Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Pemanfaatan Pelayanan di Trauma Center Lhoksukon

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi setiap responden relatif tidak sama dengan berbagai variasi umur penderita stres pasca-trauma dalam memanfaatan pelayanan di Trauma Center Lhoksukon. Sesuai dengan penelitian Bovier, dkk 2001 yang menyimpulkan bahwa faktor umur tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan mental.

5.1.2. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Pemanfaatan Pelayanan di Trauma Center Lhoksukon

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa jenis kelamin tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan di Trauma Center Lhoksukon. Berdasarkan pengamatan, kemauan untuk sembuh pasien berdasarkan jenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak berbeda. Mengacu pada hasil penelitian ini, penderita stres pasca-trauma yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan secara umum membutuhkan penanganan gangguan stres pasca-trauma yang sama. Hal ini menunjukkan konsep kesetaraan gender dalam program pelayanan kesehatan di tengah masyarakat sudah cukup terlaksana dengan baik, artinya tidak ada pembedaan jenis kelamin dalam pelayanan kesehatan bagi penderita stres pasca-trauma. Secara persentase diketahui bahwa pasien stres pasca-trauma yang menjadi responden lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan 62,5. Penelitian Schimmele 2005 menyimpulkan bahwa faktor jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, karena jenis kelamin Rachmadiany : Pengaruh karakteristik, dukungan keluarga Dan kebutuhan pasien stres pasca trauma Terhadap pemanfaatan pelayanan Di trauma center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara,2008. USU Repository©2008 perempuan maupun laki-laki tidak berbeda jumlah kunjungan ke pelayanan kesehatan pemerintah maupun pelayanan kesehatan alternatif. Demikian juga dengan penelitian Hasanuddin 2005 bahwa kelompok yang mengalami Gangguan Stres Pasca-Trauma GSPT yang diakibatkan trauma spesifik seperti bencana alam lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 5,4 dibandingkan pada laki-laki sebesar 3,7. Namun dalam penanganannya melalui upaya intervensi dan penanganan yang yang dilakukan melalui psikoterapi individual maupun kelompok tidak dibedakan antara laki=laki maupun perempuan. Kondisi penanganan pasien stres pasca-trauma dilihat dari faktor jenis kelamin dapat diacu dengan pendapat Maramis dkk, 2005 yang menyatakan secara karakteristik, kelompok yang risiko tinggi mengalami stres pasca-trauma adalah perempuan, serta dalam kehidupan masyarakat perempuan biasanya ditempatkan dalam peran yang lebih rendah dalam masyarakat. Namun dalam penanganan pasien stres pasca-trauma ternyata tidak ada pembedaan secara nyata antara laki-laki dan perempuan. Penelitian Rhodes 2002 menyimpulkan bahwa faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan mental, di mana wanita hampir 2 kali lebih sering daripada laki-laki dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan mental. Namun penelitian Rhodes tidak sama dengan hasil penelitian ini. Rachmadiany : Pengaruh karakteristik, dukungan keluarga Dan kebutuhan pasien stres pasca trauma Terhadap pemanfaatan pelayanan Di trauma center Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara,2008. USU Repository©2008

5.1.3. Pengaruh Status Perkawinan terhadap Pemanfaatan Pelayanan di