F. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013
1. Pendeketan Saintifik Ilmiah Scientific Approach
a. Pengertian Pendeketan Saintifik Ilmiah Scientific Approach
Sains adalah suatu proses pengumpulan struktur deskriptif tentang alam yang saling berhubungan Peter Kosso, 2011. Menurut Abdul
Majid Chaerul Rochman 2014, pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam
membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam memahami metode ilmiah dibutuhkan pemahaman tentang hubungan dari
informasi-informasi secara luas. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari hasil observasi dan teori.
Dalam membuktikan suatu teori, bagian-bagian informasi yang diperoleh akan saling dihubungan satu sama lain. Pada abad ke-19,
para peneliti mulai mengintegrasikan aspek yang paling penting dari metode induktif dan deduktif dalam teknik baru, yaitu metode induktif-
deduktif, atau dikenal dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ini berbeda dari penalaran induktif karena menggunakan hipotesis. Sebuah
hipotesis adalah pernyataan yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang belum pasti dianggap benar. Hal ini
menunjukkan bahwa mengidentifikasi pengamatan harus dilakukan untuk menyelidiki pertanyaan. Pendekatan ilmiah umumnya
digambarkan sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan. Peneliti bergerak secara induktif dari pengamatan untuk menghasilkan
hipotesis dan kemudian secara deduktif dari hipotesis ke implikasi logis dari hipotesis tersebut. Atas dasar bukti yang diperoleh, peneliti
menerima atau menolak hipotesis. Penggunaan hipotesis adalah perbedaan utama antara pendekatan ilmiah dan penalaran induktif.
Dalam penalaran induktif, peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu kemudian mengatur informasi yang diperoleh. Dalam
pendekatan ilmiah, peneliti menentukan akibat kesimpulan yang diperoleh apabila hipotesis itu benar dan kemudian melakukan
percobaan sistematis
untuk mengkonfirmasi
atau gagal
mengkonfirmasi hipotesis.
b. Langkah-langkah Pendekatan Santifik
Menurut Pirsig dalam Donald Ary, dkk., 2010, ada lima langkah dari penyelidikan ilmiah, yaitu:
1 Identifikasi masalah.
Langkah pertama adalah menyadari atau menemukan bahwa ada masalah. Masalah yang ditemukan dapat melibatkan pertanyaan
tentang sesuatu, perbedaan dalam temuan, atau kesenjangan dalam pengetahuan.
2 Pernyataan masalah
Langkah berikutnya adalah mengklarifikasi masalah. Peneliti menetapkan lebih spesifik lagi tentang jangkauan masalah yang telah
diidentifikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Perumusan hipotesis
Peneliti merumuskan hipotesis tentang solusi yang mungkin dari masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.
4 Prediksi konsekuensi
Langkah selanjutnya, peneliti memprediksi konsekuensi dari setiap hipotesis. Maksud dari konsekuensi di sini adalah hasil apa yang
diperoleh jika data yang dikumpulkan mendukung hipotesis. 5
Pengujian hipotesis. Peneliti mengumpulkan data objektif untuk menguji setiap
hipotesis yang telah dirumuskan. Jika data mendukung, maka hipotesis tersebut diterima sebagai penjelasan yang masuk akal. Jika data tidak
mendukung, maka hipotesis ditolak. Dalam Muri Yusuf 2014, ada lima langkah pendekatan saintifik yang
dikemukakan oleh John Dewey, yaitu: 1
Adanya kebutuhan yang dirasakan Pada tahap ini, peneliti merasakan adanya kebutuhan dan kesulitan.
Kesulitan itu dapat berupa kesulitan dalam penyesuaian alat dengan tujuan, kesulitan dalam menemukan ciri khas tertentu suatu objek, atau
mungkin juga ada kesulitan dalam menjelasan kejadian yang tidak diduga.
2 Merumuskan masalah
Adanya masalah yang bersumber dari situasi dan kondisi lingkungan, kemudian dinyatakan lagi lebih spesifik sehingga
dapat diperinci lebih tuntas, jelas dan dapat diukur. 3
Merumuskan hipotesis pertanyaan Pada langkah ini, peneliti mengajukan kemungkinan jawaban
sementara atau pertanyaan yang dapat menjelaskan permasalahan yang dikemukakan. Kemungkinan jawaban sementara itu
hendaklah berpijak pada teori yang ada sehingga terkaan yang bersifat sementara itu dapat menggiring ke kesimpulan final.
4 Melaksanakan pengumpulan data
Dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, perlu dicari dan dikumpulkan bukti, informasi, dan
data yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dikaji. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menemukan
bagaimana jawaban yang ada dari informasi yang dikumpulkan dan dikaitkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan.
5 Menarik kesimpulan
Bagian ini adalah membuktikan hipotesis yang dirumuskan atau pertanyaan yang hendak dijawab dihubungkan dengan
informasi yang telah dikumpulkan. Pembuktan ini untuk melihat apakah perkiraan sementara diterima atau ditolak. Pada tahap
berikutnya adalah mengambil kesimpulan dan merumuskan implikasi yang didapat dari penelaahan yang dilakukan.
