UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2. Pembahasan
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba kemangi Ocimum americanum L. yang diperoleh dari Desa Grogol, Kecamatan Limo, Depok. Hasil
determinasi dari “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi– LIPI
Bogor menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar Ocimum americanum L. dari famili Lamiaceae.
Ekstrak herba kemangi diperoleh dengan metode fresh-press juice menggunakan pelarut air. Pemilihan metode fresh-press juice sebagai metode ekstraksi dikarenakan
melihat dari pelarut air yang mudah tercemar kapang dan lainnya apabila dilakukan proses maserasi dan juga melihat konsumsi kemangi yang biasa digunakan sebagai lalapan.
Penggunaan pelarut air didasarkan pada sifat air yang universal dan sangat polar dan juga aman dibandingkan pelarut organik. Senyawa yang memiliki peran sebagai agen fertilitas
yang terkandung pada herba kemangi belum diketahui, karena berdasarkan pengetahuan penulis, belum ada yang melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Oleh karena itu,
penulis memiliki peluang untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan berdasarkan sifat polar maunpun non polar dari pelarutnya.
Dari 155 gram herba kemangi Ocimum americanum L. segar diperoleh 31 gram ekstrak serbuk, sehingga diperoleh nilai rendemen 20. Pemeriksaan parameter non
spesifik yang dilakukan adalah kadar abu. Tujuan dari pemeriksaan kadar abu menurut Depkes RI 2000 adalah untuk mengetahui kandungan mineral yang berasal dari proses
awal hingga menjadi ekstrak. Hasil yang diperoleh pada uji kadar abu ekstrak air herba kemangi adalah sebesar 17.13. Ekstrak air herba kemangi kemudian dilakukan penapisan
fitokimia dan diketahui bahwa pada ekstrak air herba kemangi terkandung senyawa tanin dan flavonoid.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus jantan galur Sprague Dawley berusia 8 minggu dengan berat badan rata-rata 200 mg. Tikus kemudian
dibagi menjadi 4 kelompok, dimana masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor tikus, yaitu kelompok I kontrol, kelompok II dosis rendah 1 mgKgBB, kelompok III dosis sedang
10 mgKgBB dan kelompok IV dosis tinggi 100 mgKgBB. Pemilihan dosis 1 mgKgBB, 10 mgKgBB, 100 mgKgBB tersebut sebelumnya melihat rasionalitas dan data empiris
penggunaan herba kemangi. Selain itu, dilihat juga data dosis pada uji toksisitas akut ekstrak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
etanol herba kemangi dimana pada dosis 16000 mgKgBB tidak terjadi kerusakan pada sel hati maupun ginjal tikus. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dosis 16000 mgKgBB
ekstrak etanol herba kemangi bersifat praktis tidak toksik Putri, 2013. Hewan uji kemudian diaklimatisasi selama 1 minggu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
yang baru. Selama aklimatisasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan. Dari pengamatan tersebut diketahui adanya peningkatan berat badan. Hal ini
menunjukkan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan meski dalam masa pertumbuhan.
Setelah diaklimatisasi selama 1 minggu, masing-masing tikus kelompok ditimbang terlebih dahulu untuk disesuaikan dengan dosis ekstrak air herba kemangi yang akan
diberikan. Tikus kemudian diberikan perlakuan dengan ekstrak air herba kemangi rata-rata sebanyak 1 ml secara oral dengan alat penyekok oral sonde selama 48 hari. Sediaan
ekstrak kemangi dibuat dengan mensuspensikan ekstrak dengan Na CMC konsentrasi 0,5 yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan ekstrak air herba kemangi.Hal tesebut
dilakukan agar ekstrak kemangi terdispersi sempurna dan tidak cepat mengendap. Pada hari ke-49, tikus diterminasi dengan cara dibius dengan eter. Pada penelitian ini, aktivitas
fertilitas ekstrak air herba kemangi dievaluasi berdasarkan pengaruh terhadap kualitas sperma dan densitas sel spermatogenesis.
Dari hasil penelitian ini diperoleh data dari beberapa parameter, yaitu : bobot testis, konsentrasi spermatozoa, morfologi sperma, serta pengamatan histologi diameter tubulus
seminiferus dan tebal lapisan sel germinal. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan kemudian dilakukan uji Anova atau uji
Kruskal Wallis BNT LSD. Sebagai data tambahan, data berat badan tikus diambil tanpa dilakukannya uji statistik, karena bukan parameter dalam penelitian ini.
Data rata-rata bobot testis yang diperoleh diambil dengan cara menimbang sepasang testis dari 20 ekor tikus jantan, kemudian data rata-rata bobot testis tersebut dilakukan uji
normalitas, uji homogenitas dan uji Anova. Hasil data uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data berat testis terdistribusi normal p
≥ 0.05. Selanjutnya data di uji Anova, dari data dapat dilihat bahwa tidak terjadi peningkatan bobot testis. Hal tersebut
diduga dikarenakan belum tercapainya dosis ekstrak air dari herba kemangi yang paling optimal, sehingga tidak terjadi peningkatkan bobot testis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selain bobot testis, konsentrasi spermatozoa juga dihitung guna mengetahui pengaruh ekstrak air herba kemangi terhadap konsentrasi spermatozoa pada tikus.
