14
C. Batasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan, penelitian ini dibatasi pada:
Masih rendahnya keterbukaan diri
self disclosure
sebagian siswa kelas VII SMP IT Abu Bakar Yogyakarta. Pembatasan masalah dilakukan
agar penelitian lebih fokus dan memperoleh hasil yang optimal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah : “Bagaimana meningkatkan keterbukaan diri
self disclosure
melalui konseling kelompok dengan pendekatan
person centered
pada siswa kelas VII SMP IT Abu Bakar Yogyakarta ?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterbukaan diri
self disclosure
melalui konseling kelompok dengan pendekatan
person centered
pada siswa kelas VII di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan dari penelitian mengenai “Peningkatan keterbukaan diri
self disclosure
melalui konseling kelompok dengan pendekatan
person centered
pada siswa kelas VII SMP IT Abu Bakar
15
Yogyakarta“ ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kajian bimbingan dan konseling di sekolah terutama terkait
dengan konseling kelompok dan keterbukaan diri
self disclosure
siswa. Dengan bertambahnya kajian ilmu ini seyogyanya akan dapat
dikembangkan penelitian-penelitian lanjutan dalam topik yang berbeda maupun sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
1 Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
dalam bidang penelitian. 2
Lebih memahami dan mampu menerapkan teori tentang konseling kelompok dan keterbukaan diri
self disclosure
siswa. b.
Bagi guru bimbingan dan konselingkonselor sekolah Hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan atau acuan
bagi sekolah terutama guru bimbingan dan konseling dalam upaya pemberian layanan konseling kelompok terutama untuk meningkatkan
keterbukaan diri
self disclosure
siswa, sehingga nantinya dapat menunjang efektivitas dari layanan yang diberikan tersebut.
16
c. Bagi siswa
Mengenalkan secara langsung layanan konseling kelompok dengan pendekatan
person centered
bagi siswa bahwa dengan kegiatan tersebut dapat membantu siswa untuk menunjang keterbukaan diri.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu acuan bagi pengembangan penelitian selanjutnya mengenai keterbukaan diri.
G. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1.
Keterbukaan diri
self disclosure
adalah bentuk ungkapan perasaan, reaksi atau tanggapan seseorang yang berupa informasi mengenai
dirinya yang dilakukan secara terbuka kepada orang lain sehingga saling mengerti satu sama lain.
2. Konseling kelompok dengan
person centered approach
adalah bentuk layanan konseling kelompok yang dilakukan secara kelompok yaitu
antara konselor sebagai pemimpin kelompok dan beberapa individu. Antar anggota kelompok saling berinteraksi dalam memecahkan
masalah atau konflik-konflik antarpribadi. Dalam proses konseling kelompok menggunakan prinsip dinamika kelompok dan umpan balik
feedback
serta menekankan pada hubungan antara konselor dengan konselinya, sikap pribadi konselor lebih penting daripada teknik-
teknik, pengetahuan ataupun teori.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Keterbukaan Diri
Self Disclosure
1. Pengertian Keterbukaan Diri
Self Disclosure
Menurut Johnson A. Supratiknya, 1995: 14, Keterbukaan diri
self disclosure
adalah reaksi atau tanggapan seseorang terhadap sesuatu yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang
relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan dimasa kini. Definisi lain mengenai keterbukaan diri menurut Johnson A. Supratiknya,
1995: 14, membuka diri berarti membagikan perasaankepada orang lain terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan
terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikan. Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detail-detail intim dari masa lalu.
Mengungkapkan hal-hal yang sangat pribadi di masa lalu dapat menimbulkan perasaan intim atau keakraban sesaat. Keterbukaan diri
memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara
serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara individu dan orang lain.
Devito Tri Dayakisni, 2006: 104, menyatakan bahwa keterbukaan diri dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan,
keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Dari hal tersebut kedalaman dari keterbukaan diri