutama pada masa penulisan skripsi ini hingga
selesai.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan kemampuan penulis,. Sehubungan dengan itu, penulis
sangat berharap kritik membangun, saran dan masukan dari pembaca.
Jakarta, 23 Ramadhan 1431 H
02 September 2010 M
(7)
DAFTAR ISI……….……….. vii
DAFTAR TABEL...……….……….… xi
DAFTAR GRAFIK……….……….…... xii
DAFTAR NILAI OUTPUT………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……….……….… ……... xiv
BAB I PENDAHULUAN……….……….………. 1
A. Latar Belakang Masalah.……….…………... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 5
D. Review Studi Terdahulu……… 7
E. Kerangka Teori dan Konseptual……… 10
F. Hipotesis………..……….. 15
H. Sistematika Penulisan……….……….. 15
BAB II LANDASAN TEORI……….……….. 18
A. Corporate Social Responsibility (CSR)……… 18
1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)………. 18
2. Fungsi dan Tujuan CSR………... 21
3. Prinsip-Prinsip CSR………. 23
4. Tahapan Penerapan CSR………... 25
5. Penerapan CSR di Indonesia……….……… 29
B. Bank Syariah……….. 33
(8)
1. Bank Umum Syariah……….……… 34
2. Kegiatan Operasional Bank Syariah……….. 34
C. Kinerja Bank………..……… 35
D. Laporan Keuangan Bank……….. 37
1. Definisi Laporan Keuangan………….………. 37
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan………..…………. 38
3. Laporan Keuangan Bank……… 39
4. Laporan Keuangan Bank Syariah……….. 42
5. Rasio Keuangan………. 44
a. Rasio Profitabilitas………... 44
b. Rasio Perbaikan Asset……….. 45
c. Rasio Kehati-Hatian………. 46
d. Rasio Likuiditas……… 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...………. 48
A. Ruang Lingkup Penelitian….……….…... 48
B. Pemilihan Sampel……….…... 48
C. Metode Pengumpulan Data……….…... 48
D. Metode Analisis Data……….…... 49
1. Menghitung Rasio-Rasio………..….…... 49
a. Return On Equity (ROE)……….…... 49
b. Return On Asset (ROA)……….…... 49
c. Biaya Pendapatan Operasional……….. 50
(9)
d. Non Performing Finance……….. 50
e. Capital Adequacy Ratio………. 50
f. Financing to Deposit Ratio……… 51
2. Uji Statistik……… 51
a. Wilcoxon Test………..…… 52
E. Operasional Variabel Penelitian……… 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……….………. 56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…….………... 56
1. Sejarah Singkat CSR……….……… 56
2. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk………... 60
a. Konsep dan Implementasi CSR Bank Muamalat………. .64
B. Analisa Rasio Keuangan ………..……… 66
1. Return on Aset (ROA)...…...68
2. Return on Equity (ROE)...….71
3. Capital Adequacy Ratio………..……….. 75
4. Finance Deposit to Ratio (FDR)………...79
5. Non Performing Finance……….……... 83
6. Biaya Operasional Pendapatan Operasional………...…. 86
BAB V PENUTUP………...90
A. Kesimpulan………... 90
B. Saran………... 92
(10)
DAFTAR PUSTAKA………93 LAMPIRAN……….. 97
(11)
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Rasio Keuangan tahun 2000 – 2009... 67
2. Tabel 2. ROA Sebelum dan Sesudah CSR... 68
3. Tabel 3. ROE Sebelum dan Sesudah CSR... 71
4. Tabel 4. CAR Sebelum dan Sesudah CSR... 74
5. Tabel 5. FDR Sebelum dan Sesudah CSR... 78
7. Tabel 6. NPF Sebelum dan Sesudah CSR... 81
8. Tabel 7. BOPO Sebelum dan Sesudah CSR... 85
(12)
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1. Rasio Keuangan tahun 2000 – 2009... 68
2. Grafik 2. ROA Sebelum dan Sesudah CSR... 69
3. Grafik 3. ROE Sebelum dan Sesudah CSR... 72
4. Grafik 4. CAR Sebelum dan Sesudah CSR... 75
5. Grafik 5. FDR Sebelum dan Sesudah CSR... 79
6. Grafik 6. NPF Sebelum dan Sesudah CSR... 82
7. Grafik 7. BOPO Sebelum dan Sesudah CSR... 86
(13)
DAFTAR NILAI OUTPUT SPSS
1. Output 1.Uji Wilcoxon Match Pairs Test... 70
2. Output 2. Nilai Statistik Uji... 71
3. Output 3. Uji Wilcoxon Match Pairs Test... 73
4. Output 4. Nilai Statistik Uji... 74
5. Output 5. Uji Wilcoxon Match Pairs Test... 76
6. Output 6. Nilai Statistik Uji... 77
7. Output 7. Uji Wilcoxon Match Pairs Test... 80
8. Output 8. Nilai Statistik Uji... 81
9. Output 9. Uji Wilcoxon Match Pairs Test... 83
10. Output 10. Nilai Statistik Uji... 84
11. Output 11. Uji Wilcoxon Match Pairs Test... 87
12.Output 12. Nilai Statistik Uji... 88
(14)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rasio-Rasio Keuangan 2000 -2009 Lampiran 2. Grafik Rasio-Rasio Keuangan 2000 – 2009. Lampiran 3. Hasil Output SPSS.
Lampiran 4. Tabel Perhitungan Rasio Keuangan.
.
96 99 103 110
(15)
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya tuntutan publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud implementasi Good
Corporate Governance (GCG). Salah satu prinsip GCG adalah permasalahan
pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.1
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas disebutkan dalam pasal 1 ayat 3: Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangungan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga,
Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank
1
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapan dalam konteks Indonesia, PT. Ray Indonesia, Jakarta, 2006, h. 11
(16)
Islam lahir sebagai salah satu solusi alternative terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba.2
Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al Quran dan Hadis. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan denga prinsip syariat Islam.
Corporate Social Responsibility (CSR) menurut World Bank Group
adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara-cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.3
Dalam pedoman Good Corporate Governance untuk perbankan Indonesia CSR masuk dalam salah satu kegiatan diantara empat asas yang ada, yaitu asas Tanggung Jawab (Responsibility). Sebagai wujud dari CSR dalam asas itu
2
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, , (Yogyakarta: UPPAMPYKPN, 2005), h. 1
3
Kiroyan, Noke, Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility: Adakah kaitan diantara keduanya, Edisi III, Economic Business Accounting Review, 2006
(17)
disebutkan bahwa bank harus bertindak sebagai good citizen, termasuk peduli terhadap lingkungan dan melakukan tanggung jawab sosial.4
Bank syariah sudah seharusnya melakukan kegiatan CSR seperti yang tercantum pada UU No. 40/2007 tersebut sebagai bagian dari kegiatan bisnis utamanya yang berarti dilaksanakan sebaik-baiknya dengan tujuan sustainability
bank syariah, lingkungan dan komunitas sekitarnya.5
Dalam menjalankan kegiatan usaha, setiap perusahaan tidak pernah lepas dari masalah finansial. Hal ini diharapkan karena adanya sistem keuangan di setiap perusahaan, tanpa adanya sistem keuangan di dalam perusahaan maka seluruh kegiatan usaha tidak akan berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan.
