45
Ketiga pendapat mengenai tahapan dalam penyelenggaraan konselingkelompok sebenarnya sama, hanya secara redaksionalnya yang
berbeda. Inti dari tahapan pelaksanaan konseling kelompok adalah tahap pembentukan, peralihan menuju tahap kegiatan konseling kelompok yang
intensif, tahapkegiatan yang telah disusun, tahap akhir dan tindak lanjut pelaksanaankonseling kelompok. Didalam sebuah kegiatan terdapat tahap-
tahap kegiatan yang harus dilalui konseli. Pada setiap tahap kegiatan konseling, konseli dituntut untuk dapat melalui setiap tahap dengan baik.
Peneliti menyimpulkan bahwa tahap-tahap konseling kelompok meliputi empat tahap yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan
tahap penutup
4. Keunggulan dan Keterbatasan Konseling Kelompok
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh layanan konseling kelompok dijelaskan secara rinci oleh Natawijaya M.Edi Kurnanto, 2013:
28-32 sebagai berikut:
a. Menghemat waktu dan energi.
b. Menyediakan sumber belajar dan masukan yang kaya bagi konseli.
c. Pengalaman komunalitas dalam konseling kelompok dapat
meringankan beban penderitaan dan menentramkan konseli. d.
Memenuhi kebutuhan akan rasa memiliki.
46
e. Bisa menjadi sarana untuk melatih dan mengembangkan
ketrampilan dan perilaku social dalam suasana yang mendekati kondisi kehidupan nyata.
f. Menyediakan kesempatan untuk belajar dari pengalaman orang
lain. g.
Memberikan motivasi lebih kuat kepada konseli untuk beperilaku konsisten sesuai dengan rencana tindakannya.
h. Bisa menjadi sarana eksplorasi.
Konseling kelompok
juga dapat
mengandung keterbatasan-
keterbatasan, menurut Natawijaya M. Edi Kurnanto, 2013: 32-33 keterbatasan konseling kelompok antara lain:
a. Tidak cocok digunakan untuk menangani masalah-masalah
perilaku tertentu seperti agresi yang ekstrim, konflik kakak-adik atau orangtua-anak yang intensif.
b. Ambiguitas inheren yang melekat dalam proses kelompok
menyebabkan beberapa konselor terlalu mengendalikan kelompok. c.
Isu-isu dan masalah-masalah yang dimunculkan dalam kelompok kadang-kadang
mengganggu nilai-nilai
personal atau
membahayakan hubungan siswa atau konselor dengan pihak lain seperti dengan orang tua atau dengan administrator.
d. Unsur konfidensialitas yang sangat esensial bagi kelompok yang
efektif sulit untuk dicapai dalam konseling kelompok. e.
Modeling perilaku yang tidak diinginkan sulit untuk dieliminasi.
47
f. Meningkatnya ketegangan, kecemasan, dan keterlibatan yang
terjadi dapat menimbulkan akibat yang tak diinginkan. g.
Kombinasi yang tepat dari anggota kelompok adalah penting namun sulit untuk dicapai.
h. Beberapa anggota kelompok menerima perhatian individual yang
tidak memadai. i.
Adanya kesulitan untuk menjadwal konseling kelompok dalam agenda sekolah.
j. Hakikat konseling kelompok yang tidak spesifik sering sulit untuk
menjastifikasi orangtua, guru, dan administrator yang skeptis. k.
Konselor kelompok harus terlatih dengan baik dan sangat terampil. Selanjutnya, Latipun 2008: 184 mengemukakan keterbatasan
dalam konseling kelompok antara lain: a.
Setiap klien perlu berpengalaman konseling individual, baru bersedia memasuki konseling kelompok. Klien tidak akan atau
kesulitan untuk langsung masuk kelompok tanpa diawali dengan tahapan-tahapan
sebelumnya. Pengalaman
pada konseling
individual diperlukan bagi klien. b.
Konselor akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok dan konselor secara spontan harus dapat
memberi perhatian kepada setiap klien. Kemampuan secara spontan memberi perhatian kepada setiap klien. Kemampuan
secara spontan memberi perhatian untuk banyak klien dan
48
mengamati satu per satu tingkah lakunya sepanjang hubungan konseling adalah keharusan dan hal ini tidak mudah dilakukan oleh
seorang konselor. c.
Kelompok dapat berhenti karena masalah “proses kelompok”. Waktu yang tersedia tidak mencukupi dan membutuhkan waktu
yang lebih lama dan ini dapat menghambat perhatian terhadap klien.
d. Kekurangan informasi individu yang mana yang lebih baik
ditangani dengan konseling kelompok dan yang mana yang sebaiknya ditangani dengan konseling individual.
e. Seseorang sulit percaya kepada anggota kelompok, akhirnya
perasaan, sikap, nilai, dan tingkah laku tidak dapat di “bawa” ke situasi kelompok. Jika hal ini terjadi hasil yang optimal dari
konseling kelompok tidak dapat dicapai.
5. Manfaat Konseling Kelompok