bahan. Didapatkan hasil yang bervareiasi pada semua bahan, dimana terjadinya peningkatan pada hari pertama, akan tetapi penurunan di hari ke -15 pada bahan
A2, B1, dan B2. Nilai Magnesium dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16.
Pengaruh Sludge Terhadap Nilai Magnesium Mg Pada Tailing me100g.
Keterangan : A1 = Dosis Sludge 25 pada Tailing Pond, A2 = Dosis sludge 50 pada Tailing Pond, B1 = Dosis Sludge 25 pada Tailing
Dump, B2 = Dosis sluge 50 pada Tailing Dump Pada Mg didapatkan hasil uji statistik bahwa masing-masing faktor tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Mg. Oleh karena itu tidak dilakukan analisis statistik uji lanjut pada Mg.
4.8.3. Penetapan Natrium Na
Sludge dan tailing dump memiliki kandungan natrium yang sedang, sedangkan tailing pond memiliki kandungan natrium sedang berdasarkan kriteria
dari Pusat Penelitian Tanah 1983. Pemberian sludge tidak mempengaruhi kandungan natrium pada tailing, bahkan cen derung menurunkan kadar natrium
yang tersedia pada tailing pond. Pada hari ke -0 dan ke-15, semua campuran berada dalam kategori rendah. Nilai selengkapnya dapat dilihat tabel 17.
Mg Bahan
Waktu Hari ke- Hari ke-0
Hari ke-15 Sludge
0,992 0,903
Tailing Pond 0,266
0,233 Tailing Dump
0,301 0,316
A1 0,370
0,465 A2
0,574 0,562
B1 0,477
0,289 B2
0,572 0,537
Tabel 17. Pengaruh Sludge Terhadap Nilai Natrium Na Pada Tailing me100g.
Keterangan : A1 = Dosis Sludge 25 pada Tailing Pond, A2 = Dosis sludge 50 pada Tailing Pond, B1 = Dosis Sludge 25 pada Tailing
Dump, B2 = Dosis sluge 50 pada Tailing Dump Uji statistik mendapatkan hasil masing -masing faktor tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap Na. Oleh karena itu tidak dilakukan ana lisis statistik uji lanjut pada Na.
4.9 Kemantapan Agregat
Tailing Pond memiliki agregat yang termasuk ke dalam klasifikasi agak stabil sedangkan Tailing Dump memiliki agregat stabil. Nilai kemantapan agregat
diambil dari dua nilai pada ayakan kering dan ayakan basah. Pada ayakan kering didapatkan tailing bersifat stabil, sedangkan pada ayakan basah tailing menjadi
tidak stabil sama sekali. Hal tersebut dikarenakan sifat sementasi pada tailing yang menyebabkan tailing sangat keras pada saat kering. Sifat tailing yang tidak
stabil pada saat ayakan basah merupakan sifat yang sangat dihindari dari tailing dalam hal kapasitas menahan air.
Sludge memiliki sifat agregat yang sangat stabil. Hal tersebut disebabkan tingginya pengaruh bahan organik pada sludge. Tingginya sifat sludge dalam
kapasitas menahan air diharapkan mampu meningkatkan ketahanan menahan air pada tailing pada keadaan basah.
Dalam penelitian didapatkan bahwa pada hari pertama, pemberian sludge pada tailing langsung dapat memberikan pengaruh agreg asi yang nyata. Tailing
Na Bahan
Waktu Hari ke- Hari ke-0
Hari ke-15 Sludge
0,23 0,24
Tailing Pond 0,65
0,60 Tailing Dump
0,36 0,37
A1 0,30
0,38 A2
0,28 0,33
B1 0,34
0,24 B2
0,27 0,33
pond dan tailing dump memiliki nilai indeks stabilitas yang meningkat dengan kisaran nilai 70-100 yang berarti termasuk ke dalam klasifikasi stabil dan sangat
stabil menurut Sitorus, et al 1980. Tailing Pond memiliki klasifikasi agregat agak stabil pada awalnya dapat
meningkat menjadi sangat stabil pada kedua jenis dosis pemberian sludge. Hal tersebut dikarenakan pengikatan sludge yang baik pada campuran tailing. Tailing
Dump tidak memperlihatkan pengaru h perbaikan agregasi pada dosis sludge 25 dikarenakan tailing dump yang telah tersementasi sebagian pada awalnya tidak
mampu menciptakan agregat yang baik oleh sludge. Sedangkan pada dosis sludge 50 telah dapat meningkatkan agregat campuran bahan menjadi sangat stabil.
Nilai selengkapnya dari agregasi dapat dilihat pada tabel 18, 19, dan 20.
Tabel 18. Pengaruh Pemberian Sludge Terhadap Pengayakan Kering
Kemantapan Agregat Pada Tailing. Bahan