Tabel 5.5 menunjukkan sebagian besar responden atau sebanyak 129 72,1 responden mengonsumsi 30 mg isoflavon dalam produk olahan kedelai per
harinya dan 50 27,9 responden mengonsumsi 30 mg isoflavon dalam produk olahan kedelai per hari. Rata-rata konsumsi isoflavon dalam produk olahan
kedelai per hari adalah 32,92 mg dengan jumlah minimal konsumsi perhari 9 mg dan jumlah maksimal konsumsi perhari 141 mg.
6. Gambaran tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan pencegahannya dengan pola konsumsi isoflavon dalam produk olahan kedelai per hari.
Tabel 5.6 menggambarkan distribusi frekuensi pola konsumsi produk olahan kedelai bedasarkan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan
pencegahannya.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Isoflavon dalam Produk Olahan Kedelai
dengan Tingkat Pengetahuan Responden di SMA Negeri 2 Tangerang Tahun 2011
Pola Konsumsi Pengetahuan
Total Kurang
Cukup Baik
F F
F F
Kurang 30 mg per hari
3 1,6
24 13,4
23 12,8
50 27,9
Cukup 30 mg per hari
5 2,7
58 32,4
66 36,8
129 72,1
Total 8
4,4 82
45,8 89
49,7 179
100
Bedasarkan tabel 5.6 distribusi frekuensi pola konsumsi isoflavon per hari dengan pengetahuan tentang kanker payudara dan pencegahannya menunjukkan
54
responden sebagian besar dengan pengetahuan baik mengonsumsi isoflavon lebih dari 30 mg per hari sebanyak 66 36,8 responden.
55
BAB VI PEMBAHASAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang kanker
payudara dan pencegahannya dengan pola konsumsi isoflavon dalam produk olahan kedelai per harinya pada siswi SMA Negeri 2 Tangerang. Bab ini
menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dan deskripsi dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan penelitian yang berhubungan dengan
pencegahan kanker payudara.
A. Interpretasi dan Hasil Penelitian
1. Gambaran data demografi siswi SMA Negeri 2 Tangerang
Gambaran usia Peningkatan usia merupakan faktor resiko terjadinya kanker
payudara. Bedasarkan hasil penelitian rata-rata usia siswi yang menjadi responden adalah 16,02 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan
Maharani, 2010 target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara pada wanita dapat dicegah saat masih remaja. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Widianti 2007 yang mengatakan masa remaja merupakan masa yang paling efektif untuk melakukan
pencegahan terhadap kanker payudara. Menurut Imam Rasjidi 2003 seiring dengan terjadinya pergeseran usia menarche maka meningkat
pula resiko terkena kanker payudara untuk itulah pencegahan kanker sebaiknya dilakukan saat remaja.
55
2. Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Kanker Payudara dan
Pencegahannya
Notoatmodjo 2003
mengatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil tahu yang didapatkan dari lima penginderaan individu
seperti indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan perasa terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan menurut Roger 1974 dalam Notoatmodjo
2003 pengetahuan yang baik tidak selalu diikuti dengan perilaku yang sesuai dengan pengetahuan tersebut.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa hampir sebagian dari responden atau sebanyak 89 49,7 responden mempunyai tingkat
pengetahuan baik mengenai kanker payudara dan pencegahannya. Sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 82
45,8 responden dan hanya 8 4,5 responden yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah mengenai kanker payudara dan
pencegahannya. Dari hasil jawaban responden sebagian besar responden mengetahui pengertian kanker payudara 176 98,3, tanda
dan gejala kanker payudara 161 89,9 dan pencegahan kanker payudara 171 95,5. Namun masih terdapat sebagian besar
responden 143 79,9 yang belum mengetahui bahwa usia menarche 10 tahun dapat meningkatkan resiko kanker payudara
56
Pengetahuan yang baik pada sebagian besar responden dikarenakan adanya organisasi siswa di bidang kesehatan yang sering
mengadakan sosialialisasi mengenai topik kesehatan salah satunya mengenai kanker payudara dan pencegahannya. Informasi lainnya
diperoleh dari media cetak dan elektronik. Upaya tersebut membuat siswi mendapatkan informasi mengenai kanker payudara dan
pencegahannya, hal ini secara langsung akan meningkatkan pengetahuan siswi di bidang tersebut.
Tingginya tingkat pengetahuan siswi mengenai kanker payudara dan pencegahannya dapat dipengaruhi juga oleh faktor
pengalaman dan fasilitas yang tersedia. Menurut Notoatmodjo 2003 yang mengatakan bahwa pengalaman yang diperoleh seseorang dapat
memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Dalam hal ini siswi di
SMA Negeri 2 Tangerang sering terpapar dengan adanya pendidikan kesehatan yang diadakan oleh organisasi siswa di sekolah tersebut.
