Sumber Segala Penyakit

Sumber Segala Penyakit

Sumber segala penyakit itu, awalnya adalah penyakit sombong. Yaitu orang yang merasa dirinya punya harga dan orang lain juga punya harga, tapi harga dirinya lebih tinggi daripada harga orang lain. Apabila perasaan seperti itu diaktualkan dengan ucapan maupun perbuatan, sikap itu bukan disebut sombong lagi, tetapi takabbur atau menyombongkan diri.

Pertama kali terbitnya penyakit itu dari dalam hatinya “al-„Abid” dengan pernyataannya yang diabadikan Allah  dengan firman-Nya:

Iblis menjawab: "Saya lebih baik daripadanya: (Adam ) Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau

ciptakan dari tanah"(QS.Al- A‟raaf:7/12)

Yaitu seorang hamba yang ahli ibadah di surga akan tetapi dengan ibadahnya itu dia merasa mempunyai kelebihan daripada orang lain. Dengan kelebihan itu dia menantang Allah Sang Maha Pencipta Yang menciptakan dirinya dengan menolak perintah-Nya untuk sujud kepada Nabi Adam . Hal itu karena dia merasa

“RUQYAH” dampak dan bahayanya - 205 “RUQYAH” dampak dan bahayanya - 205

Sejak pertama kali Iblis dan musuh utamanya, Nabi Adam  harus menjalani kehidupan di dunia, penyakit itu telah disebar luaskan oleh Iblis melalui anak cucu manusia pertama itu. Penyakit itu kemudian menjadi karakter dasar yang akan melahirkan karakter- karakter susulan yang dapat membentuk prilaku dan sifat manusia menjadi seperti prilaku dan sifat tentara-tentara setan jin yang setia. Oleh karena itu, kenikmatan apa saja, baik kenikmatan agama maupun dunia, kenikmatan jasmani maupun ruhani, bahkan kenikmatan al- Qur‘an al- Karim sekalipun, yang di dalamnya ada obat penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman, bagi orang-orang yang hatinya ada penyakit sombong ini, ayat-ayat suci itu malah justru akan menambah-nambah kerugian belaka. Sungguh benar Allah dengan segala firman-Nya:

206 - Menguak Dunia Jin

“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. - Dan apabila

Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia

berputus asa. ”(QSAl-Isra‟:17/82-83)

Dari penyakit sombong dan takabbur itu kemudian akan beranak pinak dan bercabang- cabang menjadi penyakit-penyakit hati yang lain. Cabang utama dari penyakit sombong dan takabbur itu adalah penyakit hasud atau penyakit iri hati, yaitu tidak mau menerima apabila di depannya ada orang lain merasa senang, orang lain mendapatkan kenikmatan dari Allah . Apalagi bila kenikmatan itu melebihi kenikmatan yang ada pada dirinya. Dari penyakit hasud itu kemudian

munafik yang membuahkan firnah-fitnah yang keji. Dengan penyakit-penyakit itu, manusia tidak akan mudah merasa puas sebelum orang yang dibencinya benar-benar hancur atau bahkan boleh jadi berakhir dengan kehancurannya sendiri di neraka jahannam. Tanda-tandanya, penderita penyakit-penyakit ini tidak mudah menerima kebaikan dari siapapun karena dia merasa lebih baik dari orang lain, apalagi

lahirlah

sifat

“RUQYAH” dampak dan bahayanya - 207 “RUQYAH” dampak dan bahayanya - 207

Budaya sombong dan merasa benar sendiri yang kadang-kadang mampu menyusup di dalam prilaku dan amal perbuatan orang-orang yang beriman, terlebih bila perbuatan tersebut mampu diaktualkan

melalui kebiasaan dengan menyalahkan

sana-sini serta melupakan kesalahan sendiri. Layaknya maling barteriak maling. Mereka mengatakan orang berbuat syirik dan bid‘ah padahal tanpa terasa merekalah yang berbuat syirik dan bid‘ah itu. Budaya itu boleh jadi disebabkan karena dalam diri mereka telah terjangkit racun setan jin yang menjalar.

Jika sejak sekarang kita tidak meningkat- kan mawas diri dengan lebih berusaha instropeksi diri dan menghindari melirik kesalahan orang lain, maka kita akan terjebak kepada prilaku negatif tersebut. Niat berbuat kebajikan

padahal hasilnya kejahatan. Diantaranya, kita berniat mengeluarkan jin dari jasad manusia ternyata malah justru memasuk- kannya. Berniat menyelamatkan orang lain dari perbuatan syirik dan bid‘ah ternyata kita sendiri terjebak melakukannya.

208 - Menguak Dunia Jin

Kalau demikian adanya, boleh jadi kita- kita inilah yang sesungguhnya telah terkonta- minasi penyakit jin yang ada di dalam hati. Hal itu berbahaya karena jarang penderitanya mudah mau sadar dan bertaubat kecuali ketika kesempatan untuk taubat itu telah tertutup baginya. Seperti itu telah terjadi kepada Fir‘aun. Dia ditenggelamkan Allah  melalui mu‘jizat Nabi Musa  di tengah lautan dengan segala pemilikannya. Namun jasadnya ditakdirkan masih utuh sampai sekarang. Hal itu supaya menjadi pelajaran bagi kaum sesudahnya. Maka, yang seharusnya diruqyah adalah kebiasaan dan karakter kita yang menyimpang tersebut.

“RUQYAH” dampak dan bahayanya - 209