barang. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa, kapan, dan dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli dan seberapa
sering mereka menggunakannya. Prilaku konsumen merupakan bagian dari prilaku manusia yang telah
melibatkan banyak sumbangan disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang telah banyak menyumbangkan pemahaman terhadap prilaku konsumen adalah:
17
Psikologi : Pemahaman mengenai prilaku dan proses mental individu.
Sosiologi : Pemahaman mengenai prilaku bersama dari orang dalam
kelompok. Psikologi
sosial :
Pemahaman mengenai bagaimana seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu kelompok.
Ekonomi :
Pemahaman mengenai produksi, perdagangan dan konsumsi dari barang dan jasa.
Antropologi : Pemahaman manusia dan kaitannya dengan budaya.
B. Prila ku Ko nsum si d a la m Isla m
1. Pe ng e rtia n d a n Tujua n Ko nsum si
Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-
nilai Islam. Mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu ekonomi Islam dan ilmu ekonomi
17
Adi Nugroho. Perilaku Konsumen, 2002, Cet. Pertama, hal. 11.
modern. Andaipun ada perbedaan itu terletak pada sifat dan
volumenya. Oleh sebab itu perbedaan pokok antara kedua sistem ilmu ekonomi dapat dikemukakan dengan memperhatikan penanganan
masalah pilihan.
18
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
19
Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam prilaku dan tindakan-tindakan ekonomi,
bersumber dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil Bib le , dan etika
ekonomi Yahudi banyak menunjuk pada Ta ura t. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang
dimuat dalam Al-Quran. Namun jika etika agama Kristen-Protestan telah melahirkan semangat spirit kapitalisme, maka etika agama Islam tidak
mengarah pada Kapitalisme maupun Sosialisme. Jika Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan Sosialisme pada
kolektivisme, maka Islam menekankan empat sifat sekaligus yaitu : a. Kesatuan unity
b. Keseimbangan e q uilib rium
18
Achyar Eldine,
Prinsip -p rinsip Eko no mi Isla m
, Jurnal Ilmiah.
19
Dikutip dari Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.kitpkes.
c. Kebebasan fre e will d. Tanggungjawab re sp o nsib ility.
Dalam membangun kesejahteraan masyarakat, ekonomi tidak hanya bisa tergantung pada variabel-variabel politik, sosial, ekonomi,
dan demografi, tetapi juga sangat tergantung pada variabel syariah. Syariah membantu masyarakat menanamkan kualitas kebaikan, seperti
ketaatan, kejujuran, integritas, kesederhanaan dan keadilan. Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan
keimanan menjadi tolak ukur penting karena memberikan cara pandang dunia yang cenderung memengaruhi kepribadian manusia,
yaitu dalam bentuk perilaku, gaya hidup, selera, sikap-sikap terhadap sesama manusia, sumber daya, dan ekologi. Dalam konteks inilah
dibahas tentang pelarangan terhadap isra f atau berlebih-lebihan.
20
Batasan konsumsi dalam Islam terdapat dalam Alqur’an surat Al- Baqarah 2: 168-169:
تاﻮ ﺧ اﻮ ﺎ و ﺎ ﺎ ﺎ ضْرﺄْا ﺎ اﻮ آ سﺎ ا ﺎﻬ أﺎ ْنأو ءﺎ ْ ْاو ءﻮﺴ ﺎ ْ آﺮ ْﺄ ﺎ إ
ﱞوﺪ ْ ﻜ ﻪ إ نﺎ ْ ا نﻮ ْ ﺎ ﺎ ﻪ ا ﻰ اﻮ ﻮﻘ
Ha i se ka lia n ma nusia , ma ka nla h ya ng ha la h la g i b a ik d a ri a p a ya ng te rd a p a t d i b umi, d a n ja ng a nla h ka mu me ng ikuti la ng ka h-la ng ka h
se ta n; ka re na se ta n itu a da la h musuh ya ng nya ta b a g i ka mu. Se sung g uhnya se ta n ha nya me nyuruh ka mu b e rb ua t ja ha t d a n ke ji, d a n
me ng a ta ka n te rha da p Alla h a p a ya ng tida k ka mu ke ta hui.
20
Muhammad Muflih,
Prila ku Ko nsume n Da la m Pe rsp e ktif Ilmu Eko no mi Isla m,
hal. 11, 12,13,14, 15.
Prilaku isra f diharamkan sekalipun komoditi yang dibelanjakan adalah halal. Namun demikian, Islam tetap membolehkan seorang
Muslim untuk menikmati karunia kehidupan, selama itu masih dalam batas kewajaran. Dalam Alqur’an surat Al-A’raf ayat 31 dikatakan:
ﺎ و اﻮ ﺮْ او اﻮ آو ﺪﺠْﺴ آ ﺪْ ْ ﻜ ز اوﺬﺧ مداء ﺎ ﺮْﺴ ْا
ﺎ ﻪ إ اﻮ ﺮْﺴ
Ma ka n d a n minumla h, d a n ja ng a nla h b e rle b ih-le b iha n. Se sung g uhnya Alla h tida k me nyuka i o ra ng -o ra ng ya ng b e rle b ih-le b iha n.
Tokoh-tokoh yang menggunakan kerangka acuan Islami tidak menerima formulasi kontemporer mengenai teori prilaku konsumsi
dengan alasan bahwa ia diselewengkan oleh nilai-nilai ideologis dan sosial masyarakat non muslim dimana ia dikembangkan. Namun mereka
biasanya tidak memberikan penggantinya. Keberatan mereka terutama ditujukan pada nilai-nilai konsumen bukan pada alat-alat analisis. Sudah
sangat umum di kalangan mereka semacam itu untuk memandang teori konsumsi dalam pengertian keabsahan hukum barang-barang
konsumen dan jasa-jasa. Hanya sedikit pencetus teori yang berani menanggulangi isu-isu pokok mengenai teori prilaku konsumen tersebut,
seperti rasionalisme konsumen dan konsep barang-barang konsumen
21
.
21
Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam “Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional”,
Yogyakarta, Penerbit GrahaIlmu, 2005, Edisi Pertama, hal. 91.
2. Fa kto r- fa kto r ya ng Me m p e ng a ruhi Prila ku Ko nsum e n