Kinerja Aspek Kawasan dan Kondisi Hutan

3.3.1 Kinerja Aspek Kawasan dan Kondisi Hutan

Bersumber dari RKTN 2011-2030, luas kawasan hutan daratan adalah 130,68 juta ha yang terbagi kedalam:

1. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam: 26.80 juta ha;

2. Hutan Lindung: 28,82 juta ha;

3. Hutan Produksi Terbatas: 24,46 juta ha;

4. Hutan Produksi Tetap: 32, 60 juta ha;

5. Hutan Produksi dapat Dikonversi: 17,94 juta ha;

Luas kawasan hutan pada RKTN tersebut masih merupakan klaim dari Kementerian Kehutanan. Dua keputusan Mahkamah Konstitusi (Keputusan MK No. 45/PUU-IX/2011 menyangkut status kawasan hutan negara sah jika sudah ditetapkan, yang masih ditunjuk belum sah jika belum ditetapkan, dan 35/PUU- X/2012 menyebutkan bahwa status hutan adat tidak lagi berada di dalam kawasan hutan negara) yang menyangkut kawasan hutan akan mengubah luas kawasan hutan yang diklaim secara sepihak tersebut. Keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut harus segera diimplementasikan.

Terlepas dari efektivitasnya, dapat dikatakan bahwa seluruh kawasan hutan konservasi telah disertai dengan kehadiran pengelola di lapangan. Sebaliknya, juga dapat dikatakan bahwa seluruh kawasan hutan lindung belum dilengkapi dengan pengelola yang berada di tingkat lapangan. Sementara itu, untuk hutan produksi, kehadiran pengelola di lapangan baru mencakup 34,2 juta ha, sehingga masih terdapat sekitar 25,6 juta ha yang tidak ada pengelolanya (tidak dibebani hak), atau disebut sebagai kawasan hutan “open access”. Luasnya kawasan hutan “open access” ini menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas hasil hutan dan meningkatkan tingkat perambahan dan penebangan illegal.

Luas kawasan hutan yang masih bervegetasi hutan (baik berupa hutan alam dan tanaman) ada sekitar 77.382.240 ha (70%), sedangkan sisanya sekitar 33.445.092 ha (30%) berupa areal yang tidak berhutan, seperti tanah kosong, alang-alang, dan semak/belukar. Secara detail, rincian luas kawasan hutan yang bervegetasi hutan dan bukan hutan disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Luas Kawasan Hutan berdasarkan Penutupan Hutan dan Non Hutan di setiap Provinsi di Indonesia.

Luas Kawasan Hutan (Ha) No

Provinsi

Berhutan

Non Hutan

17 3.482.046 2 SUMATERA UTARA

60 4.344.094 3 SUMATERA BARAT

49 5.205.610 5 KEP.RIAU

30 987.599 8 SUMATERA SELATAN

75 2.952.146 9 BANGKA BELITUNG

75 908.022 11 DKI JAKARTA

40 202.972 13 JAWA BARAT

44 802.627 14 DI YOGYAKARTA

33 16.293 15 JAWA TENGAH

33 666.314 16 JAWA TIMUR

38 129.940 18 NUSA TENGGARA BARAT

31 1.057.664 19 NUSA TENGGARA TIMUR

48 1.501.600 20 KALIMANTAN BARAT

38 8.451.369 21 KALIMANTAN TENGAH

Luas Kawasan Hutan (Ha) No

Provinsi

Berhutan

Non Hutan

22 KALIMANTAN SELATAN

41 1.518.466 23 KALIMANTAN TIMUR

22 14.118.679 24 SULAWESI UTARA

51 709.789 25 SULAWESI TENGGARA

40 2.366.753 26 SULAWESI BARAT

12 954.583 27 SULAWESI TENGAH

39 4.866.562 28 SULAWESI SELATAN

30 2.570.036 31 MALUKU UTARA

16 23.857.439 33 IRIAN JAYA BARAT

8 7.030.724 JUMLAH/RATA-RATA

Potensi kayu yang diperoleh dari kawasan hutan produksi dihitung berdasarkan asumsi siklus tebang 35 tahun sesuai dengan potensi per ha hutan alam di setiap Provinsi, serta daur 10 tahun untuk hutan tanaman yang telah ada, dan periode

25 tahun untuk areal non hutan yang akan dibangun menjadi hutan tanaman dengan produksi 150 m 3 per ha. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh

potensi kayu berdiri (diameter 20 cm ke atas) yang dapat dihasilkan sebesar 293.712.077 m 3 per tahun. Adapun distribusinya menurut Provinsi dan keadaan awal hutan seperti tercantum dalam Tabel 3.9, dan secara rinci pada Lampiran

3.2. Kondisi penutupan lahan kawasan hutan terus berubah sejalan dengan semakin

meningkatnya kegiatan pembangunan berbasis lahan di berbagai daerah. Hal ini mendorong terjadinya deforestasi, yaitu perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan, termasuk perubahan untuk kepentingan pembangunan perkebunan, pemukiman, kawasan industri, dan lain-lain). Berdasarkan hasil Penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2005/2006 dan 2009/2010, pada bulan Desember 2011, telah terjadi deforestasi pada kawasan hutan seluas 610,375.9 ribu ha, terdiri dari di dalam kawasan hutan tetap, seluas 478,618.1 ha dan di dalam kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 131,757.8 ha. Menurut fungsi kawasan, deforestasi terjadi di hutan konservasi, seluas 25,336.2 ha; hutan lindung, seluas 67,329.5 ha; hutan produksi terbatas, seluas 129,508.0 ha; dan hutan produksi, seluas 256,444.4 ha (Statistik Kehutanan Tahun 2011). Laju deforestasi dari tahun 1990-2011 dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Tabel 3.9 Potensi tegakan per provinsi hasil pengukuran di TSP dan PSP

Bali NTB

Maluku

Papua Indonesia

NTT

Jumlah Klaster

N Awal N/ha

Enumerasi TSP-PSP

V Awal m /ha

12.37 9.38 14.74 17.45 10.86 25.49 20.29 14.7 Re - Enumerasi PSP

N Awal N/ha

V Awal m 3 /ha

Background Study RPJMN Kehutanan 2015 – 2019: Final Report 32

1990-1996 1996-2000

2006-2009 2009-2011 Indonesia

2000-2003

2003-2006

Di dalam kawasan hutan

Di luar kawasan hutan

Sumber : Statistik kehutanan 2012

Gambar 3.2. Laju Deforestasi Indonesia Tahun 1990 – 2011

Lemahnya kemampuan Kementerian Kehutanan dalam mengelola hutan konservasi juga menimbulkan berbagai masalah dalam areal hutan konservasi. Sebagai contoh, perambahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan konservasi masih tinggi. Kegiatan illegal ini terutama terjadi di daerah yang padat penduduknya, seperti di Pulau Jawa dan Sumatera. Konflik tenurial dan perambahan terjadi hampir di seluruh taman nasional, antara lain di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Halimun Salak, Bromo Tengger Semeru, Kerinci Seblat dan Tesso Nilo.