Laporan keuangan digunakan sebagai bahan untuk mengelola data dan menganalisa keuangan. Data-data yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan hasil kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Pentingnya hasil analisis keuangan, dapat dipakai sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan bagi para pemilik perusahaan, para investor dan pihak-pihak lain yang memerlukan laporan keuangan,
4
Dyah Virgoana Gandhi, Creating Value Through Corporate Social Responsibility melalui Pemberdayaan UMKM, makalah bidang moneter SESPIBI angkatan XXVI, Jakarta, 2004, h.4
5
Alihozi, Strategi CSR Bank Syariah, artikel diakses pada 11 februari 2009 dari http://alihozi77.blogspot.com.
(18)
Penganalisaan dan penginterpretasian laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu cara untuk dapat memberikan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap kondisi keuangan maupun kinerja keuangan perusahaan. Adapun alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangan adalah rasio-rasio keuangan.
Rasio keuangan dapat memberikan dasar ukuran bagi penilaian surat-surat berharga dan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan status perusahaan baik dengan perusahaan lain maupun dengan perusahaan itu sendiri dalam kurun waktu yang berbeda.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Analisa Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah Sebelum dan Sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasannya dalam ruang lingkup sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia sebelum dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
(19)
2. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan tahunan yang dipublikasi, antara lain: Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Capital Adequecy Ratio (CAR), Finance Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan BOPO.
Agar lebih terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
2. Bagaimana rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia sebelum dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
3. Berapa besar pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui konsep dan implementasi CSR Bank Muamalat
2. Untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan Bank Muamalat sebelum dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
(20)
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh CSR terhadap rasio keuangan Bank Muamalat
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan investasi yang lebih menguntungkan
2. Bagi bank syariah yang belum menerapkan CSR, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan program CSR dan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perbankan syariah
3. Bagi Akademis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian ilmiah yang lain atau sejenis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mempraktekkan berbagai teori selama perkuliahan terutama mata kuliah manajemen keuangan.
(21)
D. Review Studi Terdahulu
Identitas Pembahasan Perbedaan
Skripsi Ika Fitrianti
(2008), Jurusan Manajemen Dakwah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang “Strategi
Pendistribusian dana CSR PT (Persero) Angkasa Pura II Kantor Cabang Utama dalam Upaya Mensejahterakan Masyarakat Sekitar Bandara Soekarno-Hatta”.
Menggunakan analisis deskriptif untuk membahas mengenai strategi PT. Angkasa Pura dalam mendistribusikan dana
CSR untuk mensejahterakan
masyarakat sekitar bandara Soekarno Hatta.
Masalah yang akan dibahas berbeda. Penelitian ini membahas
perbandingan rasio keuangan bank syariah sebelum dan sesudah CSR. Objek penelitiannya juga berbeda, yaitu pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Skripsi Noor Rahmah (2009), Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang “Pelaksanaan
Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Bakrie Swasakti Utama dalam perspektif Islam”
Menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan CSR yang
dilaksanakan oleh PT. Bakrie Swasakti Utama dilihat dari sudut pandang Islam.
Berbeda masalah yang akan diteliti dan objek penelitian. Penelitian sekarang akan membahas
perbandingan rasio keuangan bank Muamalat
sebelum dan sesudah CSR.
(22)
(2009), NIM 105081002587, 938 MNJ,
mahasiswa jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan
Sesudah Menerapkan Tanggung Jawab Sosial (studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
metode wilcoxon match pairs test dan kruskal walls, dapat disimpulkan
bahwa besarnya peningkatan dan penurunan kinerja keuangan pada rasio likuiditas yaitu rata-rata sebesar 50% dari sebelum implementasi CSR. Pada rasio aktivitas terjadi peningkatan kinerja keuangan sesudah implementasi CSR sebesar
17%. Perbedaan rasio solvabilitas sebelum dan sesudah CSR menurun rata-rata sebesar 17%. Peningkatan rata-rata rasio profitabilitas sebelum dan sesudah menerapkan CSR sebesar 28%. Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (pada rasio pertumbuhan dan rasio market value) sebelum dan sesudah menerapkan CSR
membahas kinerja keuangan, hanya membandingkan beberapa
rasio keuangan saja. Objek
penelitiannya bank Muamalat Indonesia. Menggunakan metode penelitian wilcoxon match pairs test dan analisa deskriptif
(23)
Sunaryo (2009), Jurusan Asuransi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang “Konsep
dan Strategi Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. Takaful Indonesia”.
deskriptif untuk menjelaskan konsep dan
strategi CSR PT. Takaful Indonesia.
akan diteliti dan objek penelitian. Penelitian sekarang akan membahas
perbandingan rasio keuangan bank Muamalat
sebelum dan sesudah CSR
Yosefa Sayekti dan Ludovicus Sensi Wondobio, “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi X, AKPM-08, Program Ilmu Akuntansi FEUI, 2007
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, meskipun hasilnya beragam. Roberts
(1992) menemukan korelasi yang positif, sedangkan sembiring (2003) dan Sayekti (2006) menemukan korelasi yang negative. Selanjutnya haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) tidak menemukan korelasi
Berbeda masalah yang akan diteliti dan objek penelitian. Penelitian sekarang akan membahas
perbandingan rasio keuangan bank Muamalat
(24)
antara leverage dan pengungkapan CSR. Faktor-faktor Corporate
Governance juga
dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan informasi CSR dalam
laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan
komisaris, ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan struktur kepemilikan berkorelasi dengan pengungkapan CSR
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Dewasa ini, konsep Sustainability Development dan Corporate Social
Responsibility (CSR) sedang berkembang. Perusahaan yang tidak memiliki
kepedulian social dengan lingkungan sekitarnya akan banyak menemui berbagai kendala. Selain itu globalisasi telah mendorong dan membawa dampak semakin kompetitifnya persaingan di dunia bisnis.
