23
Perpanjangan sertipikat Hak Guna Bangunan Yang Berada Diatas Tanah Hak Pengelolaan
Pemerintah Kota
Pekanbaru Dikantor
Pertanahan Kota Pekanbaru.
3. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Studi Dokumen yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaan bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, berupa dokumen-dokumen maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berkaitan dengan Tentang Pelaksanaan Atas Perpanjangan sertipikat Hak Guna Bangunan Yang Berada
Diatas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pekanbaru. b. Wawancara yaitu menghimpun data dengan melakukan wawancara yang
menggunakan pedoman wawancara interview guide untuk mendapatkan data primer dari narasumber yang telah ditentukan, yaitu:
1. Kepala Seksi Hak Atas Tanah Dan Pendaftaran Tanah 2. Masyarakat yang Mengajukan Perpanjangan Sertipikat Hak Guna
Bangunan Yang Berada
Diatas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pekanbaru sebanyak 2 dua orang yaitu Luis Utomo, dan Hendry
Yacup.
4. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah deskriptif analisis maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum
Universitas Sumatera Utara
24
yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang Perpanjangan Sertipikat Hak Guna Bangunan Yang Berada Diatas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah
Kota Pekanbaru. Sedangkan Metode pendekatan dalam penelitian tesis ini adalah metode kualitatif yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi
berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan informan hingga dapat menjawab permasalahan dari penulisan tesis ini.
Semua data yang diperoleh disusun secara sistematis, diolah dan diteliti serta dievaluasi. Kemudian data dikelompokkan atas data yang sejenis, untuk kepentingan
analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Oleh karena itu data
yang telah dikumpulkan
kemudian diolah,
dianalisis secara
kualitatif dan
diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. Kesimpulan adalah merupakan jawaban
khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga diharapkan akan memberikan jalan keluar atas permasalahan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II HAMBATAN PELAKSANAAN PERPANJANGAN SERTIPIKAT HAK
GUNA BANGUNAN ATAS TANAH HAK PENGELOLAAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU
A. Hak Pengelolaan 1.
Pengertian Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan adalah suatu hak atas tanah yang sama sekali tidak ada istilahnya dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan khusus hak ini demikian
pula luasnya terdapat diluar ketentuan dari UUPA
51
. Hak Pengelolaan ini lahir dan berkembang sesuai dengan terjadinya
perkembangan suatu daerah. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perkantoran yang terdapat di kota-kota besar mempergunakan tanah
dengan Hak Pengelolaan
52
. Menurut Effendi Perangin, nama Hak Pengelolaan berasal dari Bahasa
Belanda yaitu beheersrecht yang diterjemahkan dengan hak penguasaan. Hak Penguasaan ini dimiliki oleh Instansi Pemerintah, jawatan atau departemen.
53
Menurut R. Atang Ranoemihardja, Hak Pengelolaan adalah Hak atas tanah yang diberikan atas tanah yang dikuasai Negara dan hanya dapat diberikan
51
A.P. Parlindungan, Op.Cit, hlm. 1.
52
Supriadi, Hukum Agraria,Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 148.
53
Effendi Perangin, Op.Cit, hlm. 311.
25
Universitas Sumatera Utara
26
kepada badan-badan hukum Pemerintah atau Pemerintah Daerah baik untuk dipergunakan untuk usahanya sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga.
54
Menurut Maria S.W. Sumardjono, Hak Pengelolaan HPL merupakan “bagian” dari Hak Mengusai Negara HMN sebagian kewenangannya
dilimpahkan kepada pemegang Hak Pengelolaan HPL. Oleh karena itu, Hak
Pengelolaan HPL
merupakan fungsikewenangan
publik sebagaimana Hak Mengusai Negara HMN, dan tidak tepat untuk
disamakan dengan “hak” sebagaimana diatur dalam Pasal 16 UUPA
karena hak atas tanah hanya menyangkut aspek keperdataan.
