a. Pasien yang ditangani di Trauma Center Lhoksukon adalah pasien yang
dirujuk dari puskesmas dan pasien yang datang sendiri ke Trauma Center. b.
Apabila tingkat gangguan stres pasca-trauma dari pasien telah memasuki tahap yang memprihatinkan dan tidak dapat di tangani oleh petugas di Trauma
Center maka pasien tersebut oleh dokter di rujuk ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia.
Dalam pelaksanannya Trauma Center Lhoksukon mendapat dukungan yang bersifat moril maupun materiil dari dinas kesehatan mupun instansi yang terkait serta
lembaga atau organisasi kemasyarakatan dalam lingkup pemerintah Kabupaten Aceh Utara.
Beberapa hambatan yang dihadapi pengelola Trauma Center adalah belum seluruhnya masyarakat yang membutuhkan pelayanan atau penanganan gangguan
stres pasca-trauma yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Utara maupun kabupaten lain di sekitarnya mampu menjangkau ke Trauma Center, hal ini
diakibatkan luasnya wilayah Kabupaten Aceh Utara, yaitu 22 kecamatan. Di samping itu kegiatan sosialisasi tentang keberadaan Trauma Center Lhoksukon juga perlu
ditingkatkan, sehingga dapat mengakomodir semua kecamatan di Kabupaten Aceh Utara bahkan kabupaten lain di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Laporan
Perkembangan Trauma Center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, 2007.
4.2. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah pasien stres pasca- trauma yang mendapatkan penanganan di Trauma Center Lhoksukon Kabupaten
Rachmadiany : Pengaruh karakteristik, dukungan keluarga Dan kebutuhan pasien stres pasca trauma Terhadap pemanfaatan pelayanan Di trauma center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara,2008.
USU Repository©2008
Aceh Utara. Karakteristik responden terdiri dari: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Gambaran karakteristik
responden pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Trauma Center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara
No Karakteristik Jumlah
Persen
1. Umur
20-40 tahun
41 85.4
41-60 tahun
7 14.6
Jumlah 48
100.0 2
Jenis Kelamin Laki-laki
18 37.5
Perempuan 30
62.5 Jumlah
48 100.0
3. Status Perkawinan
Kawin 40
83.3 Belum
KawinDudaJanda 8
16.7 Jumlah
48 100.0
4. Tingkat Pendidikan
SD dan SLTP 25 52.1
SLTA dan AkademiPT 23 47.9
Jumlah 48
100.0 5.
Penghasilan UMP NAD
27 56.2
≤ UMP NAD 21 43.8
Jumlah 48
100.0 Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui responden yang berumur 20-40 tahun lebih
banyak daripada yang berumur 41-60 tahun, yaitu 85,4 Erikson dalam Wikipedia, 2008. Responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki
yaitu 62.5. Responden dengan status kawin lebih banyak status belum kawin dan dudajanda yaitu 83,4. Responden dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP lebih
banyak daripada tingkat pendidikan SLTA dan AkademiPerguruan Tinggi, yaitu
Rachmadiany : Pengaruh karakteristik, dukungan keluarga Dan kebutuhan pasien stres pasca trauma Terhadap pemanfaatan pelayanan Di trauma center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara,2008.
USU Repository©2008
52,1. Responden yang mempunyai penghasilan UMP NAD Rp.1.000.000 lebih banyak daripada yang mampunyai penghasilan
≤ UMP NAD Rp.1.000.000, yaitu 56,2.
4.3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga terhadap pasien stres pasca-trauma berupa saran, pendampingan dalam menjalani pengobatan dan tidak dikucilan oleh keluarga.
Gambaran dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.2. Hasil penelitian menunjukkan penderita stres pasca-trauma tidak dikucilkan
dari keluarga lebih banyak daripada yang dikucilkan keluarga, yaitu 79,2. Responden yang mendapat dukungan keluarga dalam bentuk saran untuk berobat
secara teratur lebih banyak. Responden yang mendapat dukungan keluarga dalam bentuk saran untuk
berobat secara teratur, yaitu 89,6. Responden yang tidak di dampingi anggota keluarga dalam proses pengobatan lebih banyak daripada responden yang di
dampingi anggota keluarga dalam proses pengobatan, yaitu 25,0, yang mendampingi responden umumnya adalah suami atau istri dari pasien stres pasca-
trauma, dengan alasan mereka yang paling mengetahui dan memahami kondisi pasien.
Responden yang mendapat dukungan keluarga untuk mematuhi saran dari lebih banyak daripada yang tidak mendapat dukungan keluarga untuk mematuhi saran
petugas, yaitu 39,6. Responden yang anggota keluarganya mengingatkan jadwal kunjungan ke Trauma Canter Lhoksukon lebih banyak daripada yang tidak
mengingatkan jadwal kunjungan ke Trauma Canter Lhoksukon, yaitu 45,8.
Rachmadiany : Pengaruh karakteristik, dukungan keluarga Dan kebutuhan pasien stres pasca trauma Terhadap pemanfaatan pelayanan Di trauma center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara,2008.
USU Repository©2008
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Trauma Center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara
No Dukungan Keluarga Jumlah
Persen
1. Dikucilkan oleh keluarga
a. Tidak 38
79.2 b. Ya
10 20.8
Jumlah 48
100.0 2.
Saran untuk berobat secara teratur a.
Ya 43
89.6 b. Tidak
5 10.4
Jumlah 48
100.00 3.
Mendampingi selama pengobatan a.
Ya 12
25.0 b. Tidak
36 75.0
Jumlah 48
100.0 4.
Saran mematuhi saran petugas a.
Ya 19
39.6 b. Tidak
29 60.4
Jumlah 48
100.0 5.
Mengingatkan jadwal kunjungan a.
Ya 22
45.8 b. Tidak
26 54.2
Jumlah 48
100.0 Berdasarkan perhitungan kategori dukungan keluarga dalam pemanfaatan
pelayanan di Trauma Center Lhoksukon diketahui bahwa pernyataan responden terbanyak dengan kategori sedang yaitu 21 orang 43,8 dan paling sedikit dengan
kategori baik yaitu 10 orang 20,8. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Keluarga
di Trauma Center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara No Dukungan Keluarga
Jumlah Persen
1 Baik 10 20.8
2 Sedang 21
43.8 3 Buruk
17 35.4
Jumlah 48
100.0
Rachmadiany : Pengaruh karakteristik, dukungan keluarga Dan kebutuhan pasien stres pasca trauma Terhadap pemanfaatan pelayanan Di trauma center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara,2008.
USU Repository©2008
4.4. Kebutuhan 4.4.1. Perasaan Subjektif