(25)
Kini, perusahaan yang peduli akan aktivitas-aktivitas CSR mulai melaporkan aktivitas tersebut dalam laporan tahunan perusahaan bahkan beberapa perusahaan ada yang melaporkannya terpisah dari laporan tahunan. Laporan ini merefleksikan aktivitas CSR dalam proses bisnis perusahaan dan terdiri tidak hanya dari kinerja ekonomi, namun juga kinerja social dan kinerja lingkungan.
Program CSR Bank Muamalat dilaksanakan melalui lembaga Baitul Maal Muamalat (BMM) serta disalurkan secara langsung oleh Bank Muamalat. Beberapa program BMM antara lain: Program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat) merupakan program pemberdayaan ekonomi keluarga miskin di Indonesia dan masjid sebagai basis pembinaannya. Kegiatannya dalam bentuk pemberian bantuan pinjaman qardh, pembinaan keterampilan usaha, kedisiplinan ibadah, berinfaq dan menabung. Program ini menjangkau 22 Propinsi di Indonesia dengan jumlah masjid yang berjumlah 202 masjid sampai akhir 2008. Peserta pada tahun 2005 mencapai 4.686 peserta, dan dana yang dikelola mencapai Rp. 8,2 milyar.6
Dalam menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan perlu menyiapkan budget khusus untuk kegiatan implementasi CSR. Segala bentuk penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan dicatat dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut
6
Berita Muamalat, Program KUM3 diakses pada 11Februari 2009 dari http://www.muamalatbank.com/index.php/home/news/muamalat_news/238
(26)
siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode.7
Bank sebagai lembaga kepercayaan, dalam operasionalnya juga berfungsi sebagai public service yang berusaha dengan dana masyarakat, sangat perlu memberikan informasi kepada masyarakat luas terutama mengenai keadaan keuangannya. Ini sangat terkait dengan tinggi rendahnya kepercayaan yang akan diberikan masyarakat kepada suatu bank atau sektor perbankan secara keseluruhan.8
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase maupun kali.9
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum, terdapat beberapa rasio yang wajib dipelihara oleh industri jasa perbankan. Kewajiban tersebut dimaksudkan agar kondisi keuangan suatu bank dapat terjaga tingkat kesehatannya, disamping agar senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian. Kondisi keuangan suatu bank disorot dari faktor-faktor:
7
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, ,(Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 4
8
Eddie Rinaldy, Membaca Neraca Bank, (Jakarta: CV. Karya Gemilang, 2008), h. 63
9
(27)
1. Capital (permodalan)
Capital Adequecy Ratio (CAR), adalah perbandingan jumlah modal bank
terhadap aktiva tertimbang menurut rasio (ATMR).
2. Asset Quality (kualitas aktiva produktif)
a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP), adalah perbandingan jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif.
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
3. Management (manajemen)
4. Earning (pendapatan atau rentabilitas)
a. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
b. Return on Asset (ROA), adalah perbandingan jumlah laba bersih terhadap rata-rata volume usaha.
c. Return on Equity (ROE), adalah perbandingan jumlah laba bersih
(28)
5. Liquidity (likuiditas).10
a. Net Call Money, perbandingan jumlah kewajiban bersih pinjaman antar bank (call money) dalam rupiah terhadap aktiva lancar dalam rupiah.
b. Giro Wajib Minimum (GWM), merupakan kewajiban setiap bank umum untuk menyimpan dananya dalam bentuk giro pada Bank Indonesia.
c. Finance to Deposit Ratio (FDR), adalah perbandingan jumlah
pembiayaan yang diberikan terhadap dana yang diterima bank.
Kerangka Konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:
Rasio keuangan sebelum CSR
Bank menerapkan CSR
Rasio keuangan sesudah CSR
Analisa perbandingan rasio keuangan sebelum dan sesudah CSR
10
(29)
F. Hipotesis
Peneliti menyimpulkan sementara, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan bank muamalat sebelum dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), yang berarti CSR berpengaruh terhadap rasio keuangan bank. Hipotesis tersebut dirumuskan dengan symbol sebagai berikut:
1. Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan bank
sebelum dan sesudah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jadi, CSR tidak berpengaruh terhadap rasio keuangan Bank Muamalat. 2. Ha = ada perbedaan yang signifikan antara antara rasio keuangan bank
sebelum dan sesudah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jadi, CSR berpengaruh terhadap rasio keuangan Bank Muamalat.
G. Sistematika Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”
(30)
Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas teori CSR yaitu definisi CSR, fungsi dan tujuan CSR, Prinsip-prinsip CSR, Tahapan penerapan CSR, dan Penerapan CSR di Indonesia. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai bank syariah dan Laporan keuangannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian, pemilihan sampel, Metode pengumpulan data, Metode analisis, dan Operasional Variabel penelitian.
BAB IV ANALISIS TERHADAP DATA PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan deskripsi rasio keuangan Bank Muamalat, hasil analisis uji signifikansi Wilcoxon Match Pairs test, dan analisis deskriptif komparatif rasio keuangan bank sebelum dan sesudah CSR.
(31)
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini memuat kesimpulan dari hasil pengolahan data dan saran dari penulis.
(32)
LANDASAN TEORI
A. Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
The world business council for sustainable development (WBCSD),
mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai “continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life the workforce as well as the local
community and society at large” yang dapat diartikan sebagai berikut:
”komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.1
Versi lain mengenai CSR dilontarkan oleh World Bank yang mengartikan CSR sebagai: “the commitement of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representative the local
1
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007), h. 7
(33)
community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”.2
Sedangkan dari sisi etimologi CSR kerap diterjemahkan sebagai “tanggung jawab sosial perusahaan atau tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung tawab sosial dunia usaha. Yusuf wibisono mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia. Bahkan dengan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kualitas keseimbangan dalam masyarakat. Dalam bidang ekonomi dan bisnis, aksioma tanggung jawab ini dijabarkan menjadi suatu pola perilaku tertentu. Karena manusia telah menyerahkan suatu tanggung jawab yang tegas untuk memperbaiki kualitas lingkungan ekonomi dan sosial, maka perilaku konsumsi seseorang tidak sepenuhnya bergantung pada penghasilan sendiri, ia juga harus menyadari tingkat penghasilan dan konsumsi berbagai anggota masyarakat yang lain.
2
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007), h. 8.
(34)
Allah SWT menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas semua yang manusia lakukan.3 Konsepsi tanggung jawab dalam Islam mempunyai sifat berlapis ganda dan terfokus pada tingkat mikro (individual) maupun tingkat makro (organisasi dan sosial) yang kedua-duanya harus dilakukan secara bersama-sama.
Dalam Islam diakui adanya suatu tanggung jawab sosial seperti yang tercantum dalam QS. Fathir ayat 29:
⌧ ☺
⌧
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”.
