BAB V REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KERJA PADA ANAK JALANAN
Pada bab ini akan di bahas mengenai tipe-tipe representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan terkait dengan ciri demografis, kondisi sosial ekonomi keluarga,
dan motivasi menjadi anak jalanan. Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan dibangun oleh empat dimensi yaitu informasi yang dimiliki, keyakinan, opini,
dan sikap terhadap kerja yang dimiliki oleh anak jalanan. Penjelasan mengenai dimensi-dimensi representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan akan dibahas
secara deskriptif.
5.1 Tipe-Tipe Representasi Sosial Tentang Kerja Pada Anak Jalanan
Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan adalah sejumlah image, opini, penilaian, dan keyakinan umum mengenai kerja yang ada pada anak jalanan
yang diperoleh dari hasil interaksi sesama kelompok anak jalanan. Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan dikategorikan ke dalam 9 kategori Tabel 3 yaitu
untuk kehidupan, cari kebebasan, cari hiburan, cari teman, cari pengalaman, untuk sekolah, bantu orangtua, cari uang, dan untuk makan.
Berdasarkan tabel 3, central core dari representasi sosial yang ada pada anak jalanan adalah cari uang. Sedangkan pheriperal core dari representasi sosial adalah
untuk makan, untuk kehidupan, dan cari teman. Representasi sosial yang ada pada anak jalanan dibagi menjadi tiga tipe, antara lain tipe I: kerja di jalanan untuk
membantu orangtua mencari nafkah, tipe II: kerja di jalanan untuk menambah teman, dan tipe III: kerja di jalanan untuk mencari pengalaman.
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Berdasarkan Representasi Sosial Tentang kerja
Representasi Sosial
Kode Total
1 2
3 n
n n
Untuk Kehidupan
15 25
29
48
16 27
60 100 Cari
Kebebasan 37
62 6
10 17
28 60 100
Cari Hiburan 36
60 12
20 12
20 60 100
Cari Teman 13
22 28
47 19
31 60 100
Cari Pengalaman
32 53
17 28
11 19
60 100 Untuk Sekolah
30 50
12 20
18 30
60 100 Bantu
Orangtua 7
12 24
40 29
48 60 100
Cari Uang 4
7 18
30 38
63 60 100
Untuk Makan 6
10 34
57 20
33 60 100
Keterangan 1 paling tidak mewakili; 2 netral; 3 paling mewakili
Tipe representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan dapat dilihat dengan jelas pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Tipe Representasi Sosial Tentang Kerja Pada Anak Jalanan
Tipe Representasi Sosial Tentang Kerja Pada Anak Jalanan
Tipe I: “Kerja di Jalanan
Untuk Membantu Orangtua Mencari
Nafkah” 63 persen atau
38 orang Tipe II:
“Kerja di Jalanan Untuk Menambah Teman”
30 persen atau 18 orang
Tipe III: “Kerja di Jalanan
Untuk Mencari Pengalaman”
7 persen atau 4 orang
5.1.1 Tipe I: Kerja Di Jalanan Untuk Membantu Orangtua Mencari Nafkah
Tipe representasi sosial tentang kerja pencari nafkah dicirikan oleh anak jalanan yang memiliki central core yaitu cari uang dan bantu orangtua. Makna kerja
yang dimiliki oleh anak jalanan mengindikasikan bahwa anak jalanan berasal dari keluarga miskin. Hal tersebut dapat terlihat pada dari representasi sosial tentang kerja
yang dimiliki merupakan suatu usaha untuk mencari uang guna membantu orangtua demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penegasan terhadap tipe ini terlihat pula
pada pheriperal core yang dimiliki yaitu untuk makan dan untuk kehidupan. Dan bagi mereka bekerja bukanlah mencari kebebasan, cari hiburan dan cari pengalaman
Tabel 4. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe I Berdasarkan Central core dan
Pheriperal core
Representasi Sosial n
Cental core Cari uang
38 100
Bantu orangtua 21
55 Pheriperal core
Untuk makan 24
63 Untuk kehidupan
19 50
Anak jalanan tipe I memiliki ciri demografi yaitu sebagian besar berusia di atas 12 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Sebagian dari anak jalanan tipe I
memiliki pengalaman kerja lebih dari satu tahun. Jika dilihat usia sekarang mereka bekerja 12 tahun dikurangi dengan lama bekerja 1 tahun dapat diperkirakan
bahwa anak jalanan tipe I sudah mulai bekerja di jalanan sejak usia dibawah 11 tahun. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi keluarga yang miskin sehingga orangtua turut
mempekerjakan anak-anak mereka untuk mencari uang.
Sebagian besar anak jalanan tipe I memiliki tempat tinggal bersama orangtua, walaupun ada pula yang tinggal bersama teman sekelompok, menggelandang di
jalanan, dan tinggal bersama saudara. Anak jalanan tipe ini sudah tidak sekolah dan hanya memiliki pendidikan terakhir yaitu SD dan sederajat Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe I Berdasarkan Ciri Demografis
Ciri Demografis n
Usia 12-17 tahun
32 84
Pengalaman kerja 1 tahun
35 92
Jenis kelamin Laki-laki
32 84
Tempat tinggal Bersama orangtua
19 50
Status sekolah Tidak sekolah
26 68
Pendidikan terakhir SD dan sederajat
24 63
Keberadaan orangtua Memiliki bapak dan ibu
30 79
Motivasi menjadi anak jalanan tipe I berasal dari diri sendiri, artinya anak jalanan bekerja atas kemauan mereka sendiri. Ternyata setelah ditanyakan kembali
alasan mereka turun ke jalan karena kurang kasih sayang atau perhatian dari keluarga. Seperti diungkapkan oleh Wl 15 tahun.
”Saya kerja atas kemauan sendiri, ngapain juga di rumah ’bete’. Mendingan ngamen di sini bisa dapet duit. Lumayan kak, bisa bantuin
ma’ beli beras. Ma’ sama bapak pagi-pagi udah gawe jadi saya sendirian, sepi di rumah kak.Wl,15 tahun”
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe I Berdasarkan Motivasi dan Alasan Turun Ke Jalan
Aspek n
Motivasi Sendiri
17 45
Alasan turun ke jalan Kurang kasih sayang kelarga
16 42
Kondisi sosial ekonomi keluarga anak jalanan merupakan salah satu faktor pendukung lainnya yang menyebabkan seorang anak bekerja di jalanan. Berdasarkan
Tabel 7, terlihat bahwa sebagian besar anak jalanan tipe I memiliki jumlah saudara antara 3 sampai 5 orang, hal ini berarti keluarga anak jalanan termasuk keluarga
besar. Jumlah anggota keluarga menggambarkan jumlah perut yang harus diisi oleh makanan. Dapat dipahami bahwa keberadaan jumlah anggota keluarga yang besar
mengakibatkan orangtua turut mempekerjakan anak-anak mereka untuk mencari uang.
Jenis pekerjaan bapak sebagai kepala keluarga adalah buruh terampil seperti PRT, supir angkutan, satpam dan karyawan. Sedangkan ibu, sebagian besar tidak
bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Keadaan tersebut semakin mempersulit keadaan ekonomi keluarga anak jalanan. Pendidikan terakhir orangtua anak jalanan
hanya sampai tingkat SD dan sederajat. Hal tersebut menyebabkan mereka tidak memiliki kesempatan bekerja pada sektor formal Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe I Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga n
Jumlah saudara 3-5 orang
27 71
Pendidikan bapak SD dan sederajat
20 53
Pekerjaan bapak Buruh halus
12 32
Penghasilan bapak Tidak tahu
19 50
Pendidikan ibu SD dan sederajat
21 55
Pekerjaan ibu Tidak bekerja
26 68
Penghasilan ibu Tidak berpenghasilan
26 68
5.1.2 Tipe II: Kerja Di Jalanan Untuk Menambah Teman
Anak jalanan tipe II memiliki central core yaitu cari teman, cari hiburan dan bantu orangtua Tabel 8. Pheriperal core dari representasi sosial tentang kerja adalah
untuk makan. Jika dilihat dari makna kerja yang dimiliki oleh tipe II bersifat sosial.
Artinya didalam bekerja anak jalanan mementingkan untuk mengembangkan dunia sosialnya seperti memperbanyak teman, menambah pergaulan, mencari hiburan untuk
menghilangkan stres dan ’bete’ karena kurangnya perhatian dari orangtua di rumah. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe II Berdasarkan Central core dan
Pheriperal core
Representasi Sosial n
Central core Cari teman
11 61
Cari hiburan 9
50 Bantu orangtua
9 50
Pheriperal core Untuk makan
10 56
Anak jalanan tipe II memiliki ciri demografis Tabel 9 seperti usia sebagian besar diatas 15 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Mereka memiliki preferensi
yang kuat untuk mencari teman didalam bekerja. Sebagian dari anak jalanan tipe II memiliki pengalaman kerja lebih dari 1 tahun. Hal tersebut berarti mereka bekerja
sejak usia mereka dibawah 13 tahun. Anak jalanan tersebut memiliki tempat tinggal bersama orangtua dan sudah tidak sekolah karena orangtua tidak memiliki biaya
untuk menyekolahkan mereka. Mereka bersekolah sampai tingkat SD dan sederajat, tetapi bagi mereka itu sudah cukup. Minimal mereka tidak buta huruf. Hal ini seperti
yang diungkapkan An 15 tahun yang bersekolah samapi tingkat SD. ”Biarin cuma sekolah sampe SD, itu udah cukup kak. Yang penting
bisa baca dan ngitung dikit-dikit...”
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe II Berdasarkan Ciri Demografis
Ciri Demografis n
Usia 15-17 tahun
10 56
Jenis kelamin Perempuan
14 78
Tempat tinggal Bersama orangtua
13 72
Status sekolah Tidak sekolah
14 78
Pendidikan terakhir SD dan sederajat
13 72
Keberadaan orangtua Memiliki bapak dan ibu
15 83
Pengalaman kerja 1 tahun
16 89
Motivator anak jalanan tipe II berasal dari teman. Bagi mereka teman adalah orang terdekat bukan orangtua. Ternyata setelah ditanyakan kembali, mereka
memiliki alasan khusus untuk turun ke jalan yaitu kurang kasih sayang dan perhatian dari keluarga. Orangtua yang terlalu sibuk bekerja karena kurang menyediakan waktu
untuk berbincang-bincang dan berinteraksi dengan mereka. Oleh karena itu, mereka keluar dari rumah dan mencari oranglain yang bisa mendengarkan dan berbagi
bersama mereka. Seperti yang diungkakpkan oleh Ttn 15 tahun yang turun ke jalan karena kurang perhatian dari orangtua.
”Dirumah orangtua, terutama ma’ ga pernah mau dengerin kalo saya mau curhat. Katanya ntar aja lagi sibuk dengan kerjaan rumah...”
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe II Berdasarkan Motivasi dan Alasan Turun Ke Jalan
Aspek n
Motivasi Teman
9 50
Alasan turun ke jalan Kurang kasih sayang kelarga
8 44
Kondisi sosial ekonomi keluarga anak jalanan tipe II Tabel 11 lebih baik dibandingkan tipe I. Walaupun jumlah saudara kandung sama yaitu diantara 3-5
orang tetapi kedua orangtua anak jalanan bekerja walaupun disektor informal. Orangtua anak jalanan tipe II memiliki pendidikan terakhir SD dan sederajat. Hal
tersebut membuat orangtua anak jalanan hanya dapat melakukan pekerjaan yang mudah dan hanya membutuhkan sedikit keterampilan. Sebagian besar jenis pekerjaan
bapak sebagai kepala keluarga adalah pengemis dan pengamen. Sedangkan ibu, sebagian besar bekerja sebagai pengemis. Mengenai penghasilan yang diperoleh
hanya sebagian kecil yang diketahui. Sebagian besar penghasilan bapak yang diketahui berkisar antara Rp 200.000,00 – Rp 600.00,00 per bulan. Sedangkan ibu,
besar penghasilan yang diketahui kurang dari Rp 400. 000,00 per bulan. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe II Berdasarkan Kondisi Sosial
Ekonomi Keluarga
Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga n
Jumlah saudara 3-5 orang
12 67
Pendidikan bapak SD dan sederajat
12 67
Pekerjaan bapak Pemulung dan Pengemis
6 33
Penghasilan bapak Rp 200.000,00-Rp 600.000,00
6 33
Pendidikan ibu SD dan sederajat
8 44
Pekerjaan ibu Pengemis
8 44
Penghasilan ibu Rp 400 000,00
6 33
5.1.3 Tipe III: Kerja Di Jalanan Untuk Mencari Pengalaman
Anak jalanan tipe III memiliki central core yaitu cari kebebasan. Sedangkan, pheriperal core yang dimiliki oleh anak jalanan tipe ini adalah untuk sekolah, cari
teman, cari pengalaman. Jika dilihat dari central core dan pheriperal core yang dimiliki, semuanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan
diri Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe III Berdasarkan Central core dan Pheriperal core
Representasi Sosial n
Central core Cari kebebasan
3 75
Pheriperal core Untuk sekolah
3 75
Cari teman 3
75 Cari pengalaman
2 50
Anak jalanan tipe III memiliki ciri demografis Tabel 13 yaitu usia sebagian besar diatas 15 tahun, kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar anak
jalanan masih memiliki bapak dan ibu dan memiliki tempat tinggal bersama orangtua. Anak jalanan tipe ini ada yang masih berstatus sekolah dan tidak sekolah, bagi
mereka yang masih sekolah sedang menempuh pendidikan di tingkat SLTP dan sederajat dan mereka yang sudah tidak sekolah memiliki pendidikan terakhir SD dan
sederajat. Mengenai pengalaman kerja, anak jalanan tipe III telah bekerja di jalanan lebih dari 1 tahun, berarti anak jalanan tipe III mulai bekerja sejak umur dibawah 14
tahun. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe III Berdasarkan Ciri Demografis
Ciri Demografis n
Usia 15-17 tahun
4 100
Jenis kelamin Laki-laki
4 100
Tempat tinggal Bersama orangtua
2 50
Teman sekelompok 2
50 Status sekolah
Sekolah 2
50 Tidak sekolah
2 50
Pendidikan terakhir SD dan sederajat
2 50
SLTP dan sederajat 2
50 Keberadaan orangtua
Memiliki bapak dan ibu 4
100 Pengalaman kerja
1-2 tahun 2
50 2 tahun
2 50
Berdasarkan tabel 13, dapat dikatakan bahwa tipe III dimiliki oleh anak-anak yang berusia diatas 15 tahun dan memasuki usia remaja. Pada usia ini mereka sudah
mulai ingin bebas dan mencari jati diri mereka, hal ini sesuai dengan makna kerja pinggiran tipe ini yaitu cari pengalaman. Mereka mencoba hal-hal baru demi
mengekspresikan keinginan mereka untuk mencari kebebasan. Seperti diungkapkan oleh Al 17 tahun.