Menurut Stephen S. Carey 2011, metode saintifik terdiri dari 3 langkah, yaitu, observasi, pengusulan penjelasan, pengujian percobaan.
Metode saintifik diawali dengan pengamatan yang cermat, apabila ditemukan sesuatu yang tidak dipahami, maka perlu dibuat suatu hipotesis
dan perlu dicari cara untuk menguji hipotesis tersebut. 1
Observasi Langkah awal dalam metode ilmiah adalah observasi pengamatan.
Dalam pengamatan, peneliti menemukan suatu fenomena dari fakta- fakta yang sedang diselidiki. Mendapatkan fakta-fakta dapat
membantu peneliti untuk membangun penjelasan baru dan memberikan petunjuk dalam tahap selanjutnya. Dalam observasi yang
cermat peneliti mampu menentukan suatu hal yang menarik dan cukup membingungkan sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
Dalam metode ilmiah, observasi memliki tiga peran yaitu: a
Observasi memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi dan fokus pada fakta-fakta yang relevan tentang fenomena yang diteliti
b Apa yang peneliti amati dapat memberikan petunjuk tentang apa
yang dapat menjelaskan suatu fenomena c
Data pengamatan dapat memberikan bukti untuk dapat menentukan apakah berbagai penjelasan berhasil atau gagal
2 Pengusulan Penjelasan
Menjelaskan sesuatu adalah untuk memperkenalkan serangkaian faktor yang mengungkapkan bagaimana atau mengapa suatu hal dapat
menjadi suatu kasus yang patut untuk diteliti. Dua konsep yang terkait erat dengan penjelajasan adalah teori dan hipotesis. Karakteristik
penjelasan hipotesis adalah tentatif dan belum terbukti. Oleh karena itu, hipotesis dapat berubah dari seusatu yang samar menjadi sesuatu
yang lebih rinci. Tipe teori dalam ilmu pengetahuan adalah keluasan dan kedalaman kekuatan penjelasan yang dipaparkan. Teori cenderung
struktur yang lebih umum dan mampu menjelaskan berbagai variasi dari fenomena. Selain itu, teori sering berisi aturan yang telah
dikonfirmasi dan prinsip-prinsip yang mengungkapkan fenomena yang cukup beragam.
3 Pengujian Percobaan
Ada dua langkah yang dilakukan dalam menguji kebenaran penjelasan yang telah diusulkan sebelumnya. Pertama, peneliti perlu
mencari konsekuensi dari penjelasan, yaitu sesuatu yang seharusnya terjadi apabila penjelasan yang diajukan telah terbukti kebenarannya.
Kemudian, peneliti melakukan percobaan yang dirancang untuk menentukan kebenaran dari hasil yang diprediksi. Jika peneliti
mendapatkan hasil sesuai dengan hasil prediksi, maka peneliti memiliki alasan yang kuat untuk percaya bahwa penjelasan yang
diajukan sebelumnya adalah benar. Jika peneliti gagal untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan, peneliti
dapat menjelaskan beberapa alasan sehingga terjadi kesalahan atau mungkin peneliti perlu mengubah penjelasan awal yang diusulkan.
2. Pendekatan Saintik Kurikulum 2013
Dalam Kemdikbud 2013, pendekatan ilmiah scientific berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar
dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Menurut Hosnan 2014 pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengimunikasikan konsep yang ditemukan. Menurut
pandangan Barringer dalam Yunus Abidin, 2014, pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara
sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Pembelajaran akan melibatkan siswa dalam kegiatan
memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir
kreatif, melakukan
aktivitas penelitian,
dan membangun
koseptualisasi pengetahuan. Dari pendapat beberapa ahli tentang pendekatan saintifik tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melatarbelakangi metode pembelajaran sehingga mampu melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
a. Esensi Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013
Dalam Kemdikbud 2013, pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama diantara
peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu
proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan perkembangan
sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik. Metode ilmiah umumnya menempatkan
fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-
teknik investigasi atau beberapa fenomena datau gejala, memperoleh pengetahuan baru. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
method of inquiry harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik. Oleh karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi
atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.
b. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum
2013 Menurut Hosnan 2014, pembelajaran dengan metode saintifik
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1
Berpusat pada siswa 2
Melibatkan keterampilan proses secara sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, dan prinsip
3 Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
4 Dapat mengembangkan karakter siswa
Menurut Sudarwan dalam Abdul Majid, 2014 pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, penjelasan tentang suatu kebenaran. Dalam Kemdikbud 2013, proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi
kriteria sebagai berikut: 1
Substansi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2 Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3 Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau
materi pembelajaran. 4
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu
sama lain dari substansi atau materi pembelajaran. 5
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan 7
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 dalam Abdul Majid, 2014, menyatakan bahwa
pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode
yang teruji secara ilmiah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penerapan pembelajaran dalam pendekatan ilmiah dalam Abdul Majid, 2014 harus memenuhi tiga prinsip utama yaitu:
1 Belajar siswa aktif
Dalam hal ini termasuk inquiry based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar
berkelompok dan belajar berpusat pada siswa. 2
Assessment Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa
yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar. 3
Keberagaman Mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah
mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, termasuk keunikan dari
dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
c. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan 2014 adalah sebagai berikut:
1 Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik 3
Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan
4 Diperolehnya hasil belajar yang tinggi
5 Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide
6 Untuk mengembangkan karakter siswa
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum
2013 Beberapa
prinsip pendekatan
saintifik dalam
kegiatan pembelajaran Hosnan, 2014 adalah sebagai berikut:
1 Pembelajaran berpusat pada siswa
2 Pembelajaran membentuk students self concept
3 Pembelajaran terhindar dari verbalisme
4 Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip 5
Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi 7
Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
e. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik dalam
Kurikulum 2013 Menurut Kemdikbud 2013, poses pembelajaran pada kurikulum
2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
saintifik, meliputi:
menggali informasi
melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta serta
membentuk jaringan. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara procedural, namun, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah.