Dari ayat di atas dapat dilihat metafora bisnis bahwasanya kebaikan derma seseorang bukan semata karena berasal dari jumlah yang berlebihan, namun berasal dari karunia yang Allah SWT telah sediakan untuknya. Dan orang tersebut harus mengalokasikan dari sebagian harta yang dia miliki, dalam posisinya sebagai pelaku bisnis untuk investasi sebagai capital. Karena Allah
3
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam
(35)
akan memberikan garansi sebuah balasan di akhirat kepada perdagangan yang baik.
Karena Islam tidak mengakui keberadaan sebuah usaha sebagai entitas perusahaan legal yang pemiliknya tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap berbagai masalah yang diciptakannya. Karena jika suatu usaha menciptakan masalah, maka pemiliknya harus siap untuk menyelesaikannya.
Beberapa prinsip Islam dalam menjalankan bisnis yang berkaitan dengan CSR: 4
1. Menjaga lingkungan dan melestarikannya (Al Maidah: 32) 2. Upaya untuk menghapus kemiskinan (AL Hasyr: 7)
3. Mendahulukan sesuatu yang bermoral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, walaupun mendatangkan keuntungan yang lebih besar (Al Maidah: 103)
4. Jujur dan amanah (Al Anfal: 27)
2. Fungsi dan Tujuan CSR
a. Fungsi bagi individu karyawan
1) Belajar metode alternatif dalam berbisnis
2) Menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru
4
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing , (Bandung: Mizan, 2006), h. 69.
(36)
3) Mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru
4) Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi kontribusi bagi komunitas
5) Mendapatkan persepsi baru atas berbisnis
b. Fungsi bagi penerima program
1) Mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya 2) Mendapat keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang
segar dan kreatif dalam memecahkan masalah 3) Memperoleh pengalaman dari organisasi besar
c. Fungsi bagi perusahaan
1) Memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas bekerjasama dengan komunitas
2) Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal
3) Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas
4) Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan menjadi duta besar bagi karyawan
(37)
Tujuan Program CSR:5
a. Meminimalisasi resiko sosial
b. Membangun harmonisasi dengan masyarakat
c. Peran aktif dalam memperbaiki masyarakat dengan melibatkan perusahaan pada masyarakat sekitar
d. Pengembangan bisnis perusahaan
e. Menumbuh kembangkan kepercayaan masyarakat dan mitra bisnis
f. Meningkatkan harapan masyarakat agar perusahaan mengejar sasaran sosial dan ekonomis
3. Prinsip-Prinsip CSR
Menurut Organization for Economic Cooperation and development
(OECD) pada saat pertemuan para menteri negara-negara anggotanya di Paris tahun 2000, yang menyepakati pedoman bagi perusahaan multinasional dengan kebijakan umum tentang prisip-prinsip CSR yaitu6:
Memberi kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
a. Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi kegiatan yang dijalankan perusahaan tersebut sejalan dengan kewajiban dan komitmen pemerintah dan di Negara tempat perusahaan beroperasi
5
Sri subekti, skripsi Konsep dan Strategi CSR PT Takaful Indonesia, 2009 h.23
6
(38)
b. Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerjasama yang erat dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis selain mengembangkan kegiatan perusahaan di pasar dalam dan luar negeri
c. Mendorong pembentukan tenaga kerja, khususnya melalui penciptaan kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi para karyawan
d. Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan di luar yang dibenarkan secara hukum yang terkait dengan sosial, lingkungan, keselamatan kerja, insentif finansial dan isu-isu lain
e. Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip GCG serta mengembangkan dan menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik
f. Mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik system manajemen yang mengatur diri sendiri secara efektif guna menumbuh kembangkan relasi saling percaya antara perusahaan dengan masyarakat tempat operasi perusahaan
g. Mendorong kesadaran pekerja sejalan dengan kebijakan perusahaan melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan pada pekerja termasuk melalui program-program pelatihan.
(39)
4. Tahapan Penerapan CSR
a. Tahap Perencanaan, terdiri atas 3 langkah utama: 7
1) Awareness building, merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui: seminar, lokakarya, dll.
2) CSR assessement, merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR yang efektif.
3) CSR manual building. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan,
pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
Prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk perencanaan CSR secara umum antara lain:
1) Menetapkan Visi, merupakan langkah penting dalam penyusunan program CSR, karena visi merupakan gambaran dari sesuatu yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
7
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan Aplikasi CSR,(Gresik: Fascho publishing, 2007), h. 127.
(40)
2) Memformulasikan Misi, misi mendeskripsikan alasan mengapa perusahaan perlu melakukan program CSR. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan mengkomunikasikan pandangan umum dari perusahaan. Misi menginformasikan tentang perusahaan dan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk program CSR. Misi merupakan cara untuk mencapai visi yang diinginkan.8
3) Menetapkan Tujuan, tujuan merupakan hasil akhir atau wujud kongkret dari sebuah visi. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan kapan akan diselesaikan dan sebaiknya diukur.
4) Menetapkan Kebijakan, kebijakan perusahaan merupakan pedoman umum sebagai acuan pelaksanaan program CSR yang akan dijalankan.
5) Merancang Struktur Organisasi, pelaksanaan program CSR dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang menitipkan program CSR pada struktur eksisting, namun tidak sedikit pula yang telah membentuk sebuah struktur organisasi yang secara khusus menangani program CSR. Sebagai kegiatan yang bersifat strategis, maka idealnya program CSR ditempatkan pada posisi struktur yang strategis dalam perusahaan. Semakin besar kegiatan yang dikelola tentunya memerlukan struktur organisasi yang lebih presentatif. Sehingga jelas tujuan
8
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007), h. 133.
(41)
program CSR yang dijalankan bisa benar fokus, terarah, termonitor dengan efektif.
6) Menyediakan SDM, keberhasilan pelaksanaan program CSR tidak dapat dilepaskan dari peranan SDM yang terlibat di dalamnya. SDM merupakan aset perusahaan yang sangat berharga. SDM merupakan sector penopang utama dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menilai aset SDM tidak cukup hanya menyebutkan jumlah karyawan, rincian jenjang pendidikan karyawan dan tingkat kualitas SDM.
7) Membagi Wilayah, agar lebih fokus pada sasaran, perusahaan dapat membuat pembagian wilayah. Dasar pembagian wilayah ini sangat fleksibel, bisa berdasarkan lokasi, dampak, jenis, ukuran, atau dana yang disediakan perusahaan. Pembagian wilayah ini sangat membantu perusahaan untuk menentukan prioritas pelaksanaan program-program CSR.
8) Mengelola Dana CSR, implementasi program CSR sangat tergantung dari dana yang disediakan oleh perusahaan. Program yang sangat tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh pendanaan yang memadai. Yang lebih penting lagi bila dana telah teralokasikan adalah pengelolaannya.
9) Self Managing Versus Outsourcing, untuk melakukan program CSR,
perusahaan dapat memilih alternartif pengelolaan yaitu dengan melakukan self managing artinya perusahaan melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan CSR-nya dengan menugaskan beberapa karyawannya untuk menangani program CSR atau melalui outsourcing dimana perusahaan dapat meminta
(42)
bantuan kepada pihak ketiga yang mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan yag diperintahkan oleh perusahaan.
10) Evaluasi Program CSR. Setelah implementasi program CSR adalah mengevaluasi program. Evaluasi bisa dilakukan harian, bulanan, triwulanan dan semesteran atau tahunan tergantung kebutuhan perusahaan.
b. Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak akan optimal. Padahal anggaran yang telah dikucurkan mungkin tidak bisa dibilang kecil. Oleh karena itu perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dibuat.
c. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan dengan meminta pihak indepennden untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan. Evaluasi tersebut dapat membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian
(43)
perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasar rekomendasi yang diberikan.
d. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi, selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan.
5. Penerapan CSR di Indonesia
Di antara Negara-negara di Asia, pertumbuhan CSR di Indonesia dapat dikategorikan sebagai yang terendah. Pada tahun 2005, perusahaan yang memberikan laporan atas pertanggung jawaban sosial yang telah mereka lakukan hanya sejumlah 27 perusahaan, perhitungan ini dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang pada tahun 2005 hingga sekarang menyelenggarakan
Indonesia Sustainability Report Award (ISRA). Penghargaan ini diberikan
kepada perusahaan di Indonesia yang mendaftarkan diri serta membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR.
Pada tahun 2007, diadakan perubahan kategori dengan menghilangkan kategori impressive dan progressive, namun menambahkan penghargaan khusus berupa commendation for sustainability reporting: first time sustainability
(44)
report. Sampai dengan ISRA 2007, perusahaan tambang, otomotif, BUMN mendominasi keikutsertaan perusahaan yang terdaftar dalam ISRA. Perusahaan yang menerima penghargaan-penghargaan tersebut akan dinilai baik oleh para pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal9.
Di Indonesia, penerapan CSR sejatinya bukan hal yang baru, di luar UUPT No. 40 Tahun 2007 telah ada beberapa perundang-undangan yang mengatur CSR, salah satunya Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini dapat dilihat pada Pasal 2 ayat (1e) yang menyatakan: Maksud dan Tujuan pendirian BUMN adalah tutur aktif memberikan bimbinan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Program CSR yang diterapkan pada BUMN dikenal dengan istilah Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Tujuan diterapkannya PKBL adalah terjadi peningkatan partisipasi BUMN dalam pemberdayaan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat. Karena itu, fokus PKBL diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha, khususnya bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan miskin.
Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007, CSR diatur dalam Bab V Pasal 74, yang menyatakan:
9
(45)
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutuan dan kewajaran.
Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat
public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan
(46)
diantaranya: Yayasan Sampoerna, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.
3. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/lembaga organisasi sosial non pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas dan media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam melaksanakan CSR antara lain: Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; Instansi Pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depkes, Depsos, Depdiknas) universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga
(47)
operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
B. Bank Syariah
Pengertian umum bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariat Islam dengan mengacu kepada AlQur’an dan Al Hadis. Berusaha sesuai dengan prinsip syariah Islam yang dimaksudkan di sini adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam, antara lain misalnya dengan menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan10
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank Islam (Bank Syariah) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.11
10
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, edisi keempat, (Jakarta: lembaga penerbit UI,2004), h.183
11
(48)
1. Bank Umum Syariah
Di Indonesia, UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah telah memberikan peluang besar bagi beroperasinya system perbankan syariah, baik melalui pendirian kantor-kantor bank syariah baru atau konversi dari kantor pusat bank konvensional (bank syariah tunggal) maupun dengan melakukan dua system kegiatan usaha perbankan (konvensional dan berdasarkan prinsip syariah) sekaligus (dual banking system), melalui konversi dari kantor cabang bank konvensional, pembukaan kantor cabang syariah (baru) dari bank konvensional, atau melalui peningkatan status dan konversi kantor cabang pembantu bank konvensional menjadi kantor cabang bank syariah. Undang-undang tersebut telah dilengkapi pula dengan peraturan-peraturan pelaksanaan yang dituangkan dalam Perturan Bank Indonesia (PBI).
2. Kegiatan Operasional Bank Syariah
Kegiatan operasional bank syariah dalam penghimpunan dana dan penanaman dana maupun pemberian jasa-jasa berdasarkan petunjuk pelaksana pembukaan kantor bank syariah adalah sebagai berikut:
(49)
a. Penghimpunan dana
penghimpunan dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
b. Penyaluran dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam 4 kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli: pembiayaan murabahah, salam, istishna’
2) Pembiayaan dengan prinsip sewa: ijarah
3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil: pembiayaan musyarakah, mudharabah
4) Pembiayaan dengan akad pelengkap: hiwalah, rahn, qardh c. Produk jasa: sharf, ijarah12
C. Kinerja Bank
Kinerja merupakan keadaan yang harus diinformasikan dan diketahui kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada suatu perusahaan atau bank
12
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 97
(50)
untuk mengetahui keberhasilan perusahaan atau bank dihubungkan dengan visi yang diembannya serta memgetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang diambil. Penilaian terhadap kinerja bank diperlukan sebagai koreksi atas kebijakan bahan perencanaan untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha.13
Laporan keuangan secara periodik dikeluarkan oleh bank biasanya digunakan sebagai dasar dalam menilai kinerja bank. Tujuan analisa kinerja suatu bank adalah untuk mengevaluasi proses menuju pencapaian tujuan yang telah ditentukan oleh manajemen bank walaupun bank tidak dapat merubah kinerja pada masa lalu, tetapi melalui analisa kinerja keuangan merupakan langkah awal untuk membuat rencana kerja untuk masa yang akan datang.
Kinerja bank dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan. Analisa rasio merupakan suatu tehnik yang digunakan untuk menilai sifat-sifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank. Selain itu analisa rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan informasi keuangan mengenai keadaan perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja bank dengan
13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002).
(51)
menggunakan analisa rasio haruslah dilakukan perbandingan dengan rasio-rasio keuangan bank dalam kelompok yang sama.14
D. Laporan Keuangan Bank 1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan yang dicapai oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, maka perlu adanya laporan keuangan perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir adalah15 :
"Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut".
