Tujuan disiplin menurut Singgih D. Gunarsa dalam Asti Fajjaria 2012 adalah sebagai berikut.

Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 141

4. Disiplin di rumah

Keluarga dalam hal ini orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus jadi teladan bagi anak dalam hal disiplin. Aturan dan tata tertib di rumah harus dijalankan secara konsekuen, orang tua hendaknya konsisten dalam menerapkan aturan. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, supaya peran dapat efektif maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat secara tidak tertulis. Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara pendisiplinan lainnya tidak berhasil. Hukuman memberi tahu pada anak mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi belum tentu menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan persyaratan dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu betul perilaku apa yang dapat diterima. Dalam menegakkan disiplin hendaknya pendidik dapat menggunakan cara-cara yang membentuk konsep diri yang positif dan realistis pada anak. Mengacu pada pernyataan tersebut, hendaknya guru tidak terlalu mudah dan sering menjatuhkan hukuman pada peserta didik. Hal ini di karenakan peserta didik yang terlalu sering dihukum pada akhirnya akan melahirkan konsep diri negatif dalam dirinya, atau peserta didik akan melawan dengan berbagai cara. Jika penegakan disiplin dilakukan dalam perspektif iman Kristen, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui, seperti ditegur di bawah empat mata, kemudian yang kedua kalinya bersama guru BP, lalu ditegur sekali lagi, barulah dijatuhkan hukuman yang mendidik bukan untuk menyakiti dan membuat peserta didik ketakutan. Dalam penegakan disiplin, sebaiknya dari dalam diri peserta didik tumbuh keengganan untuk melanggar disiplin ketimbang “ketakutan” yang bersifat paksaan belaka.

b. Disiplin yang Seimbang

Sekolah harus menyeimbangkan antara hukuman dan penghargaan. Misalnya, jika peserta didik terlambat diberi hukuman tetapi jika mereka berprestasi, mereka dapat memperoleh penguatan reward. Jadi, untuk setiap ketaatan dan prestasi, peserta didik diberi penguatan tetapi untuk setiap pelanggaran, peserta didik diberi sanksi. Disiplin di sekolah tentu berbeda dengan disiplin militer yang keras. Artinya, aspek pengampunan harus diberlakukan dan dilihat dari besar-kecilnya pelanggaran. Sedapat mungkin sekolah tidak mengeluarkan peserta didik melainkan berupaya keras mendidik dan memperbaiki perilaku peserta didik.