Perumusan Masalah Hipotesis Manfaat Penelitian

antara penurunan fungsi ginjal dalam hal ini penurunan nilai Glomerular Filtration Rate GFR dengan gangguan fungsi kognitif yang khusus pada penderita DM.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian–penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas dirumuskanlah masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara nilai GFR dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien DM?

3. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan nilai GFR dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien DM.

3.1. Tujuan Khusus

3.1.1 Untuk mengetahui hubungan nilai GFR dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien DM yang berobat ke poliklinik Endokrinolgi RSUP HAM Medan. 3.1.2 Untuk mengetahui karakteristik demografi, kadar creatinine serum, nilai GFR, skor MMSE dan skor Clical Dementia Rating CDR dari subjek penelitian. 3.1.3 Untuk mengatahui hubungan karakteristik demografi dengan kadar creatinine serum dan nilai GFR dari subjek penelitian 3.1.4 Untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi dengan skor MMSE dan skor CDR dari subjek penelitian. Universitas Sumatera Utara

3. Hipotesis

Ada hubungan nilai GFR dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien DM.

4. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui hubungan nilai GFR dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien penderita DM, maka dapat meningkatkan kewaspadaan pasien dan dokter yang merawat terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif pada pasien DM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF

1.1 Defenisi

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003

1.2 Sejarah dan epidemologi

Pada jaman Romawi dari kata Latin sebenarnya, kata demens tidak memiliki arti konotasi yang spesifik. Yang pertama kali menggunakan kata demensia adalah seorang enclyopedist yang bernama Celcus di dalam publikasinya De re medicine sekitar AD 30 yang mengartikan demens sebagai istilah gila. Seabad kemudian seorang tabib dari Cappodocian yang bernama Areteus menggunakan istilah senile dementia pada seorang pasien tua yang berkelakuan seperti anak kecil. Kemudian pada awal abad ke 19 seorang psikiater Prancis yang bernama Pinel menghubungkan terminologi demensia dengan perubahan mental yang progresif pada pasien yang mirip idiot Sjahrir,1999 Sampai abad ke 19 istilah demensia dianggap sebagai masa terminal dari penyakit kejiwaan yang membawa kematian. Baru pada awal abad ke 20, yaitu tahun 1907 Alzheimer mempublikasikan suatu kasus yang berjudul “A Unique Illnes involving cerebral cortex” pada pasien wanita umur 55 tahun. Kemudian kasus itu ditabalkan sebagai penyakit Alzheimer. Pasien ini masih relatif muda dan secara progresif bertahap mengalami gejala seperti psikosis dan demensia kemudian meninggal 4-5 tahun setelah onset serangan pertama. Pada otopsi ditemukan 13 dari Universitas Sumatera Utara