17
protein pada yoghurt juga bermanfaat bagi ibu menyusui dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas ASI Anonim, 2014.
2. Susu Ultra High Temperature UHT
Susu cair segar yang banyak dijual adalah susu pasteurisasi dan susu UHT. Kedua jenis susu ini merupakan alternatif untuk mengonsumsi susu segar. Susu
pasteurisasi dan susu UHT telah melalui proses “pengawetan” untuk memperpanjang umur simpannya melalui pemanasan tanpa zat pengawet,
sehingga susu tergolong fresh atau segar. Artinya, nilai gizi susu, baik susu pasteurisasi maupun susu UHT, relatif masih asli Syarif dan Harianto, 2011.
Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-3950-1998, susu UHT adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mensterilkan susu minimal pada suhu
135
o
C selama 2 detik, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik.
PT Ultrajaya 2012 menjelaskan bahwa susu segar diproduksi dan disterilkan dalam proses Ultra High Temperature UHT, di mana bahan baku
dipanaskan dalam suhu tinggi mencapai 140
o
C dalam waktu 4 detik, hal ini untuk mengeliminasi seluruh bakteri patogen. Waktu pemanasan yang singkat bertujuan
untuk meminimalisir hilangnya kandungan nutrisi dan menjaga kesegarannya. Setelah proses produksi selesai, selanjutnya dikemas dalam kemasan yang terdiri
dari 6 lapisan karton dengan urutan dari luar ke dalam sebagai berikut: polyethylene, kertas, polyethylene, allumunium foil, polyethylene, polyethylene.
18
Lapisan-lapisan tersebut berperan untuk melindungi dari sinar ultra violet, udara, dan bakteri yang mungkin akan mengkontaminasi susu.
Foto: Jessica
Gambar 2.2 Susu UHT PT. Ultrajaya Susu UHT lebih bagus daripada susu bubuk, susu bubuk berasal dari susu
segar yang kemudian dikeringkan. Kerusakan protein sebesar 30 dapat terjadi pada saat pengolahan susu cair menjadi susu bubuk. Susu UHT juga lebih praktis
dan aman untuk dikonsumsi karena sudah bebas dari mikroba pembusuk dan mikroba penyakit. Sedangkan susu segar sangat mudah rusak apabila tidak
langsung dikonsumsi.
3. Tanaman Katuk