Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban masa kini lazim disebut sebagai “peradaban masyarakat informasi”. Informasi menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber kekuasaan karena informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat public public opinion yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku manusia. Pada era informasi ini, arus informasi dunia dikuasai dan dikendalikan kaum kuffar yang memandang Islam sebagai musuh yang harus dihancurkan. Sedangkan umat Islam tidak memiliki suatu media massa yang memadai untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai Islam atau membela kepentingan agama dan umat Islam. Akibatnya yang terjadi tidak hanya kurang tersalurkannya aspirasi umat, tetapi juga umat Islam hanya menjadi konsumen. Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. Dengan demikian, umat Islam bukan saja berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam terhadap orang lain. Para pemeluk ajaran agama Islam diberi gelar oleh Allah SWT sebagai umat pilihan, sebaik-baik umat khairu ummah, yang mengemban tugas dakwah, yaitu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Oleh karena itu, aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim 1 . Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau ceramah masih dominan hingga kini. Walaupun sebetulnya masih banyak cara lain yang bisa juga dilakukan seperti berdialog, diskusi, yang penyebarannya bisa memanfaatkan media elektronik tv atau radio. Belakangan ini juga dakwah dilakukan lewat koran, bulletin, dan buku bahkan melalui media alternatif semisal internet dan media seluler. 2 Dakwah menjadi penting karena meliputi semua persoalan yang di dakwahinya. Oleh karena itu, manusia dianugerahkan akal dan pikiran untuk berusaha mencurahkan potensi insaninya dengan mempelajari, memahami, merenungkan, serta mengamalkan pesan dakwah tersebut. Sehingga dapat mengambil manfaat dari si penyampai pesan dakwah tersebut da’i. 3 “Islam terhalang karena kaum muslimin itu sendiri”, demikian ungkapan salah seorang Intelektual Islam Yaitu M. Abduh. . Banyak orang menolak Islam bukan lantaran mereka tidak menaruh respon kepada nilai-nilai ajarannya, melainkan lebih karena mereka merasa tidak melihat bagaimana nilai-nilai Islam itu direalisasikan secara konkrit dalam kehidupan nyata. Islam lebih sering di diskusikan sebagai nilai-nilai teoritis, sementara realitas umat Islam sendiri masih belum menunjukkan komitmen secara sungguh-sungguh 1 . Dr. H. AsepMuhiddin, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka Setia, Bandung, 2002. Cet-1. 2 . Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam, Penerbit : Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 21. 3 . Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002, cet-1, hal 23. kepada ajaran agamanya. Perlu diperhatikan bahwa dakwah amat membutuhkan contoh konkrit dan keteladanan, baik dari umat Islam itu sendiri maupun dari sosok seorang da’I sebagai figure panutan di medan dakwah. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, sebagian umat Islam kadang berfikir bahwa yang berhak berdakwah itu hanyalah seorang da’i. Da’I dalam pengertian ini sering kali dipandang sempit. Da’I juga adalah seorang yang dianggap valid dalam ilmu-ilmu keislaman dan akhlaknya yang luhur, selain orang yang biasa berdiri atau duduk di depan sekumpulan jama’ah untuk menyampaikan pesan-pesan yang membawa umat Islam kepada kebaikan. Setiap muslim dan muslimah adalah da’I juru dakwah. Menjadi seorang muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi muballigh, kapan dan dimana saja. “Kedudukan kuadrat” yang diberikan Islam kepada pemeluknya adalah menjadi seorang muslim merangkap menjadi juru dakwah atau muballigh. Dakwah adalah salah satu bentuk komitmen muslim dan muslimah seluruh dunia terhadap agamanya. Seperti terjemahan ayat 125 surat An-Nahl yang menjelaskan tentang bagaimana cara seorang da’I atau da’iyyah menyampaikan pesan dakwah Islamnya. ﺏ ﺏ ﺏ ﺡ ﺏ ﺏ + ی- ﺏ Artinya : “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauizhoh hasanah, dan bantahlah mereka dengan sesuatu yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih mengetahui orang yang sesat dari jalanNya dan Dia Maha Mengetahui tentang orang-orang yang memberi petunjuk” QS. An-Nahl :125. 4 Dan Rasulullah SAW bersabda. ﺏ .- 0 -1 + + 2 3 : 4 2 + 5 + + 2 6ی : ﻡ 8 ﻡ 9: ﻡ ;: = ;- ﺏ = ? ی +ﻥ = = ? یA+ 6 = B C یD . ; مF2م Artinya :“Barang siapa diantara kalian melihat kemunkaran kemaksiatan, maka cegahlah hal itu dengan tangannya kekuasaan, jika tidak mampu, cegahlah dengan lisannya ucapan, jika masih tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya Iman” H. R. Muslim. 5 Dakwah juga merupakan sebuah aktivitas yang bersentuhan dengan manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu dakwah membutuhkan seorang pengarah atau da’I yang berwawasan luas dan memiliki pemahaman yang dalam akan perangkat yang dibutuhkan. Da’I atau da’iyyah adalah orang yang menyampaikan isi pesan dakwah kepada mad’u atau khalayak luas yakni mengajak agar umat manusia masuk ke jalan Allah SWT. 6 Sukses atau tidaknya dakwah tersebut tergantung bagaimana cara da’I itu menyampaikan pesan dakwahnya. Salah satu sosok da’iyyah ini tak hanya mampu mengeksistensikan dirinya di bidang dakwah, melainkan juga di kancah Indonesia. Profilnya 4 . QS. An-Nahl : 125. 5 . Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya, Kutipan Hadist Ke-40, h. 60. 6 . Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hal : 27 sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Jakarta bahkan juga di luar negeri. Karena selain beliau adalah salah satu putri seorang kyai besar dan tokoh masyarakat Betawi, ia juga adalah da’iyyah yang mudah bergaul dengan orang lain. Tidak hanya pandai berbicara atau pidato di atas mimbar, sosok ustadzah Hj. Ida Farida A. S. juga seorang yang sukses dalam membangun kiprahnya yang berdedikasi di bidang dakwah. Selain itu beliau sekarang juga menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Putri As-Syafi’iyyah Jatiwaringin Pondok Gede sekaligus ketua Dewan Da’I dan Da’iyyah se- Indonesia. Maka tidak diragukan oleh banyak orang bahwa beliau adalah salah satu da’iyyah yang sukses dengan dakwahnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menulis skripsi dengan mengambil judul pada skripsi ini “Aktivitas Dakwah Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah