atau glikosil. Komponen fenolat bersifat larut air selama komponen tersebut berikatan dengan gula membentuk glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola
sel. Flavonoid merupakan kelompok yang terbesar di antara komponen fenolat alami yang strukturnya telah diketahui, tetapi fenol monosiklik sederhana,
fenilpropanoid dan fenolat kuinon terdapat dalam jumlah sedikit. Kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu benzokuinon, naftakuinon, antrakuinon,
dan isoprenoid kuinon. Tiga kelompok pertama umumnya terhidrolisis dan memiliki sifat fenol, sedangkan isoprenoid kuinon terdapat pada respirasi seluler
ubikuinon dan fotosintesis plastokuinon Harborne 1987. Menurut Lincoln et al. 1991 dalam Smit 2004, banyak ditemukan
respon kimia berupa aktivitas antioksidan dari makroalga. Beberapa zat yang penting pada reaksi ini adalah komponen halogen seperti alkali dan alkena,
alkohol, aldehida, hidrokuinon, dan keton.
2.3.6 Tanin dari rumput laut
Tanin adalah polifenol alami yang banyak digunakan sebagai bahan perekat tipe eksterior, yang terutama terdapat pada bagian kulit kayu. Tanin dapat
dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang
berbeda-beda. Senyawa ini memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat
mengikat logam berat, serta adanya zat yang bersifat antirayap dan jamur. Tanin yang terdapat pada kulit kayu dan kayu dapat berfungsi sebagai penghambat
kerusakan akibat serangan serangga dan jamur, karena memiliki sifat antiseptik Carter et al. 1978 dalam Shut 2002. Menurut Cox 2010, florotanin merupakan
komponen tanin yang hanya dapat ditemukan pada alga laut. Florotanin diekstrak dari alga cokelat yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi yang mungkin
berhubungan dengan molekul skeletonnya.
2.4 Senyawa Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi atau suatu zat yang dapat menetralkan radikal bebas. Ada dua macam antioksidan,
yaitu antioaksidan internal dan eksternal. Antioksidan internal yaitu antioksidan
yang diproduksi oleh tubuh sendiri disebut sebagai antioksidan primer, secara alami tubuh mampu menghasilkan antioksidan sendiri, tetapi kemampuan inipun
ada batasnya. Selain bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan
stres oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi antioksidan Rosalina 2009.
Antioksidan eksternal tidak dihasilkan oleh tubuh tetapi berasal dari makanan seperti vitamin A, beta karoten, vitamin C, vitamin E, selenium,
flavonoid, dan lain-lain. Antioksidan yang berasal dari makanan atau dari luar tubuh disebut juga antioksidan sekunder. Antioksidan internal bekerja dengan cara
menangkal terbentuknya radikal bebas, sedangkan antioksidan eksternal bekerja dengan cara meredam atau menetralisir antioksidan yang sudah terbentuk
Rosalina 2009. Tamat et al. 2007 menjelaskan antioksidan dapat berbentuk gizi seperti
vitamin E dan C, non gizi pigmen karoten, likopen, flavonoid dan klorofil, dan enzim glutation peroksidase, koenzim Q10 atau ubiquinon. Antioksidan dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu antioksidan preventif enzim
superoksidadismutase, katalase dan glutation peroksidase, antioksidan primer vitamin A, fenolat, favonoid, katekin, kuersetin dan antioksidan komplementer
vitamin C, β-karoten dan retinoid. Nugroho et al. 2006 menyatakan rumput laut mengandung komponen
unik yang kuat berupa fukoidan, alginat dan polifenol. Antioksidan klorofil pada ganggang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini membantu
membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh. Hasil penelitian Swantara et al. 2009 menunjukkan adanya aktivitas
antioksidan yang ditemukan pada ekstrak dua spesies rumput laut yaitu Exophylum wentii dan Gracillaria coronopifolia. Penelitian Kuda et al. 2005
menunjukkan ekstrak tiga alga cokelat yaitu Scytosiphon lomentoria, Papenfussilla kumoro dan Nemacystus decipiens serta satu spesies ganggang
merah yaitu Porphyra sp. menghasilkan adanya senyawa fenol 2,2-9,4 mg untuk 1000 gram sampel kering yang menunjukkan sifat antioksidan yang kuat.
2.5 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH