Representasi Sosial Tentang Kerja

salah jika elemen ini disebut Abric 1993 sebagai suatu sistem defense dari representasi. Jadi representasi sosial sebenarnya memperkenalkan adanya sintesis yang baru antara individu dengan lingkup sosialnya. Posisi individu dalam teori ini dinilai tidak menghasilkan pola pikir dalam situasi yang terisolasi, namun dari basis saling mempengaruhi satu sama lain. Dan itu menjadi dasar bagi munculnya pemaknaan bersama tentang suatu obyek dan mempengaruhi perilaku individu berdasarkan makna bersama tersebut.

2.2 Representasi Sosial Tentang Kerja

Penelitian mengenai representasi sosial tentang kerja masih belum banyak diteliti. Maka dari itu digunakanlah hasil penelitian makna kerja untuk memberikan informasi mengenai makna kerja yang melekat pada diri individu. Diasumsikan makna kerja yang berada pada level individu berada pula pada level masyarakat atau disebut sebagai representasi sosial. Pada masyarakat modern makna bekerja menjadi bersifat ekonomis, dimana bekerja lebih sering diartikan sebagai aktivitas seseorang yang bertujuan untuk memperoleh imbalan uang atau barang nyata lainnya. Menurut Brief 1990 dalam Amananty 1997 kebanyakan penulis menggunakan definisi yang bersifat ekonomis tersebut. Penilaian terhadap makna dapat dilakukan dengan melihat aspek sejarah atau dimensi waktu. Dengan berjalannya waktu, maka penelitian mengenai bekerja tidak hanya terfokus pada aspek pemenuhan kebutuhan pokok atau aspek ekonomisnya. Pemahaman terhadap makna bekerja semakin dipengaruhi oleh banyak aspek sesuai dengan perkembangan sosial yang ada. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Tim MOW Meaning of Working Team bahwa perkembangan sosial budaya yang tengah berlangsung dalam masyarakat mempunyai pengaruh terhadap makna bekerja bagi individu. Dimana, setiap individu berbeda dalam menghayati konsep dan makna bekerja. Ada yang menganggap bahwa bekerja merupakan sarana untuk mencukupi kebutuhan pokoknya, ada pula yang beranggapan bahwa dengan bekerja kebutuhan-kebutuhan sosial seperti memperoleh kepuasan, mengembangkan kemampuan, dapat terpenuhi Amanaty, 1997. Tim MOW mengungkapkan bahwa makna bekerja adalah suatu aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi orang lain, “an activity that produce something of value for other people” MOW international research team, 1987:160 Pengertian bekerja disampaikan pula oleh Watson 1995, bekerja tidak hanya usaha untuk bertahan hidup melainkan merupakan sarana dimana seseorang dapat menemukan konsep diri di dalam proses bekerja. Watson 1995 mendefinisikan kerja adalah “the carrying out of tasks which enable people to make a living... but in the process people bound up with their conception of self” Watson, 1995:112. Sementara itu, menurut Amanaty 1997 menyatakan bekerja adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri, baik yang bersifat fisik maupun psikologisnya. Jadi secara konseptual, representasi sosial tentang kerja adalah sejumlah image, opini, penilaian, dan keyakinan umum mengenai kerja. Berdasarkan makna kerja yang diungkapkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa representasi sosial tentang kerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh kepuasan, mengembangkan kemampuan, dapat menemukan konsep diri, serta untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

2.2.1 Pengukuran Makna Kerja

Pemahaman dan penghayatan terhadap makna bekerja menjadi relatif terkait dengan situasi dan sudut pandang tertentu. Salah satunya ialah pendekatan yang digunakan oleh Kaplan dan Tausky dalam Rasyid, 1987 pada Amanaty 1997 mengajukan konsep mengenai tipologi mengenai makna bekerja yang intinya dengan bekerja individu mampu mendapatkan sarana untuk: 1. Memenuhi status dan prestisenya 2. Mendapatkan penghasilan 3. Dapat mengisi waktunya secara lebih berarti 4. Mendapatkan sarana untuk melakukan kontak sosial atau interpersonal 5. Memberikan layanan atau pengabdian yang bersifat sosial 6. Mengekspresikan diri atau memperoleh kepuasan secara intrinsik, diantaranya memperoleh pengalaman, mempelajari sesuatu yang baru, aktualisasi diri, dan mengembangkan kemampuan diri. Secara singkat dalam konsep tipologi tersebut, bekerja mempunyai dua fungsi, baik bersifat instrumental maupun ekspresif. Dalam fungsi ekspresif bekerja mempunyai makna sebagai sarana untuk mengekspresikan jati diri individu dalam konteks sosialnya. Makna ekspresif tergambar dalam bentuk keinginan untuk mendapatkan kepuasan dari penerapan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, kepuasan karena dapat membantu orang lain. Sementara itu, makna instrumental dapat dilihat dari fungsi bekerja sebagai sarana untuk mencari penghasilan, bertahan hidup, dan mendapatkan rekan untuk usaha. Lebih jauh mengenai dimensi makna bekerja, Tim MOW Meaning Of Working International Research Team, 1987 mengadakan penelitian mengenai makna bekerja pada sektor formal perusahaan di sejumlah negara. Penelitian tersebut berlandaskan pada kerangka pemikiran yang melibatkan lima dimensi makna bekerja yaitu sentralitas kerja work centrality, norma-norma sosial mengenai bekerja societal norms about working, hasil-hasil bekerja yang bernilai valued working outcomes, kepentingan tujuan bekerja importance of work goals, dan identifikasi peran bekerja working role identifications. Didalam model yang dikemukakan oleh Tim MOW 1987, ada seperangkat variabel yang berpengaruh didalam proses pemberian makna terhadap bekerja pada seseorang, yaitu variabel yang tergolong pribadi dan situasi keluarga personal and family situation,antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan formal, agama; pekerjaan saat ini dan sejarah karir present job and career history, seperti status pekerjaan dan masa kerja; lingkungan sosial ekonomi secara makro macro socio-economic environment. Hasil penelitian Amanaty 1997 yang dilakukan pada karyawati yang bekerja pada sektor industri dan manufaktur menemukan hal yang berbeda mengenai dimensi-dimensi makna bekerja. Ternyata hasil penelitiannya mengungkapkan terdapat delapan dimensi makna bekerja yang berbeda dengan hasil penelitian MOW. Delapan dimensi tersebut diurutkan sebagai berikut: 1. Dimensi Peningkatan Ketrampilan dan Jaringan Sosial 2. Dimensi Pemenuhan Kebutuhan Hidup 3. Dimensi Penerapan Pengetahuan 4. Dimensi Jenjang Karir 5. Dimensi Kemandirian dan Kesejajaran Dengan Pria 6. Dimensi Ibadah dan Tanggung Jawab Sosial 7. Dimensi Peningkatan Status Sosial 8. Dimensi Pencarian Pasangan Hidup Dari delapan dimensi tersebut, terdapat dua dimensi yang paling bermakna bagi karyawati yaitu dimensi peningkatan ketrampilan dan jaringan sosial serta dimensi pemenuhan kebutuhan hidup. Sedangkan dua dimensi yang dirasakan kurang bermakna adalah dimensi pencarian pasangan hidup dan dimensi peningkatan status sosial. Dari penjelasan di atas, terdapat variasi dimensi makna. Hal ini disebabkan siapa yang memberikan makna tersebut terkait dengan karakteristik individu yang mempengaruhi pemberian makna, tingkat pendidikan, dan sektor bekerja formalinformal. Sedangkan lingkungan sosial, tugas dalam pekerjaan, dan tujuan hidup nampaknya berperan dalam pembentukan representasi sosial. Maka untuk representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan mungkin saja mempunyai dimensi yang berbeda dengan dimensi di atas. 2.3 Karakteristik Anak Jalanan 2.3.1 Pengertian Anak Jalanan