secara sembunyi-sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program tersebut.
Sikap daripada pelaksana program yang ditemukan peneliti di setiap dinas cukup baik. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti pada informan di setiap
dinas, pemahaman pegawai pelaksana teknis program mengetahui dan memahami dengan baik tugas dan fungsi serta tujuan dari kegiatan program.
5.4. STRUKTUR BIROKRASI
Birokrasi merupakan salah satu faktor yang paling sering, bahkan secara keseluruhan menjadi pengaruh dalam melaksanakan suatu kebijakan. Birokrasi yang
dimaksud adalah badan atau lembaga pelaksana kebijakan tersebut. Pada dasarnya para pelaksana kebijakan mungkin mengetahui apa yang dilakukan dan mempunyai cukup
keinginan serta sumber daya untuk melakukannya, tetapi dalam pelaksanaannya mereka masih dihambat oleh struktur-struktur dan budaya organisasi dimana mereka
menjalankan kebijakan tersebut. Ada dua aspek penting dalam struktur birokrasi yang memiliki pengaruh penting
pada implementasi suatu kebijakan. Pertama adalah ukuran dasar dan prosedur atau yang sering disebut Standard Operating Procedures SOP. SOP ini digunakan untuk
menyeragamkan tindakan-tindakan dari para pelaksana kebijakan dalam organisasi- organisasi yang kompleks dan tersebar luas, yang pada gilirannya dapat menimbulkan
kesamaan yang besar dalam penerapan berbagai aturan. Penerapan SOP dapat membantu implementasi kebijakan apabila SOP yang
digunakan disesuaikan dengan kea arah pencapaian tujuan kebijakan serta mampu menanggapi hal-hal baru. Sebaliknya, SOP sangat mungkin menghalangi implementasi
kebijakan apabila SOP yang digunakan adalah prosedur lama yang terus dipertahankan
Universitas Sumatera Utara
dengan alasan sudah lazim digunakan. Prosedur lama yang diterapkan kembali pada kebijakan baru biasanya akan membuat organisasi kesulitan dalam beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi. Peneliti menemukan bahwa para implementor kebijakan memiliki SOP yang
menjadi landasan para implementor dalam melaksanakan tugasnya. Pada Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, PPL di setiap kecamatan dan desa
diwajibkan untuk menyusun Rencana Kerja Tahunan yang memuat prosedur serta jadwal penyuluhan. Pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya air pelaksanaan teknis
program kegiatan dilaksanakan oleh pihak kontraktor yang telah diseleksi yang mengacu pada PP 54 Tahun 2010, Tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Dari hasil
wawancara yang diperoleh, implementasi program berjalan dengan efesien dan efektif. Kedua adalah fragmentasi organisasi, yakni pembagian atau penyebaran
wewenang dan sumber-sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan. Fragmentasi organisasi dapat menyebabkan tugas dan tanggung jawab pelaksana suatu kebijakan
tersebar diantara beberapa organisasi. Penyebaran tugas dan tanggung jawab tersebut tentunya membutuhkan koordinasi yang intensif dari berbagai organisasi yang terlibat.
Hal ini tentu saja dapat menghambat implementasi kebijakan. Dari segi waktu, koordinasi antar organisasi membutuhkan waktu lebih untuk melakukannya dan
konsekuansi yang paling buruk adalah apabila koordinasi antar organisasi tidak berjalan dengan baik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, para implementor kebijakan memperoleh wewenang dan sumber daya yang merata. Selain memiliki wewenag, para implementor
kebijakan memperoleh sumber daya seperti alat transportasi sesuai dengan daerah yang di tempatkan. Hal ini diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang
Penyuluhan Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Dairi bahwa PPL memperoleh alat
Universitas Sumatera Utara
transportasi dinas berupa sepeda motor dan diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan sendiri apabila diperlukan. Hal ini dimaksudkan apabila PPL mengalami
kesulitan dibidang penyuluhan agribisnis dilapangan, penyuluh tersebut bebas untuk
memodifikasi materi penyuluhan agar penyuluhan tersebut dapat terus berjalan.
5.2 ANALISIS HUBUNGAN SEMUA VARIABEL DALAM EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI