5
7. Rendahnya prestasi belajar anak tunagrahita kategori ringan khususnya dalam kemampuan membaca permulaan.
8. Kurangnya pemanfaatan guru terhadap kemajuan ilmu dan tekhnologi dalam proses pembelajaran.
9. Belum digunakannya media buku pop-up dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak Tunagrahita Kategori Ringan kelas IV di SLB Dharma Rena Ring Putra 1
Yogyakarta.
C. Batasan Masalah
Mengacu pada permasalahan yang telah dipaparkan melalui identifikasi masalah, permasalahan kemampuan membaca dari anak tunagrahita kategori ringan sangat
kompleks, penelitian ini dibatasi satu masalah yakni pada no 7dan no 9 yaitu rendahnya prestasi belajar anak tunagrahita kategori ringan dalam membaca permulaan dan Belum
digunakannya media buku pop-up dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak Tunagrahita Kategori Ringan kelas IV di SLB Dharma Rena Ring Putra 1
Yogyakarta.Dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan media buku pop-up anak tunagrahita kategori ringan kelas IV materi yang akan diajarkan dibatasi
pada pembelajaran membaca nama-nama hewan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana proses
peningkatan kemampuan
membaca permulaan
dengan menggunakan media buku pop-up pada anak tunagrahita kategori ringan kelas IV di
SLB Dharma Rena Ring Putra 1 Yogyakarta.?
6
2. Bagaimana hasil
peningkatan kemampuan
membaca permulaan
dengan menggunakan media buku pop-up pada anak tunagrahita kategori ringan kelas IV di
SLB Dharma Rena Ring Putra 1 Yogyakarta.?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita kategori ringan
kelas IV di SLB Dharma Rena Ring Putra
1 Yogyakartadengan media buku pop-up.
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkanuntuk menambah khasanah keilmuan bidang
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, utamanya di bidang media pembelajaran bagi anak tunagrahita kategori ringan. Selain itu juga memberikan referensi bagi peneliti
laindalam mengembangkan media baru. 2. Manfaat Praktis
a. Manfaat untuk guru Sebagai alternatif dalam memilih media pembelajaran membaca permulaan anak
tuangrahita kategori ringan. b. Manfaat untuk Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan penetapan kebijakan dalam pelaksanaan kurikulum mengenai membaca permulaan bagi anak
tunagrahita kategori ringan di sekolah dasar kelas bawah. c. Manfaat untuk siswa
Siswa Tunagrahita kategori ringan dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan dengan menggunakan media buku pop-up, karena anak mendapatkan ilustrasi benda dengan wujud yang mirip dengan asli dan di rangkai secara menarik.
7
G. Definisi Operasional
1. Buku pop-up Buku pop-up merupakan sebuah media pembelajaran berupa buku yang memiliki
bagian yang dapat bergerak dan jika buku ini dibuka akan muncul bentuk tiga dimensi yang berwujud gambar benda dan tulisan.
2. Kemampuan membaca permulaan Kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan awal mengenali atau membedakan
kata, suku kata, dan dapat menyuarakan suatu kata dengan benar serta memahami makna dari suatu kata.
3. Anak tunagrahita kategori ringan Anak tunagrahita kategori ringan merupakan anak yang memiliki IQ dibawah rata-
rata antara 55-70, memiliki keterbatasan dalam bidang kognitif dan akademis serta memerlukan pembinaan serta pelatihan dalam bidang sosial, komunikasi, dan aktivitas
sehari-hari.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan secara peristilahan dapat dikatakan sebagai hambatan mental ringan. Ditinjau dari asal kata tunagarhita berasal dari bahasa Sansekerta
tuna yang artinya rugi, kurang: dan grahita artinya berpikir, jadi anak tunagrahita berarti aanak atau seseorang yang mengalami suatu kekurang mampuan dalam
berpikir.Anak tunagrahita ringan mengalami kesenjangan pada kematangan berpikir
denganusia kronologisnya,
sehinggamengalami hambatan
dalam perkembangan dibandingkan dengan anak seusia yang normal. Smith, M. B.,
Ittenbach., R.F., Patton, J.R. 2002; 40 menyatakan: “mental retardation is one of developmental disability and generally refers to
substantial limitations is present levels of functioning. These limitations are manifest in delayed intellectual growth, inappropriate or immature reactions
to one’s environment,; and below-average performance in the academic, psychological, physical, linguistic and social domains.”
Pernyataan tersebut menyatakan, reterdasi mental adalah salah satu jenis cacat
perkembangan dan umumnya mengacu pada keterbatasan subtansial dalam tingkat fungsi.Keterbatasan ini terjadi pada pertumbuhan intelektual yang lambat, reaksi
yang tidak tepat terhadap lingkungan masyarakat dan kinerja dibawah rata-rata dalam akademik, psikologis, dan fisik, bahasa dan social.
Secara klinis, istilah tunagrahita menunjuk pada kondisi individu yang mentalnya berada dibawah normal dengan tidak membedakan kebutuhan para
penderita tentang bantuan yang diperlukan.Sementara, definisi sosial menjelaskan bahwa tunagrahita menunjuk kepada suatu gangguan ataupun hambatan dalam
perkembangan mental sehingga penyandangnya kurang dapat mengambil manfaat