Analisis Biaya Pokok Analisis Kelayakan Usaha

46 Tabel 19. Analisis biaya tidak tetap untuk kapasitas produksi 4 kgproses Uraian Biaya Tidak Tetap Rptahun untuk 4 kg sekali proses Biaya Operasional Bahan baku ikan lemuru 57600000 Kemasan 32184000 Gas untuk penggorengan hampa 8294400 Bensin 5184000 Tenaga kerja 3 orang 34560000 Biaya listrik 3704680 Pelumas genset 60000 Minyak goreng 33750000 Biaya Khusus Box kontrol suhu 1700000 Lampu pengintai 25000 Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Pemeliharaan bangunan 250000 Pemeliharaanperawatan motor 500000 Perawatan mesin 283200 Total biaya tidak tetap 178440880 Tabel 20. Hasil perhitungan total biaya tetap dan biaya tidak tetap Kapasitas kgproses Total bahan baku produksi kgtahun Biaya tetap Rptahun Biaya tidak tetap Rptahun Total biaya Rptahun 8 8640 20337700 216809128.5 237146828 6 7200 20337700 200775471.8 221113171.8 5 6336 20337700 187646327.6 207984027.6 4 5760 20337700 178440880 198778580

4. Analisis Biaya Pokok

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh besar biaya pokok produksi keripik ikan lemuru untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5kg dan 4 kg adalah Rp. 73684.69674,-kg, Rp. 82443.39,-kg, Rp. 88122.85,-kg dan Rp. 92644.75,-kg. 47 Tabel 21.Analisis biaya pokok dan keuntungan keripik pada berbagai kapasitas produksi Kapasitas kgproses Total bahan baku produksi kgtahun Hasil produksi kg tahun Total biaya Rptahun Biaya pokok Rpkg Asumsi harga penjuala n Rpkg Pendapatan Rptahun Keuntungan Rptahun 8 8640 3218.4 237146828 73684.69674 85000 273567400 36417172 6 7200 2682 221113172 82443.39 85000 227970000 6856828 5 6336 2360.16 207984028 88122.85 85000 200613600 -7370428 4 5760 2145.6 198778580 92644.75 85000 182376000 -16402580 Dari tabel diatas, diperoleh pendapatan sebesar Rp. 273567400 ,-tahun untuk kapasitas produksi 8 kg, Rp. 227970000 ,-tahun untuk kapasitas 6 kg, Rp. 200613600 ,-tahun untuk 5kg dan Rp. 182376000 ,- tahun untuk kapasitas 4 kg dengan asumsi semua produk terjual habis. Berdasarkan keuntungan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa UKM akan mendapatkan keuntungan apabila kapasitas minimal masuk per prosesnya adalah 6 kg, hal ini bisa dilihat dari nilai keuntungan untuk 8kg dan 6 kg yang positif. Sedangkan untuk5 kg dan 4 kg mengalami kerugian sebesar Rp. 7370428 ,-tahun dan Rp. 16402580 ,-tahun yang artinya UKM akan merugi jika kapasitas masuk per prosesnya sebesar 5 kg dan 4 kg.

5. Analisis Kelayakan Usaha

Tabel 22. Nilai NPV, IRR,Net BC, dan Gross BC pada berbagai kapasitas Kapasitas kg NPV Rp Net BC GrossBC IRR 8 122294700.8 2.451 1.152 73.07 6 23203845.32 1.275 1.031 35.72 5 -24488122.74 0.709 0.965 4.42 4 -55200081.06 0.345 0.918 - Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa usaha keripik ikan lemuru layak diusahakan apabila kapasitas minimal per prosesnya adalah 6 kg. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV untuk kapasitas 8 kg dan 6 kg lebih besar dari nol. Sedangkan yang kapasitas 5 kg dan 4 kg, nilai NPV ny lebih kecil dari nol sehingga tidak layak diusahakan. Begitu juga dengan nilai IRR, dimana nilai IRR untuk kapasitas 8 kg dan 6 kg yang lebih besar dari tingkat suku bunga 15. Berarti usaha tersebut masih layak dengan kapasitas 8 kg dan 6 kg. Sedangkan untuk kapasitas 5 kg nilai IRR nya lebih kecil dari 15 dan 4 kg nilai IRR nya tidak ditemukan. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha dengan kapasitas 5 kg dan 4 kg tidak layak untuk dijalankan. Dan untuk nilai Net BC dan Gross BC yang lebih besar dari satu, hanya terdapat pada kapasitas 8 kg dan 6 kg. Sedangkan kapasitas 5 kg dan 4 kg, nilai Net BC dan Gross BC nya masih lebih kecil dari satu. Hal ini memperlihatkan bahwa, usaha layak dijalankan pada kapasitas 8 kg dan 6 kg. Cashflow untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5 kg dan 4 kg dapat dilihat pada lampiran 14,15, 16, dan 17. 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu dan waktu penggorengan akan meningkatkan kadar lemak dan kekerasan keripik, serta menurunkan kadar air keripik ikan lemuru. 2. Dilihat dari analisis sidik ragam, perlakuan penggorengan suhu, waktu, dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar air, sedangkan untuk rendemen yang berpengaruh nyata hanya perlakuan suhu dan waktu. Untuk kadar lemak, kekerasan, dan parameter warna nilai a dan nilai b, yang berpengaruh nyata hanya perlakuan waktu penggorengan. Dan untuk nilai kecerahan L, tidak satupun yang berpengaruh nyata terhadap nilai kecerahan. 3. Suhu dan waktu penggorengan yang terbaik untuk pembuatan keripik ikan lemuru adalah suhu 90 o C selama 45 menit. Karena berdasarkan uji terhadap parameter mutu kadar air, perlakuan tersebut memiliki nilai kadar air yang paling rendah yang tidak beda nyata dengan perlakuan 90 o C selama 60 menit dan 100 o C selama 60 menit. Walaupun berdasarkan uji pembobotan bahwa perlakuan 100 o C selama 60 menit adalah yang tertinggi, namun yang dianggap perlakuan terbaik untuk penggorengan hampa keripik ikan lemuru adalah 90 o C selama 45 menit. Karena perlakuan tersebut masih diterima oleh panelis dengan skor bobot yang berada diantara 5-7. Selain itu jika ditinjau dari aspek bisnis, perlakuan tersebut memiliki rendemen yang lebih tinggi dari perlakuan 100 o C selama 60 menit dan waktu penggorengan yang lebih singkat sehingga lebih menghemat energi dan waktu. 4. Berdasarkan hasil analisis kelayakan, usaha keripik ikan lemuru baru layak dijalankan jika kapasitas produksi per prosesnya minimal 6 kg. Hal ini dilihat dari nilai NPV yang bernilai positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga, dan nilai net BC dan gross BC yang lebih besar dari satu.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan pengkajian mutu produk keripik ikan lemuru yang dihasilkan pada suhu dan waktu penggorengan terbaik pada kapasitas optimum alat yaitu 8 kg. 2. Perlu dilakukan penelitian untuk menentukan jenis kemasan yang tepat agar produk keripik ikan lemuru dapat dipertahankan mutunya selama penyimpanan untuk jangka waktu tertentu.