14
b. Analisis Kadar Air SNI 01-2891-1992
Penetapan kadar air dilakukan dengan pengeringan menggunakan oven dengan dua kali  ulangan  masing-masing  duplo.  Analisis  kadar  air  dilakukan  terhadap  dua  jenis
sampel,  yaitu  buah  takokak  segar  dan  tepung  buah  takokak.  Tahapan  pertama  yang dilakukan adalah cawan  yang akan digunakan dikeringkan dalam oven selama 15 menit
kemudian  didinginkan  dalam  desikator  dan  ditimbang.  Sebanyak  1-2  gram  sampel dimasukkan  ke  dalam  cawan  tersebut  dan  ditimbang.  Selanjutnya,  cawan  berisi  sampel
dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator dan  ditimbang.  Perlakuan  terakhir  diulangi  terus  hingga  diperoleh  berat  kering  yang
relatif  teta p berat dianggap tetap jika selisih berat sampel yang ditimbang ≤ 0.0005 g.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut. adar air g 100 g berat basah
1    2 100
Keterangan: W
= berat sampel sebelum dikeringkan g W1   = berat sampel + cawan kosong setelah dikeringkan g
W2  = berat cawan kosong g
c. Analisis Total Fenol Shetty et al. 1995 dengan modifikasi
Penentuan total fenol dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik pada sampel. Sebanyak 50.0 mg sampel kering dilarutkan dalam 2.5 ml etanol 95, kemudian
divorteks. Setelah itu dilakukan sentrifuse terhadap campuran tersebut dengan kecepatan 2000  rpm  selama  10  menit.  Supernatan  diambil  sebanyak  0.5  ml  dan  dimasukkan  ke
dalam  tabung  reaksi.  Kemudian  ke  dalam  tabung  reaksi  tersebut  ditambahkan  0.5  ml etanol  95,  2.5  ml  aquadest,  dan  2.5  ml  reagen  Folin  Ciocalteau  50.  Campuran
tersebut  kemudian  didiamkan  selama  5  menit  lalu  ditambahkan  0.5 ml  Na
2
CO
3
5  dan divorteks. Setelah itu, sampel didiamkan di ruang gelap selama satu jam, lalu dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Dalam penentuan total  fenol  ini  digunakan  asam  galat  yang  dibeli  dari  Sigma-Aldrich  sebagai  standar.
Standar  asam  galat  dibuat  dengan  variasi  konsentrasi  antara  50-250  mgml.  Penentuan total fenol dilakukan sebanyak dua ulangan masing-masing duplo.
2. Ekstraksi Bertingkat
Sebanyak  50  g  tepung  takokak  ditambah  dengan  kombinasi  pelarut  yang  pertama sebanyak  dua  kali  volume  tepung  buah  takokak,  kemudian  divorteks,  disonikasi  selama  15
menit,  disentrifugasi  pada  2000  rpm  selama  5  menit,  disaring  dan  diambil  filtratnya.  Sisa ampas  kembali  ditambahkan  kombinasi  pelarut  yang  kedua  kemudian  diekstrak  hingga
dihasilkan  filtrat  yang  kedua,  begitu  seterusnya  sehingga  dihasilkan  delapan  buah  filtrat ekstrak  takokak.  Filtrat  tersebut  kemudian  dipekatkan  menggunakan  rotary  vacuum
evaporator  pada  suhu  45°C  kemudian  dikeringkan  dengan  gas  N
2
.  Ekstraksi  bertingkat dilakukan menggunakan kombinasi pelarut yang semakin meningkat kepolarannya. Masing-
masing  ekstrak  diberikan  kode  untuk  mempermudah  pembahasan,  semakin  besar  nomor ekstrak menunjukkan semakin polar pelarut yang digunakan saat proses ekstraksi. Kombinasi
pelarut yang digunakan pada tahap ekstraksi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
15 Diagram alir tahap ekstraksi bertingkat dapat dilihat pada Gambar 9. Ekstraksi dibuat dalam
tiga kali ulangan. Tabel 5. Kombinasi pelarut untuk ekstraksi
Kode Ekstrak No. Urut
Kombinasi pelarut Metanol : Air
F1 1
1 : 0 F2
2 9.5 : 0.5
F3 3
9 : 1 F4
4 8.5 : 1.5
F5 5
8 : 2 F6
6 7 : 3
F7 7
6 : 4 F8
8 5 : 5
Sebanyak 50 gram tepung buah takokak
Penambahan masing-masing 25 ml kombinasi pelarut sesuai urutan yang telah ditentukan pada
Tabel 5 Pencampuran
Sonikasi selama 15 menit Sentrifus pada 2000 rpm selama 5 menit
Ampas Filtrat
Pemekatan dengan rotavapor pada T 45°C
Pengeringan ekstrak dengan gas N
2
Sebanyak 8 ekstrak buah takokak
Penyaringan dengan kertas saring
Gambar 9. Diagram alir ekstraksi bertingkat
16
3. Analisis aktivitas antibakteri
a. Persiapan kultur Bacillus cereus
Persiapan  kultur  dilakukan  dengan  terlebih  dahulu  menguji  keseragaman  kultur Bacillus  cereus  dengan  pewarnaan  Gram.  Pewarnaan  Gram  dilakukan  di  atas  kaca
preparat. Kultur disebar di atas kaca sehingga terbentuk lapisan tipis kemudian difiksasi dan ditambahkan pewarna ungu kristal didiamkan selama 2 menit dan dibilas. Selanjutnya
ditambahkan larutan lugol didiamkan selama 1 menit dan kembali dibilas dengan alkohol, terakhir ditambahkan pewarna merah safranin, dan dikeringkan. Morfologi bakteri dilihat
menggunakan  mikroskop  hingga  pembesaran  1000x.  Sel  bakteri  dengan  morfologi berwarna ungu merupakan bakteri Gram-positif, sedangkan sel bakteri dengan morfologi
berwarna merah merupakan bakteri Gram-negatif Madigan et al. 2003. Selanjutnya  dilakukan  perhitungan  total  kultur  bakteri  uji  menggunakan  metode
Aerobic  Plate Count  APC  untuk mengetahui  jumlah  total  bakteri  awal  sehingga  dapat diketahui  jumlah  pengenceran  yang  diperlukan  agar  jumlah  bakteri  saat  pengujian lebih
seragam. Tahap  persiapan  kultur  bakteri  dapat  dilihat  pada Gambar  10.  Sebanyak  1  ose bakteri Bacillus cereus diinokulasikan pada 5 ml NB steril kemudian diinkubasikan pada
suhu  37°C  selama  24  jam.  Kultur  bakteri  ini  yang  selanjutnya  digunakan  dalam pengujian.  Media  NB  yang  telah  berisi  bakteri  kemudian  diencerkan  pada  seri
pengenceran  10
2
-10
6
dan  ditumbuhkan  pada  media  NA  serta  diinkubasi  selama  24  jam suhu 37°C. Koloni yang tumbuh sebanyak 25 -250 dihitung berdasarkan metode Aerobic
Plate Count APC BAM 2001 dengan rumus sebagai berikut. Jumlah koloni cfuml =
ℎ Keterangan:  n = jumlah cawan
d = pengenceran pada cawan pertama
10
-2
5 ml NB Inkubasi 37°C,
24 jam
Pengambilan sebanyak 1 ose kultur B. Cereus dalam agar miring
Pengenceran
10
-3
Pengenceran
10
-4
Pengenceran
10
-5
Pengenceran
10
-6
Pengenceran
Penuangan media NA cair steril
Inkubasi pada 37°C, 24 jam dan diamati
Gambar 10. Diagram alir persiapan kultur
17
Ekstrak buah takokak
Pelarutan dalam DMSO hingga
konsentrasi 200 mgml
Kultur bakteri Bacillus cereus
Pengenceran hingga ~10
5
cfuml Inokulasi 200 µl suspensi bakteri ke
200 ml media NA bersuhu 40-42°C
Penuangan 20 ml  media berisi bakteri ke dalam cawan dan pembekuan media ± 1 jam dalam refrigerator
Pembuatan sumur berdiameter 5 mm
Penuangan  60 µl ekstrak ke dalam sumur
Inkubasi pada 37°C selama 24 jam Gambar 11. Diagram alir uji aktivitas antibakteri metode difusi sumur
b. Uji difusi sumur Shan et al. 2007 yang dimodifikasi
Ekstrak  takokak  dilarutkan  dalam  pelarut  organik  DMSO  hingga  diperoleh konsentrasi akhir 200 mgml. Kultur bakteri Bacillus cereus yang telah disegarkan sehari
sebelumnya diencerkan hingga ~10
5
CFUmL. Sebanyak 200 μL suspensi bakteri tersebut
kemudian  diinokulasikan ke  dalam  200 ml  media  NA  cair yang  bersuhu  40  °C – 42 °C
lalu dituang ke dalam cawan dengan volume masing-masing cawan berkisar antara 20-25 ml  media.  Media  tersebut  didiamkan  selama  ±  1  jam  agar  memadat  lalu  dibuat  sumur
berdiameter  5  mm  dengan  kedalaman  ±3-4  mm  kemudian  sebanyak  60 μL  ekstrak
dituangkan  ke  dalam  sumur  tersebut.  Pelarut  organik  DMSO  digunakan  sebagai  kontrol negatif,  dan  antibiotik  kloramfenikol  25  mgml  DMSO  digunakan  sebagai  kontrol
positif. Media kemudian diinkubasi selama ± 1 jam dalam refrigerator agar memudahkan ekstrak  untuk  berdifusi,  kemudian  kembali  diinkubasi  pada  suhu  37
o
C  selama  24  jam. Aktivitas antibakteri dihitung dengan mengukur diameter zona bening yang dihasilkan di
sekitar  areal  sumur  dan  dinyatakan  sebagai  nilai  DIZ  diameter  of  inhibition  zone.  Uji difusi sumur dilakukan sebanyak tiga ulangan masing-masing duplo.
18
c. Uji nilai MIC dengan metode Macrodilution Wiegand et al. 2008 yang dimodifikasi
Nilai Minimum Inhibitory Concentratrion MIC dari ekstrak metanol buah takokak dihasilkan  dengan  menggunakan  metode  pengenceran  macrodilution.  Ekstrak  buah
takokak terpilih dilarutkan dengan DMSO hingga konsentrasi 600 mgml sebagai larutan stok.  Kemudian  larutan  stok  ini  diencerkan  sesuai  dengan  konsentrasi  yang  telah
ditentukan seperti yang dapat dilihat pada Tabel  6. Setelah dibuat campuran ekstrak dan NB  pada  berbagai  konsentrasi  kemudian  masing-masing  campuran  tersebut  diambil
sebanyak  1  ml  dan  ditambahkan  1  ml  kultur  Bacillus  cereus  ~10
5
cfuml.  Setelah penambahan  bakteri  dilakukan,  secepatnya  divorteks  dan  dihitung  jumlah  bakteri  saat  0
jam  dengan  metode  cawan  tuang.  Kemudian  campuran  ekstrak  dan  bakteri  tersebut diinkubasi dalam shaker incubator suhu 37°C selama 24 jam pada kecepatan 150 rpm dan
kembali dihitung jumlah bakteri setelah 24 jam dengan metode  cawan tuang. Nilai MIC diperoleh  dengan  membuat  kurva  hubungan  antara  persentase  penghambatan  dan
konsentrasi ekstrak yang diuji. Konsentrasi ekstrak terkecil yang menghasilkan persentase penghambatan    90  merupakan  nilai  MIC  Cosentino  et  al.  1999.  Uji  nilai  MIC
dilakukan sebanyak dua ulangan masing-masing duplo. Diagram alir pengujian nilai MIC dapat dilihat pada Gambar 12.
Tabel 6. Pembuatan larutan ekstrak untuk uji nilai MIC
Tahapan Konsentrasi
Ekstrak mgml
Sumber V ekstrak
yang diambil ml
V NB steril
ml Konsentrasi
Ekstrak Hasil Pengenceran
mgml Konsentrasi
Ekstrak saat Pengujian
mgml
1 600
Stok 1.5
1.5 300
150 2
300 Tahapan 1
0.5 0.5
150 75
3 300
Tahapan 1 1
1.5 120
60 4
120 Tahapan 3
1 1
60 30
5 120
Tahapan 3 0.5
1 40
20 6
60 Tahapan 4
0.5 1
20 10
4. Analisis profil KLT ekstrak buah takokak Gritter et al. 1991
Sebanyak  delapan  ekstrak hasil  dari  ekstraksi  bertingkat tepung  buah  takokak  dianalisis dengan metode KLT sehingga didapatkan profil KLT dari masing-masing ekstrak. Prosedur
yang  dilakukan  yaitu  masing-masing  ekstrak  ditotolkan  pada  pelat  KLT.  Setelah  kering, dilakukan elusi dalam bejana yang telah dijenuhkan oleh uap eluen pengembang fase gerak.
Bercak  hasil  elusi  diamati  di  bawah  lampu  UV  pada  panjang  gelombang  254  dan  366  nm atau menggunakan reagen  pewarna  bercak  seperti  vanillin-H
2
SO
4
.  Pada analisis profil  KLT ini  hanya  dilihat  hasil  pemisahan  dengan  KLT  dari  ekstrak  buah  takokak.  Pemisahan  yang
baik adalah yang menunjukkan bercak terbanyak dan terpisah satu sama lain.
19
Jumlah koloni pada t = 0 Jumlah koloni pada t = 24
Ekstrak buah takokak terpilih Ekstrak F1
Pelarutan dengan DMSO
Ekstrak STOK 600 mgml
Pembuatan seri pengenceran sesuai konsentrasi yang diinginkan Tabel 6
Pengambilan sebanyak 1 ml dari masing-masing seri pengenceran Penambahan kultur bakteri sebanyak 1 ml
~10
5
cfuml Pencampuran
Inkubasi dalam shaker incubator 24 jam, 37°C pada 150 rpm
Gambar 12. Diagram alir penentuan nilai MIC metode macrodilution 10
-4
10
-5
Pengenceran
10
-6
Pengenceran
Penuangan media NA cair steril Inkubasi pada 37°C,
24 jam dan diamati 10
-4
10
-5
Pengenceran
10
-6
Pengenceran
Penuangan media NA cair steril
Inkubasi pada 37°C, 24 jam dan diamati
20
5. Identifikasi komponen antibakteri dari ekstrak buah takokak terbaik