Proses pembelajaran ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan Hosnan, 2014. Dalam proses
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap meliputi transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang mengapa. Ranah keterampilan meliputi transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang bagaimana. Ranah
pengetahuan meliputi transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hasil belajar
melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Langkah-langkah pokok pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Kurikulum 2013 adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan Kemdikbud, 2013. Penjelasan langkah-langkah
pembelajaran disajikan sebagai berikut: 1
Mengamati atau Observasi Observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh
informasi Ridwan Abdullah Sani, 2014. Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 disampaikan bahwa dalam kegiatan
mengamati hendaknya guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca sehingga melibatkan peserta didik secara langsung. Metode mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran meaningfull learning
. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan
yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan belajar yang dapat dilakukan dalam tahapan mengamati menurut
Kemdikbud 2014 adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat dengan atau tanpa alat. Kompetensi yang dikembangkan dalam
tahapan mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Dalam Kemdikbud
2013, kegiatan
mengamati dalam
pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:
a Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi c
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran mengupayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru
harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.
Ada beberapa macam observasi Kemdikbud, 2013, yaitu: a
Observasi biasa common observation. Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta
didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi complete observer. Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan
diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. b
Observasi terkendali controlled observation. Seperti halnya observasi biasa, pada observasi terkendali untuk
kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka juga tidak
memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada
observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran
dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
c Observasi partisipatif participant observation.
Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi
semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta
didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi
dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan
berikut ini: a
Observasi berstruktur Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran,
fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah
bimbingan guru. b
Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, tidak ditentukan secara baku mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta
didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran menurut Kemdikbud 2013 adalah:
a Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran. b
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan
heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
c Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak
dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2 Menanya
Menurut Kemdikbud 2013, guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta
didik belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, ketika itu pula guru mendorong peserta didik itu untuk
menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Kegiatan belajar yang dapat dilaksanakan dalam rangka tahapan menanya adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati Kemdikbud, 2014.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal.
Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses menanya adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Kemdikbud, 2014. Fungsi bertanya menurut Kemdikbud 2013 adalah sebagai
berikut: a
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
b Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif
belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya. d
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
g Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
h Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. i
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria pertanyaan yang baik menurut Kemdikbud 2013 adalah sebagai berikut:
a Singkat dan jelas
b Menginspirasi jawaban
c Memiliki fokus
d Bersifat probing atau divergen
e Bersifat validatif atau penguatan
f Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang
g Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif
h Merangsang proses interaksi
3 Mengasosiasi Mengolah informasi Menalar
Menurut Mulyasa 2014, kemampuan mengolah informasi atau analisis melalui melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan
kompetensi penting yang harus dimiliki oleh peserta didik. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus
diproses untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan
mengambil kesimpulan dari pola yang ditemukan. Dalam Kemdikbud 2013, istilah menalar dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar yang dimaksud merupakan padanan dari associating
, bukan merupakan terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang
sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal
sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai
hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut Kemdikbud 2014, kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam tahapan mengasosiasi mengolah informasi
menalar antara lain: a
Mengolah informasi yang telah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. b
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai pendapat yang
bertentangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses menalar menurut Kemdikbud 2014 adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif dan dedkutif dalam menyimpulkan.
4 Mencoba Mengumpulkan Informasi
Menurut Daryanto 2014, untuk memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Tahap mencoba menjadi wadah bagi siswa untuk
membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari
bersama guru. Pengalaman mencoba akan melatih siswa dalam mengasah pola pikir, sikap, dan kebiasaan memecahkan masalah.
Kurikulum 2013 secara eksplisit menyiapkan siswa agar terampil memecahkan masalah masalah melalui penataan kompetensi
kompetensi dasar matematika yang dipelajari siswa Kemdikbud, 2013.
Aplikasi pengembangan
aktivitas pembelajaran
untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum b
Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi
jelas, dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi
c Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hirarkis,
dimulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. d
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada sesuatu yang dapat diukur dan diamati
e Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan g
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata h
Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan
5 Mengkomunikasikan
Menurut Daryanto 2014, pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah siswa pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pola. Hasil tersebut disampaikan di depan kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik.
Kegiatan mengkomunikasikan
dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah
menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar Kemdikbud, 2014.
G. Transformasi