55
Adanya Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional tidak disebut dalam Undang-Undang Pokok Agraria, secara implisit pengertian itu diturunkan
dari Pasal 2 ayat 4 UUPA yang berbunyi sebagai berikut : Hak
menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat
hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional, menurut
ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah. Kemudian daripada, dalam Penjelasan Umum II 2 UUPA disebutkan
bahwa:
56
“Kekuasaan Negara atas tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh.
Dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas, Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan-
badan
hukum dengan
sesuatu hak menurut
peruntukan dan
keperluannya, misalnya hak milik, hak guna-usaha, hak guna-bangunan, atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu
54
R. Atang Ranoemihardja, Perkembangan Hukum Agraria Di Indonesia, Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan UUPA Dan Peraturan Perundangan Lainnya Dibidang Agraria Di
Indonesia, Tarsito, Bandung, 1982 hlm. 16.
55
Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya, penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2008 hlm. 202.
56
Penjelasan Umum II 2 UUPA Tahun 1960
Universitas Sumatera Utara
27
Badan Penguasa Departemen, Jawatan atau daerah Swatantra untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing”.
Istilah Hak Pengelolaan muncul pertama kali dalam Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor 9 Tahun 1965 Tentang Pelaksanaan Konversi Hak
Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan-ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya.
57
Pada Pasal 2 disebutkan bahwa: “Jika tanah negara sebagai dimaksud dengan Pasal 1, selain dipergunakan
untuk kepentingan instansi-instansi itu sendiri dimaksudkan juga untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga, maka hak
penguasaan tersebut di atas dikonversi menjadi hak pengelolaan sebagai dimaksud dalam Pasal 5 dan 6, yang berlangsung selama tanah tersebut
dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan”.
Dalam pada itu, penegasan tentang hak pengelolaan tercantum dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor 9 Tahun 1965 Tentang
Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan- ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya yang berbunyi sebagai berikut:
58
Apabila tanah-tanah negara sebagai dimaksud dalam Pasal 4 di atas, selain dipergunakan oleh instansi-instansi itu sendiri, juga dimaksudkan
untuk diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga, maka oleh Menteri Agraria tanah tersebut akan diberikan dengan hak pengelolaan.
Pengertian hak pengelolaan ini kemudian dipertegas lagi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 Tentang Tata Cara
Permohonan Dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya. Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri
57
Maria S.W. Sumardjono, Ibid, hlm. 199.
58
Pasal 5 Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor 9 Tahun 1965 Tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan-ketentuan Tentang
Kebijaksanaan Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
28
Nomor 1 Tahun 1977 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “hak pengelolaan “ dalam Peraturan ini adalah:
59
a. Hak Pengelolaan, yang berisi wewenang untuk : 1. Merencanakan
peruntukan dan
penggunaan tanah
yang bersangkutan;
2. menggunakan tanah
tersebut untuk
keperluan pelaksanaan usahanya;
3. menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang hak
tersebut, yang meliputi segi-segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan bahwa pemberian hak
atas tanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat
yang berwenang,
sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
b. Hak Pengelolaan yang berasal dari pengkonversian hak penguasaan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 Tentang
“Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya” yang memberi wewenang
sebagaimana tersebut dalam Ayat 1 di atas dan yang telah didaftarkan di Kantor Sub Direktorat Agraria setempat serta sudah ada sertifikatnya.
Bahkan Menurut HM. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis:
60
“Hak Pengelolaan, tidak terdapat istilahnya dalam UUPA, sungguhpun secara
substansial hak semacam itu sudah ada jauh sebelum UUPA dan juga dapat ditafsirkan sebagai hak yang diatur dalam Pasal 2 ayat 4 dan Pasal 16 ayat 1
huruf h UUPA Pengertian Hak Pengelolaan, lebih lanjut dapat dilihat pada Peraturan
Menteri NegaraKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999
59
Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 Tentang Tata Cara Permohonan Dan Penyelesaian Pemberian
Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya.
60
HM. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Kepemilikan Property Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1012, Hlm 118
Universitas Sumatera Utara
29
Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan, Pasal 1 angka 3 yang menyebutkan bahwa: “Hak Pengelolaan
adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya”.
2. Subyek dan Obyek Hak Pengelolaan