Laporan keuangan dapat dijadikan informasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan yang berguna bagi pengguna laporan keuangan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan
14
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 46
15
(52)
keuangan menunjukkan keadaan keuangan perusahaan dimasa lampau dan saat ini, dapat dijadikan dasar dalam penetapan kebijakan dimasa yang akan datang.
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi suatu perusahaan yang kemudian digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalan mengambil keputusan.
Manfaat dari laporan keuangan menurut Munawir adalah sebagai berikut16:
a. Bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesannya seorang manajer biasanya diukur dari laba yang diperoleh perusahaan.
b. Bagi pihak manajemen, berguna untuk menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya, dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat.
c. Bagi investor, dapat mengetahui prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan dimasa selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kinerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.
16
(53)
d. Bagi kreditur, dapat mengetahui pcnentuan kebijaksanann penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau “rate of return" yang cukup baik.
e. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan.
3. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Neraca bank memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada suatu saat tertentu. Ikhtisar laba rugi memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan memperlihatkan darimana saja sumber pendanaan bank dan kemana saja dana yang telah diserapnya disalurkan. Laporan perubahan posisi keuangan ini disusun dari neraca pada dua periode (tanggal) dan ikhtisar laba rugi selama periode yang dilaporkan.
Laporan keuangan bank berdasarkan PSAK. 31 (revisi 2000) terdiri atas :
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas
(54)
e. Catatan atas laporan keuangan
a. Neraca
Neraca bank sama halnya dengan neraca perusahaan, yaitu memuat kekayaan (aset atau aktiva), kewajiban dan modal bank. Sama sebagaimana halnya dengan neraca perusahaan, neraca bank juga merupakan persamaan dari:
Total Aset = Kewajiban + Modal
Menurut Sinungan, neraca atau balance sheet adalah17 :
"Suatu gambaran dari laporan keuangan bank yang mengemukakan perbandingan yang seimbang antara harta benda milik atau kekayaan bank dengan semua kewajiban, utang dan modalnya".
Pendapat Dahlan Siamat mengenai neraca bank. yaitu neraca bank menggambarkan sumber-sumber dana dan penggunaan dana bank. Bank mendapat dana dengan cara menerima simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka kemudian mengalokasikannya dengan memberi pinjaman atau membeli surat-surat berharga. Bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit
17
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 186
(55)
atau surat-surat berharga. Agar bank mendapatkan marjin, maka tingkat bunga kredit harus lebih tinggi dari biaya yang dibayarkan kepada pemilik dana.18
Sementara dana masyarakat merupakan sumber utama dana bank terutama dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka. Neraca harus disusun secara sistematis, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Sehingga bank menyajikan aktiva dan kewajiban dalam neraca berdasarkan karakteristiknya dan disusun berdasarkan uraian likuiditasnya.
b. Laporan laba rugi
Bank menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lain.
18
Dahlan Siamat , Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat, (Jakarta: Badan Penerbit FEUI, 2004), h. 93.
(56)
c. Laporan arus kas
Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. Laporan ini harus menunjukkan semua aspek penting dari kegiatan bank tanpa memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh langsung pada kas.
d. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
e. Catatan atas laporan keuangan
Bank harus mengungkapkan hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dan mengungkapkan posisi devisa netto menurut jenis mata uang serta aklivitas-aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan dana dan penyaluran kredit pengelolaan.
4. Laporan Keuangan Bank Syariah
Selayaknya organisasi, bank syariah juga harus menyusun laporan keuangan pada akhir periode akuntansinya. Menurut PSAK No. 59 (2002)
(57)
laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:19
a. Neraca
b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Laporan perubahan dana investasi terkait
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah g. Laporan sumber dan penggunaan dana Qardhul hasan
h. Catatan atas laporan keuangan
Laporan-laporan tersebut harus diterbitkan dalam bentuk laporan komparatif yang paling tidak mencakup laporan keuangan periode sebelumnya, yang bisa dibandingkan. Metode penyajian dan pengungkapan pada laporan keuangan yang diterbitkan harus memungkinkan para pemakai untuk membedakan antara perubahan sebenarnya di dalam posisi keuangan bank, hasil-hasil operasinya, cash flow-nya, investasi terbatas yang dikelola oleh bank, sumber-sumber dan penggunaan dana qard, dan perubahan akuntansi selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan.
19
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasar PSAK dan PAPSI, ( Jakarta: Grasindo, 2005), , 2006 h.164.
(58)
5. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut20.
a. Rasio Profitabilitas
Adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu.
1) Return on equity (ROE): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti). Rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Rumus:
2) Return on asset (ROA): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Rumus:
20
(59)
3) Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
Adalah rasio perbandingan antara biaya operasiona dengan pendapatan operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Rumus:
b. Rasio Perbaikan Asset, terdiri dari:
Non Performing Finance (NPF) gross: adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai 5 dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank.
(60)
Besarnya NPF yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/skor yang diperoleh bank tersebut. Semakin besar tingkat NPF ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelaolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank.
c. Rasio Kehati-Hatian
Dalam rangka penerapan prudential banking (prinsip kehati-hatian) dalam pengelolaan bank, Bank Indonesia telah memberikan batasan-batasan yang harus dilaksanakan oleh setiap bank yang melakukan kegiatan usaha perbankannya di Indonesia. Yang termasuk dalam rasio kehati-hatian adalah sebagai berikut:
Capital adequacy ratio (CAR): yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah resiko pasar dan resiko operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan Bank Indonesia ini mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS).
(61)
Rumus:
d. Rasio likuiditas
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Financing to deposit ratio (FDR).
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank atau total dana pihak ketiga (DPK). Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(62)
(63)
48
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan rasio-rasio
keuangan Bank Muamalat sebelum dan sesudah penerapan CSR.
B. Pemilihan Sampel
Data sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari ikhtisar
laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode tahun 2000-2009.
C. Metode Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan
dengan menggunakan studi kepustakaan (library research) dan semua
dokumentasi berupa data-data keuangan yang dipublikasi. Selain itu, peneliti
juga melakukan observasi ke lembaga Muamalat Institute sebagai lembaga
(64)
D. Metode Analisis Data
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan rumusan-rumusan
untuk menentukan variabel-variabel penelitian. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut;
1. Menghitung Rasio-Rasio, diantaranya:
a. Return On Equity (ROE): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti). Rasio
ini menunjukkan tingkat %(persentase) yang dapat dihasilkan. Rumus:
b. Return On Asset (ROA): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank. Rasio
ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh
bank yang bersangkutan. Rumus:
(65)
Adalah rasio perbandingan antara biaya operasiona dengan pendapatan
operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik
kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam
menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Rumus:
d. Non Performing Finance (NPF) gross: adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai 5
dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Rumus:
e. Capital Adequacy Ratio (CAR): yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR
sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau
ditambah resiko pasar dan resiko operasional, ini tergantung pada kondisi
bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan Bank Indonesia ini
mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh
(66)
Rumus:
f. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
atau total Dana Pihak Ketiga (DPK). Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban
kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
2. Uji Statistik
Pengujian hipotesa untuk membandingkan rasio ROA, ROE, CAR, FDR,
NPF, dan BOPO, pada saat sebelum dan sesudah penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan alat uji
nonparametric menggunakan:
(67)
Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang
berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Wilcoxon signed
Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio,
namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.
Hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ho : d = 0, nilai sebelum diterapkan CSR tidak berbeda secara nyata
dengan nilai sesudah diterapkan CSR.
H1 : d ≠ 0, nilai sebelum diterapkan CSR berbeda secara nyata dengan
nilai sesudah diterapkannya CSR.
Dengan d menunjukkan selisih nilai antara kedua perlakuan.
Statistik Uji:
Dimana :
N = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda
T = jumlah ranking dari nilai selisih yng negatif (apabila banyaknya
selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif)
= jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih
(68)
Pengambilan keputusan:
Berdasarkan perbandingan nilai Z hitung dan Z tabel:
• jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka Ho
ditolak
•jika statistik hitung (angka z output) < statistik tabel (tabel z), maka Ho
diterima
Dari output didapatkan nilai z hitung, sedangkan z tabel bisa dihitung pada
tabel z, dengan α = 5% dan uji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2,5%), maka luas kurva normal adalah 50% - 2,5% = 47,5% atau 0,475. Pada tabel z
untuk luas 0,475 didapat angka z tabel sekitar 1,96
Berdasarkan probabilitas (prob):
• jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
• jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Daerah kritis:
H0 ditolak jika nilai absolute dari Z hitung diatas > nilai Z 2 / α
Perhatikan pengujian pada kasus ini menggunakan uji dua sisi, karena
yang dicari adalah apakah ada perbedaan nilai karena perbedaan setelah
diterapkannya CSR, bukan ingin mengetahui cara mana yang lebih bagus dalam
(69)
Akan tetapi, pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 16 pada α 5%.
Daerah Kritis : H0 ditolak jika nilai asymp sig < nilai α
E. Operasional Variabel Penelitian
Adapun variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. ROA (Return on Asset)
2. ROE (Return on Equity)
3. CAR (Capital Adequacy Ratio)
(70)
5. NPF (Non Performing Financing)
(71)
56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat CSR
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) kepada masyarakat bermula di
Amerika Serikat, yaitu zaman permulaan perkembangan perusahaan besar di
akhir abad ke-19. Saat itu, perusahaan-perusahaan besar menyalahgunakan kuasa
mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan perilaku lainnya yang
meyalahi moral kemanusiaan. Ini menyebabkan protes masyarakat dan sebagai
akibatnya pemerintah melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk
mengatasi masalah tersebut. Fase kedua evolusi tanggung jawab sosial
perusahaan tercetus pada tahun 1930-an yang diikuti gelombang resesi dunia
secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan
bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input
produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan
merugikan pekerjanya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan
yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya.1
1
Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model
kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT pertamina dan PT telekomunikasi Indonesia
(72)
Gema CSR semakin terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu,
persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan
mulai mendapatkan perhatian yang lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa
kalangan bahkan menyebutkan bahwa saat inilah era modern dari CSR dimulai.
Awal pembahasan CSR dimulai pada tahun 1953. Berdasarkan literatur
dan penelitian terdahulu, Howard R. Bowen dipercaya sebagai peneliti yang
mengawali pembahasan tentang CSR secara ilmiah lewat karyanya yang berjudul
“Social Responsibility of The Businessman”. Dalam karyanya itu, Bowen
mengemukakan bahwa CSR adalah’…obligation of businessman to persue those
policies, to make those decision or to follow those lines of action which are desinable in term of the objectives and values of our society (Bowen,1953)
Sejak karya Bowen mengenai CSR muncul pada tahun 1950an banyak
peneliti yang berusaha untuk memberikan definisi yang lebih formal mengenai
CSR. David (1971) mengutarakan Iron Law of Responsibility yang mengatakan
bahwa “in the long run, those who don’t use power in a way that society
considers to be responsible will tend to have their power taken from them”. Yang
intinya adalah tanggung jawab social perusahaan berbanding lurus dengan power
(kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut).2
2
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007)
(73)
Dengan kata lain, semakin besar power yang dimiliki perusahaan maka
harapan stakeholder terhadap pelaksanaan CSR perusahaan tersebut juga akan
semakin besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang tidak menggunakan
kekuasaannya dengan cara yang disetujui oleh masyarakat, maka perusahaan
tersebut akan kehilangan kekuasaannya. Selain itu juga David memberi cara
pandang dari sudut yang berbeda, ia menggunakan istilah corporate atau
perusahaan pada masa kini. McGuire, dalam penelitiannya memberi istilah
corporate citizenship yang menyatakan “the idea of social responsibilities
supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but also certain responsibilities to society which extent beyond theire obligations”.
Dengan kata lain, kewajiban perusahaan tidak hanya terbatas pada profit
ekonomi dan legalitas usaha, tapi perusahaan juga harus bertanggung jawab pada
seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu perusahaan
harus bertindak dan berkelakuan “baik” sebagaimana warga negara yang baik
pula.3
Dalam pandangan McGuire, perusahaan dianggap sebagai warga negara.
Pembahasan yang signifikan sehubungan dengan konsep profit people and planet
yang disingkat 3P disumbangkan oleh Elkington (2005) yang dituangkan dalam
bukunya yang berjudul “cannibal with forks, the triple bottom line of twentieth
3
McGuire, Jean B, dan Alison Sundgreen, Thomas Schneeweis, CSR and firm financial performance, academy of management journal, 1988. Vol. 31, no. 4.
(74)
century business”. Pendapat dari Elkington sebenarnya hampir sama dengan
pendapat Thurow, namun Elkington menyebutkan faktor-faktor yang harus
diperhatikan perusahaan dalam menjalankan CSR.4
Pertumbuhan dari konsep CSR dari waktu ke waktu tidaklah berjalan
semulus itu. Terdapat beberapa golongan yang tidak setuju dengan pengadaan
aktivitas CSR pada perusahaan. Pandangan ini mengatakan bahwa masalah sosial
bukanlah tujuan utama dari berhasil atau tidaknya sebuah bisnis. Preston dan
O’bannon berpendapat bahwa golongan tersebut mengatakan bahwa CSR akan
mengurangi maksimalisasi laba karena biaya yang akan digunakan untuk
melakukan investasi membutuhkan modal awal yang besar, dengan mengurangi
biaya untuk melakukan investasi maka akan mengurangi kemampuan perusahaan
untuk bersaing dalam alokasi biaya yang dapat diinvestasikan.5
Sejalan bergulirnya wacana tentang kepedulian lingkungan, kegiatan
kedermawanan perusahaan segera berkembang dalam kemasan philanthropy
serta Community Development (CD). Pada dasawarsa ini, terjadi perpindahan
penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke arah
4
Elkington, j and Thorpe j, cannibal with forks the triple bottom line of 21th century business, 2005
5
O’bannon, D.P and L.E Preston, The corporate social financial performance relationship: a tipology and analysis, paper and presented at the 1993.
(75)
sektor-sektor sosial. Di era 1980-an semakin banyak perusahaan yang menggeser
konsep filantropisnya ke arah Community Development. Kegiatan kedermawanan
berkembang ke arah pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa 1990-an adalah
dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan, seperti pendekatan
integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Pada tataran
global, tahun 2000 dibentuk Global Compact oleh sekjen PBB, Kofi Annan, yang
bertujuan menyusun perilaku standar korporasi global. Ada 10 aturan Global
compact, mencakup soal HAM, bisnis harus menghormati HAM, standar
perburuhan, lingkungan hidup dan anti korupsi.6
2. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412
H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H
atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham perseroan senilai Rp 84 Milyar pada saat penandatanganan akta
pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian
6
Khudori, Korporasi dan tanggung Jawab Sosial, dalam Amin widjaja tunggal, ed.,
(76)
tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa
Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 Milyar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga
modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan
(77)
Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari
rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan
usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama
di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank
Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita,
dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun
(78)
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta
nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP
di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini
juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar
negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas
nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic
Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000
ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply
terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga
pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,
lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70
award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan
yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh
Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial
Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The
Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia
(Hong Kong).7
7
Profil Bank Muamalat diakses dari http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile
(79)
Visi:
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
Misi:
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi
investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.8
Konsep dan Implementasi CSR Bank Muamalat
Sebagai suatu lembaga keuangan Islam, Bank Muamalat selalu
melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan sangat serius dan tetap
berkomitmen untuk mendukung masyarakat lokal di mana bank beroperasi.
Program CSR Bank Muamalat dilaksanakan melalui lembaga Baitul Maal Muamalat (BMM) serta disalurkan secara langsung oleh Bank Muamalat. Porsi dana yang digunakan untuk CSR adalah sebesar 73% dari dana ZIS (Zakat,
Infaq, Sedekah) dari BMM dan sisanya sebsar 27% berasal dari dana Bank
Muamalat. Beberapa program BMM antara lain: Program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat) merupakan program pemberdayaan ekonomi
8
Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia diakses dari http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/visi_misi
(80)
keluarga miskin di Indonesia dan masjid sebagai basis pembinaannya.
Kegiatannya dalam bentuk pemberian bantuan pinjaman qardh, pembianaan
keterampilan usaha, kedisiplinan ibadah, berinfaq dan menabung. Program ini
menjangkau 22 Propinsi di Indonesia dengan jumlah masjid yang berjumlah 202
masjid sampai akhir 2008.Peserta pada tahun 2005 mencapai 4.686 peserta, dan
dana yang dikelola mencapai Rp. 8,2 milyar.9 Pada tahun 2005 Bank Muamalat
menganggarkan dana sebesar Rp 200 Milyar untuk kegiatan sosial bersama
BMM (Baitul Mal Muamalat). Sepanjang tahun 2006 Bank Muamalat bersama
BMM telah menyalurkan dana sebesar Rp 450 juta untuk dana kemanusiaan.
Tahun 2007 Bank Muamalat bersama BMM menyalurkan dana kemanusiaan
sebesar Rp 9,6 Milyar untuk bantuan pendidikan dan korban bencana alam. Pada
tahun 2008, selain melalui BMM, Bank muamalat juga menyalurkan dana CSR
secara langsung sebesar Rp 2,14 Milyar untuk bantuan pendidikan, kesehatan,
dan dakwah Islam. Pada tahun 2009 program kemanusiaan yang telah disalurkan
Bank Muamalat bersama BMM adalah sebesar Rp 21 Milyar yang terdiri dari
program bantuan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi umat.
Program CSR melalui Baitul Mal Muamalat ini terlihat seperti jalan
sendiri, tanpa ada keterlibatan penuh dari para stakeholder bank syariah
(pemegang saham, manajer, karyawan, dan nasabah). Sehingga yang terjadi
9
Berita Muamalat, “Program KUM3” diakses pada 11Februari 2009 dari
(81)
adalah sebagian maysarakat masih ada yang menilai bahwa bank syariah tidak
peduli dengan kegiatan sosial dalam lingkungannya. Karena kegiatan CSR
berbeda dengan kegiatan amal biasa (philanthropy), maka diperlukan komitmen
kerjasama seluruh stakeholder secara langsung dan kontinuitas dalam
pelaksanaannya. Besarnya dana yang digunakan untuk CSR dalam BMM tidak
tetap jumlah nominalnya. Padahal, dalam peraturan kementerian BUMN
dijelaskan bahwa besarnya dana program Lingkungan (BL) adalah sebesar 2%
dari laba bersih perusahaan. Yang terjadi dalam BMM adalah dana yang
disalurkan untuk kegiatan sosial bersumber dari dana ZIS (zakat, infaq,
sedekah).
B. Analisa Rasio Keuangan
Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisa fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif. Laporan keuangan tersebut dianalisis dengan diterapkannya Corporate Social Responsibility (CSR) kemudian dibandingkan bagaimana nilai-nilai rasio keuangan antara sebelum dan sesudah diterapkannya CSR. Berikut ini hasil perhitungan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah menerapkan CSR:
(1)
Test Statisticsb
sesudah - sebelum
Z -.674a
Asymp. Sig.
(2-tailed) .500
a. Based on positive ranks.
Output 11.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (BOPO)
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 4a 3.00 12.00
Positive Ranks 1b 3.00 3.00
Ties 0c
sesudah - sebelum
Total 5
a. sesudah < sebelum b. sesudah > sebelum c. sesudah = sebelum
(2)
Output 12.
Nilai Statistik Uji (BOPO)
Test Statisticsb
sesudah - sebelum
Z -1.214a
Asymp. Sig.
(2-tailed) .225
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
(3)
(4)
(5)
(6)