Spermatozoa yang diamati berasal dari cauda epididimis. Dasar pemilihan bagian cauda epididimis adalah spermatozoa dari tubulus seminiferus langsung masuk ke epididimis dan
juga epididimis merupakan tempat pematangan spermatozoa sebelum diejakulasian keluar tubuh, sehingga diperkirakan bahwa konsentrasi spermatozoa yang telah matang paling
banyak terdapat dibagian cauda epididimis. Hasil data konsentrasi tikus yang didapat menunjukkan kenaikan pada dosis rendah,
dosis sedang, dan dosis tinggi yang kemudian dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji Anova. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Sminorv menunjukkan bahwa data konsentrasi
spermatozoa terdistribusi normal p ≥ 0.05. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
peningkatan konsentrasi sperma tidak bermakna secara statistik karena nilai P ≤ 0.05. Parameter yang diamati selanjutnya adalah morfologi sperma. Menurut Rafiqa et al
2013, abnormalitas sprematozoa dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Abnormalitas primer merupakan spermatozoa yang mengalami kelainan pada saat proses
spermatogenesis. Spermatozoa yang abnormal meliputi kepala yang terlampau besar atau terlampau kecil, kepala pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda.
Abnormalitas sekunder merupakan spermatozoa yang mengalami kelainan setelah meninggalkan tubulus seminiferus yang ditandai dengan ekor putus, kepala tanpa ekor dan
kepala pecah Fitriani et al, 2010. Morfologi spermatozoa menurut Nugraheni et al 2003, merupakan salah satu faktor yang menentukan fertilitas spermatozoa. Abnormalitas primer
dari spermatozoa di dalam testis dikarenakan kesalahan spermatogenesis ataupun spermiogenesis yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keturunan, penyakit, dan
pengaruh lingkungan yang buruk Salisbury dan Vandemark, 1985. Data rata-rata morfologi sperma abnormal didapat dengan cara melihat apusan
sperma di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Morfologi abnormal yang diamati di antaranya adalah leher patah, tanpa kepala, kepala pipih, kepala rangkap, tanpa ekor dan
ekor patah. Hasil data rata-rata morfologi sperma kemudian dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji Anova. Data hasil uji Kolmogorov-Sminorv menunjukkan bahwa data
morfologi sperma terdistribusi normal p ≥ 0.05 dan data morfologi sperma yang abnormal
menunjukkan terjadinya penurunan sperma abnormal seiring dengan peningkatan dosis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil data kemudian diuji one-wayAnova dan menujukkan bahwa morfologi sperma abnormal bermakna secara statistik antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi
karena nilai P ≤ 0.05. Penelitian yang dilakukan oleh Titisari 2003 menunjukkan bahwa minyak Nigella
sativa dapat menurunkan abnormalitas morfologi sperma, dimana tanaman tersebut mengandung senyawa antioksidan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mujahidatul
2012 menunjukkan terjadi penuruan abnormalitas morfologi sperma pada mencit yang diberi vitamin C.
Menurut teori, di dalam bagian testis terdapat lobuli-lobuli yang di dalamnya terdiri atas saluran-saluran kecil yang bergulung disebut dengan tubulus seminiferus yang
berfungsi menghasilkan dan berisi spermatozoa Toelihere, 1985. Perubahan histopatologi dari testis dapat dijadikan dasar fungsi spermatogenesis terutama dalam tubulus seminiferus
Larasati, 2013. Selain itu, pengukuran diameter tubulus seminiferus dapat digunakan untuk memprediksi produksi sperma Krishnalingam et al, 1982. Menurut Juniarto 2004,
ukuran dari diameter tubulus seminiferus sendiri dapat menggambarkan proses aktif dari spermatogenesis.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan diameter tubulus seminiferus. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air herba kemangi pada dosis 1 mgKgBB, 10
mgKgBB, dan 100 mgKgBB terjadi peningkatan diameter tubulus seminiferus. Hasil data statistik pengukuran diameter tubulus seminiferus menunjukkan perbedaan bermakna
p ≤ 0.05 antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok perlakuan dimana peningkatan
diameter tubulus seminiferus terjadi seiring dengan meningkatnya dosis ekstrak air herba kemangi yang diberikan pada tikus.
Pengamatan yang dilakukan selanjutnya adalah tebal sel germinal. Menurut Russell et al 1990, dalam testis terdapat dua komponen penting yaitu komponen spermatogenesis
dan komponen interlobular. Sel germinal dan sel sertoli pada tubulus seminiferus merupakan komponen spermatogenesis. Sedangkan sel interstesial Leydig dan jaringan
peritubular serta sistem limfatik dan sistem vaskular merupakan komponen interlobular Loegiono, 2013. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tebal sel germinal pada tubulus
seminiferus dari preparat histologi testis dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x. Hasil data statistik pengukuran tebal sel germinal menunjukkan perbedaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bermakna p ≤ 0.05 antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok perlakuan dimana
peningkatan tebal sel germinal terjadi seiring dengan meningkatnya dosis ekstrak air herba kemangi yang diberikan kepada tikus.
