Kinerja Karyawan Teori yang digunakan 1. Motivasi Kerja

33 d. Penilai biasanya seseorang yang memiliki wewenang manajemen lini atas seorang penilai e. Sisi penilaian memberikan kesimpulan tertulis berkenaan dengan kinerja seseorang yang direview f. Konsekuensi dari penilaian bahwa organisasi secara langsung menetapkan kompensasi berdasarkan kinerja pay for performance dan banyak perusahaan menggunakan appraisal sebagai dasar untuk mempromosikan karyawan.

5. Kepuasan Kerja

Menurut Lock Luthans, 1995 dalam Sopiah 2008: 170 mengemukakan: “job satisfaction is a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience.” Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan adalah suatu efektivitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini berarti bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya Kreitner Kinicki, 2005: 271 dalam Murtanto 2005. 34 Handoko 1995: 193 dalam Pradiatiningtyas 2007 mengatakan: “kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut Porter Luthans, 1995 dalam Sihombing 2007 menambahkan, “job satisfaction is difference between how much of something there should be and how much there is now.” Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima. Luthans 1995 dalam Sopiah 2008: 170 menyatakan bahwa enam faktor utama yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: a. Pekerjaan itu sendiri work itself Robbins 2006: 149 menyatakan bahwa: “karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi mereka kesempatan menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas.” b. Gaji Menurut Mangkunegara 2005: 85 bahwa: ”gaji merupakan uang yang dibayar kepada pegawai atas pelayanannya yang diberikan secara bulanan.” Robbins 2006: 85 bahwa karyawan menginginkan sistem upah yang dipersepsikan secara adil, sesuai dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tingkat ketrampilan individu dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. 35 c. Promosi Nitisemito 1996: 81 menginginkan bahwa promosi adalah proses pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan yang lain yang lebih tinggi. Robbins 2006: 150, “karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktek promosi yang adil. Individu yang mempersiapkan bahwa keputusan promosi dibuat dengan cara yang adil, akan merasakan kepuasan dengan pekerjaan mereka. d. Pengawasan Menurut Siagian 1995: 34 dalam Sihombing 2007 beberapa pedoman yang perlu diperhatikan antara lain adalah objektivitas dalam melakukan pengawasan. Pengawasan hanya dapat dipertahankan, bila standar prosedur kerja dan kriteria yang jelas diketahui oleh yang diawasi dan yang mengawasi. e. Kelompok kerja Luthans 1998: 146 dalam Murtanto 2005 mengatakan bahwa “kondisi kerja lingkungan bersih dan menarik akan membuat pekerjaan dengan mudah dapat ditangani dan akan meningkatkan kepuasan kerja.” Beberapa teori mengenai kepuasan kerja yang dijelaskan dalam buku perilaku organisasional karya Sopiah 2008: 172 diantaranya adalah discrepancy theory, equity theory, opponent-process theory dan teori dua faktor dari Herzberg. Berikut ini adalah penjelasan dari teori-teori yang berkenaan dengan kepuasan kerja: 36 a. Discrepancy Theory Teori ini dikembangkan oleh Porter 1961 yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan dengan kenyataan. Locke, 1969 dalam Gibson, 1996, menambahkan bahwa seorang karyawan akan merasa puas bila kondisi yang aktual sesungguhnya sesuai dengan harapan atau yang diinginkannya. Semakin sesuai antara harapan seseorang dengan kenyataan yang ia hadapi maka orang tersebut akan semakin puas. b. Equity Theory Teori ini dikemukakan oleh Adam 1963 dalam Gibson 1996 yang mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Aspek-aspek pekerjaan yang dimaksud, misalnya gajiupah, rekan kerja dan supervisi. Individu atau karyawan akan merasa puas bila jumlah aspek yang sebenarnya atau sesungguhnya dia terima sesuai dengan yang seharusnya dia terima. c. Opponent-Process Theory Teori ini dikemukakan oleh Landy 1978 dalam Gibson 1996 yang menekankan pada upaya seseorang dalam mempertahankan keseimbangan emosionalnya. Maksudnya, perasaan puas atau tidak puas merupakan masalah emosional. Rasa puas atau tidak puas seseorang atau individu sangat ditentukan oleh sejauh mana penghayatan emosional