”Jadi anak jalanan enak kak bebas, bebas mau ngapain aja, ga ada yang nngatur. Disini awal saya ngerokok dan ’minum’ karena pengaruh teman
yang menawari saya untuk ngerokok dan minum pas lagi nongkrong. Ga enak kan kak kalo ga di ambil tuh rokok, jadi aja sekarang jadi pecandu
rokok....”
Motivasi anak jalanan tipe III menjadi anak jalanan berasal dari teman karena bagi anak jalanan orang terdekat bagi mereka bukanlah orangtua. Alasan seorang
anak turun ke jalan pada tipe III ada dua yaitu kurang kasih sayang keluarga kondisi rumah yang tidak harmonis dan mencari tambahan uang jajan. Anak jalanan yang
bekerja di jalanan untuk tambahan uang jajan merupakan anak jalanan yang masih bersekolah, sehingga mereka bekerja untuk membayar uang sekolah atau membeli
perlengkapan sekolah Tabel 14. Seperti yang diungkapkan oleh Rw 16 tahun yang bekerja untuk mencari tambahan uang jajan.
”Alasan saya kerja untuk nyari tambahan uang jajan buat bayaran sekolah dan membeli perlengkapan sekolah lainnya. Kasihan kan kak, kalo harus
minta sama orangtua. Biar saya sekolah kak, tapi ga boleh nyusahain orangtua...”
Sedangkan, bagi anak jalanan yang sudah tidak sekolah, bekerja di jalanan merupakan suatu kompensasi dari kurangnya perhatian dan kasih sayang dari
keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh orangtua terlalu sibuk bekerja dan kurang
menyediakan waktu untuk berbagi dan bercerita dengan anak-anak mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Am 16 tahun.
”Saya jadi anak jalanan kaya gini karena ga dapet perhatian dari orangtua. Jadi saya pergi keluar rumah untuk mencari teman dan pengalaman, biar
punya pengalaman hidup aja..”
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe III Berdasarkan Motivasi dan Alasan Turun Ke Jalan
Aspek n
Motivasi Teman
3 75
Alasan turun ke jalan Kurang kasih sayang kelarga
2 50
Isengmencari tambahan uang jajan 2
50
Kondisi sosial ekonomi keluarga anak jalanan tipe III lebih baik dibandingkan kedua tipe lainnya. Walaupun jumlah saudara kandung yang dimiliki sama yaitu
antara 3-5 orang, tetapi semua responden memiliki bapak bekerja. Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh bapak dari anak jalanan tipe III sebagai buruh kasar
atau pekerja serabutan. Sedangkan untuk ibu, hanya sebagian yang bekerja yaitu di bidang jasa yaitu sebagai PRT dan tukang cuci botol kecap dengan penghasilan yang
diketahui antara Rp 200.000,00 – Rp 400.000,00 per bulan. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh orangtua anak jalanan tidak lepas dari pengaruh pendidikan yang
dimiliki. Sebagian besar pendidikan terakhir orangtua anak jalanan adalah SD dan sederajat Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Anak Jalanan Tipe III Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga n
Jumlah saudara 3-5 orang
3 75
Pendidikan bapak SD dan sederajat
2 50
SLTP dan sederajat 2
50 Pekerjaan bapak
Buruh kasar 2
50 Penghasilan bapak
Tidak tahu 3
75 Pendidikan ibu
SD dan sederajat 3
75 Pekerjaan ibu
Tidak bekerja 2
50 Jasa
2 50
Penghasilan ibu Tidak berpenghasilan
2 50
5.2 Dimensi – Dimensi Representasi Sosial tentang Kerja Pada Anak Jalanan