Peningkatan dalam proses spermatogenesis yang terlihat pada diameter tubulus seminiferus, tebal sel germinal, dan morfologi sperma dari pengamatan di atas berhubungan
erat dengan aktivitas senyawa yang terkandung dalam ekstrak air pada herba kemangi. Dari hasil penapisan fitokimia, ekstrak air herba kemangi menunjukkan terdapat senyawa tanin
dan flavonoid. Walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan senyawa tanin dan flavonoid, namun senyawa-senyawa tersebut telah dilaporkan pada
beberapa penelitian dapat meningkatkan proses spermatogenesis dengan berbagai mekanisme yang berbeda-beda. Flavonoid pada rebung bambu tabah Gigantovhloa
nigrociliata Sukmaningsih et al, 2012, flavonoid pada daun gandarusa Justicia gendarusa Burm.f Nita Lukitawati et al, 2011, flavonoid pada jeruk Citrus sinesis
Khaki et al, 2011. Flavonoid memiliki peran utama dalam mengobati atau memperlambat penyakit
kronis, termasuk antioksidatif, antikarsinogenik dan antiinflamasi Khaki et al, 2011. Antioksidan berperan dalam melindungi DNA dan molekul penting lainnya dari oksidasi
dan kerusakan, dan dapat meningkatkan kualitas sperma sehingga dapat meningkatkan kesuburanpria Yang et al, 2006.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesuburan pria yaitu stres oksidatif OS Agarwal dan Prabakaran, 2005. Menurut Arabi et al 2011, stres oksidatif
diketahui memainkan peran penting dalam kerusakan sperma. Stres oksidatif dapat terjadi ketika Reactive Oxygen Species ROS diproduksi secara berlebihan atau terjadi gangguan
mekanisme pertahanan antioksidan sehingga berbahaya bagi spermatozoa Agarwal et al. 2005. Spermatozoa rentan terhadap ROS karena pada membran plasma dan sitoplasma
mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh ganda sehingga rentan terhadap peroksidasi lipid Agarwal et al. 2005. ROS merupakan metabolit yang berasal dari oksigen
dimana dapat memodifikasi fungsi sel dan membahayakan kelangsungan hidup sel Agarwal et al. 2005. Di sisi lain ROS dapat memiliki efek menguntungkan atau merugikan pada
fungsi sperma tergantung pada sifat dan konsentrasinya. ROS dalam konsentrasirendah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mempunyai peran yang sangat penting dalam mengendalikan motilitas Taufiqurraehman, 2012.
Seperti yang diduga oleh Setyo Kurniawan 2013, kandungan arginin pada daun kemangi diduga dapat memperkuat daya tahan sperma dan mencegah kemandulan, hal
tersebut didukung oleh penelitian ekstrak rimpang Zingiber officinale roscoe var yang mengandung arginin yang dapat meningkatkan motilitas dan konsentrasi spermatozoa
Mahendra, 2009. Arginin merupakan asam amino non-esensial dan bersifat polar yang sangat
diperlukan dalam sintesis protein dan memiliki peran penting dalam sistem ketahanan tubuh dan imunitas seluler. Selain itu, arginin berperan aktif dalam proses pembentukan
spermatozoa Srivastava et al., 2006. Gassner dan Hopwood 1952 mengemukakan bahwa beberapa asam amino dalam seminal plasma memiliki peran penting dalam metabolisme
dan motilitas spermatozoa Srivastava et al., 2006.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian ekstrak air herba kemangi Ocimum americanum L. pada tikus
jantan strain Sprague-Dawley dengan dosis 1 mgKgBB, 10 mgKgBB, dan 100 mgKgBB tidak dapat meningkatkan bobot testis dan konsentrasi
spermatozoa secara bermakna dibandingkan kontrol, namun dapat menurunkan abnormalitas morfologi sperma secara bermakna dibandingkan
dengan kontrol. 2.
Pemberian ekstrak air herba kemangi Ocimum americanum L. pada tikus jantan strain Sprague-Dawley dengan dosis 1 mgKgBB, 10 mgKgBB, dan
100 mgKgBB dapat meningkatkan diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal secara bermakna dibandingkan dengan kontrol.
3. Ekstrak air herba kemangi Ocimum americanum L. berpotensi sebagai agen
fertilitas karena dapat meningkatkan proses spermatogenesis dan menurunkan kerusakan pada sperma.
1.2. SARAN
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut adalah : 1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang sama untuk mengetahui pengaruh ekstrak air herba kemangi terhadap kadar hormonal
FSH, LH, dan testosteron dalam serum darah. 2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa untuk mengetahui struktur senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
antifertilitas. 3.
Perlu dilakukan uji fertilitas atau uji kehamilan dengan menggunakan tikus betina.