Kantor Akuntan Publik semakin bertambah banyak, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak sebanding dengan pertumbuhan KAP. Pada saat ini
banyak perusahaan yang melakukan merjer atau akuisisi dan akibat krisis ekonomi di Indonesia banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan.
Sehingga mengakibatkan KAP akan lebih sulit untuk mendapatkan klien baru sehingga KAP enggan melepas klien yang sudah ada.
2.1.4.3 Telaah dari Rekan Auditor Peer Review
Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang berkualitas menuntut transparasi informasi mengenai pekerjaan dan operasi Kantor Akuntan
Publik. Kejelasan informasi tentang adanya sistem pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar profesi merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban
terhadap klien dan masyarakat luas akan jasa yang diberikan. Hal ini membuat pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan Publik perlu dimonitor dan
di “audit” guna menilai kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang disyaratkan sehingga output yang
dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan oleh auditor
dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Peer review dirasakan memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor Akuntan Publik yang direview dan
auditor yang terlibat dalam tim peer review. Manfaat yang diperoleh dari peer review antara lain mengurangi resiko litigation, memberikan pengalaman positif,
mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Jasa Non Audit
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa
akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan. Adanya dua jenis jasa yang diberikan oleh suatu KAP menjadikan independensi auditor terhadap kliennya
dipertanyakan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit. Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi
independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh
manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian Barkes dan Simmet 1994 dalam Elfarini 2007.
Pemberian jasa selain jasa audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian laporan keuangan
klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan auditor tersebut. Kemudian auditor tidak mau reputasinya buruk karena dianggap
memberikan alternatif yang tidak baik bagi kliennya. Maka hal ini dapat
mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut. 2.1.5 Akuntabilitas X
3
Menurut Libby dan Luft 1993 ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu, yaitu:
1. Seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang
Universitas Sumatera Utara
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan- kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
2. Seberapa besar usaha daya pikir yang diberikan untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan. Orang dengan akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha daya pikir yang lebihh besar dibanding orang dengan
akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan Cloyd,dalam Diani dan Ria, 2007.
3. Seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh
atasan.
2.1.6Due Professional Care X
4
Menurut PSA No. 4 SPAP 2001 dalam Singgih dan Bawono 2010, kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut
auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Kemahiran profesional menurut Arens et al 1996: 43 bahwa auditor adalah “profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan
tekun dan seksama. Kecermatan mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumen audit, kecukupan bukti audit, serta ketepatan laporan audit”.
Standar umum ketiga menghendaki auditor independen untuk cermat dan seksama dalam
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugasnya. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap
pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang dihasilkan.
Auditor yang cermat dan seksama akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi.
2.1.7 Objektivitas X