21
berdasarkan luas tubuh dan kepekaan menjadi sekitar 900 mghari. Penelitian mengenai Efektifitas Daun Katuk Sauropus androgynus untuk meningkatkan
produksi ASI yang dilakukan oleh Sa’roni, Sadjimin, Sja’bani dan Zulaela 2004, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dengan dosis 3 x 300 mghari
selama 15 hari dapat meningkatkan produksi ASI. Agoes 2010 mengemukakan bahwa konsumsi sayur katuk oleh ibu
menyusui dapat memperlama waktu menyusui bayi perempuan dan bayi laki-laki hanya meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Proses perebusan daun katuk
dapat menghilangkan sifat antiprotozoa. Jadi dapat disimpulkan pemanasan dapat mengurangi sampai meniadakan sifat racun daun katuk. Konsumsi berlebihan 50
g sehari sangat berbahaya karena daun katuk mengandung alkaloid papaverin yang dapat merusak paru. Daun katuk juga sebaiknya dikonsumsi setelah dimasak
terlebih dahulu untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
4. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan atau kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis. Panelis adalah
sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan kesan subyektif Suradi, 2007. Soekarto dalam Suradi 2007 mengelompokkan
panelis ke dalam enam kelompok, yaitu: panelis pencicipan perorangan, panelis pencicipan terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih dan panelis konsumen.
Panelis perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi, yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang
22
sangat intensif. Panelis terbatas adalah panelis yang terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi. Panelis terlatih adalah orang yang mempunyai
kepekaan cukup baik, melalui seleksi dan latihan-latihan yang diadakan sebelum pengujian dilakukan. Panelis agak terlatih adalah orang yang sebelumnya dilatih
untuk mengetahui sifat-sifat tertentu. Panelis tidak terlatih adalah orang awam Anggraeni, 2016. Pada penelitian ini menggunakan panelis agak terlatih.
Berikut adalah syarat mutu organoleptik berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional BSN pada
tahun 2009 mengenai Yoghurt. Tabel 2.2. Syarat Mutu Yoghurt
No Kriteria Uji
Yoghurt tanpa perlakuan panas setelah fermentasi
Yoghurt dengan perlakuan panas setelah
fermentasi
Yoghurt Yoghurt
rendah lemak
Yoghurt tanpa
lemak Yoghurt
Yoghurt rendah
lemak Yoghurt
tanpa lemak
1 Penampakan
cairan kental-padat cairan kental-padat
2 Bau
normalkhas normalkhas
3 Rasa
asamkhas asamkhas
Berikut adalah cara uji yoghurt berdasarkan SNI Yogurt 2981:2009: 1
Penampakan 1.1.
Prinsip Melakukan analisa terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan
indera penglihatan mata. 1.2.
Cara kerja a.
Ambil contoh uji secukupnya dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering;
23
b. Lihat contoh uji untuk mengetahui apakah contoh berbentuk cairan kental
padat; dan c.
Lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. 2
Bau 2.1
Prinsip Melakukan analisa terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan
indera penciuman hidung. 2.2
Cara Kerja a.
Ambil contoh uji sebanyak 5 g dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering;
b. Cium contoh uji pada jarak kira-kira ½ cm dari hidung untuk mengetahui
baunya; dan c.
Lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. 3
Rasa 3.1
Prinsip Melakukan analisa terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan
incera perasa lidah. 3.2
Cara Kerja a.
Ambil kira-kira 1 sendok contoh uji dan rasakan dengan lidah; dan b.
Lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
B. Hasil Penelitian yang Relevan