Tersedianya fasilitas juga mendukung tingginya pengetahuan siswi mengenai kanker payudara dan pencegahannya. Fasilitas sebagai
sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, Koran, televise, buku, internet dan lainnya.
Tingkat pengetahuan
tentang kanker
payudara dan
pencegahannya pada remaja putri SMA Negeri 2 Tangerang yang tinggi akan mempengaruhi tugas kesehatan yang dimiliki oleh masing-
masing responden, yaitu remaja lebih mengenal masalah kesehatan yang dimilikinya. Kesadaran akan tumbuh pada tiap individu untuk
57
melakukan pencegahan jika sudah dapat mengenal masalah kesehatan yang berhubungan dengan kanker payudara Wahit, 2006.
WHO 1999 dalam Notoatmodjo 2003 mengatakan bahwa pendekatan edukasi berupa pendidikan kesehatan akan lebih tepat bila
digunakan untuk pembinaan dan peningkatan kesehatan karena dapat meningkatkan pengetahuan dan menimbulkan kesadaran tentang
kesehatannya serta perubahan yang dicapai dapat bertahan lebih lama. Peran perawat dalam hal ini sangat diperlukan karena perawat
mempunyai peran dalam upaya pencegahan terhadap kanker payudara melalui edukasi tentang kanker payudara dan pencegahannya.
3. Gambaran Pola Konsumsi Isoflavon per Hari dalam Produk Olahan
Kedelai Responden
Soegeng santosa dan Anne lies ranti 2004 mengatakan pola konsumsi adalah berbagai informasi yang menggambarkan mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu. Prinsip pencegahan primer kanker payudara adalah dengan
mencegah sedini mungkin diantaranya dengan mengonsumsi isoflavon yang terdapat didalam kedelai dan olahannya, kebutuhan tubuh akan
isoflavon perharinya mencapai 30-40 mg. Menurut Trock, dkk 2006 konsumsi dari isoflavon kedelai dapat mencegah risiko kanker
payudara. Dari hasil penelitian didapatkan hampir sebagian besar
responden mengonsumsi isoflavon 30 mghari atau sebanyak 129 58
72,1 responden dan hanya 50 27,9 responden yang konsumsi isoflavonnya 30 mghari. Rata-rata konsumsi isoflavon dalam produk
olahan kedelai pada responden per harinya mencapai 32,92 mg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi isoflavon responden
mencukupi untuk kebutuhan tubuh. Tujuan dari mengonsumsi isoflavon secara dini yang sebagian
besar terdapat dalam kedelai adalah untuk memaksimalkan perlindungan terhadap kanker payudara Messina Wu, 2009.
Penelitian Hopper, dkk 2009 mengungkapkan konsumsi isoflavon dapat menurunkan kadar hormon FSH dan LH yang dapat
mempengaruhi produksi hormon estrogen. Seperti telah disebutkan sebelumnya hormon estrogen dapat memicu timbulnya kanker
payudara. Dampak dari kurangnya konsumsi isoflavon pada wanita dengan kanker payudara meningkatkan angka kematian dan risiko
kekambuhan menurut penelitian Xiao Ou Shu, dkk 2009. Hal ini sesuai dengan penelitian Faizah 2007 bahwa tinggi
atau rendahnya pola konsumsi terhadap suatu jenis makanan berhubungan dengan pengetahuan tentang kandungan nutrisi makanan
tersebut. Seperti yang telah disebutkan makanan olahan kedelai mengandung isoflavon yang berfungsi sebagai estrogen nabati dalam
mencegah kanker payudara. Khomsan 2007 menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi
pangan individu. Menurut Notoatmodjo 2003 Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap 59
suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung. Antara pengetahuan, kesadaran, sikap dan
perilaku sangat berhubungan satu sama lain. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan
terjadi perilaku yang diharapkan sehingga terjadi perubahan perilaku. Pengetahuan yang baik tentang kanker payudara dan pencegahannya
akan membuat seseorang berperilaku untuk melakukan tindakan pencegahan yang diperoleh dari interaksi sosial baik didalam
kelompok maupun diluar kelompok Sobur, 2003. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Namun peningkatan pengetahuan tidak selalu mengambarkan perubahan
perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan perilaku itu
sendiri tidak semata-semata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. Hal ini sesuai
dengan pendapat Winarno 1993 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan remaja antara lain, tingkat perkembangan
teknologi dan komunikasi, faktor sosial, ekonomi, budaya, religi, serta penampilan
makanan. Sedangkan
menurut Khomsan
2003 mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja
salah satunya adalah teman sebaya peer group karena
sebagian besar waktu remaja digunakan bersama teman sebaya sehingga hal-hal yang
60