Analisis pelaksanaan pembelajaran Matematika materi transformasi dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 di kelas VII SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016.

(1)

ABSTRAK

Lusia Devi Astuti (NIM: 121414021). 2016. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Materi Transformasi dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 2 Wedi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogayakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 di kelas VII SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016 (2) hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wedi dalam mempelajari materi transformasi dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian adalah 1 orang guru kelas VII dan 35 siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Wedi Klaten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2016. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, rekaman video, wawancara, dan tes tertulis. Hasil observasi dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Video pembelajaran dianalisis secara kualitatif dengan membuat transkrip video, reduksi data, dan kategorisasi data. Hasil wawancara dianalisis untuk mengetahui kendala yang dialami guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Jawaban tes tertulis dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui kategori prestasi siswa dan strategi siswa dalam menyelesaikan soal.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan telah sesuai RPP sebesar 72,7%. Guru telah mempersiapkan pembelajaran sesuai langkah-langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Namun, pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 masih kurang maksimal, terutama pada tahap menanya dan mengolah informasi/ mengasosiasi/ menalar. Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga masih perlu ditingkatkan agar lebih sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan santifik Kurikulum 2013 (2) Hasil belajar siswa menunjukkan kategori tinggi, yaitu dengan rata-rata 81. Namun, hasil belajar terbatas pada soal-soal rutin sehingga tidak dapat digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Pendekatan Saintifik, Kurikulum 2013, Transformasi, Hasil Belajar


(2)

ABSTRACT

Lusia Devi Astuti (NIM: 121414021). 2016. Analysis of the implementation of the mathematical learning of material transformation with the scientific approach to Kurikulum 2013 at the seventh grade of SMP Negeri 2 Wedi academic year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Natural Sciences, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know: (1) The implementation of the mathematical learning with the scientific approach to Kurikulum 2013 at the seventh grade of SMP Negeri 2 Wedi academic year 2015/2016 (2) student’s learning outcomes at the seventh grade of SMP Negeri 2 Wedi in learning material transformation with scientific approach to curriculum 2013 academic year 2015/2016.

This is a descriptive research with quantitative and qualitative approaches. The research participants are teacher of 7th grade and 35 students of class VII A of SMP Negeri 2 WediKlaten. This research was done in March to April 2016. The data was gathered through observation, video recording, interview, and written tes. The result of the observation was analyzed in quantitative and qualitative. The video learning was analyzed in qualitative by creating video transcript, data reduction, and data categorization. The result of the interview was analyzed in order to find out the obstacles experienced by teachers and students in mathematical learning with ascientific approach. The result of the written tes was analyzed in quantitative and qualitative in order to find out the category of

student’s achievement and student's strategy in solving the problem.

The results are (1) The learning has been implemented according to the lesson plan which reaches up to 72,7%. The teacher has prepared learning steps which in accordance with the scientific approach which is observing, questioning, associating, experimenting, and networking. Nevertheless, the implementation of the mathematical learning with a scientific approach to curriculum 2013 is still insufficient especially in asking and associating steps. Student’s activity in learning also needs to be improved in order to be more in accordance with the learning steps of ascientific approach to Kurikulum 2013 (2) Student’s learning outcome indicates the high category with an average 81. However, the learning outcomes limited to routine questions so that it cannot be used to figure out student’s ability in critical thinking.

Keywords: Mathematical Learning, Scientific Approach, Kurikulum 2013, transformation, learning outcomes


(3)

i

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI TRANSFORMASI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

KURIKULUM 2013 DI KELAS VII SMP NEGERI 2 WEDI TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Lusia Devi Astuti NIM : 121414021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

IF YOU CAN IMAGINE IT, YOU CAN DO IT -WALT DISNEY-

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus, Bunda Maria atas segala berkat, kasih, penyertaan, serta mukjizatNya Papi, Yoseph Kasdi, dan Mami Chatarina Sri Suyati, yang selalu setia memberi dukungan dan kasih sayang Teteh Elisabeth Kurnia Martikasari, Mas Dominikus Arif Budi Prasetyo, Dik Leonardus Euler Alfaro Prasetyo dan Adik Martinus Novian Prasetyantomo, yang setia mendukung dan menguatkanku Sahabat-sahabat yang setia mendukung, mendoakan dan menghibur Almamater, Universitas Sanata Dharma


(7)

v


(8)

(9)

vii ABSTRAK

Lusia Devi Astuti (NIM: 121414021). 2016. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Materi Transformasi dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 2 Wedi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogayakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 di kelas VII SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016 (2) hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wedi dalam mempelajari materi transformasi dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian adalah 1 orang guru kelas VII dan 35 siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Wedi Klaten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2016. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, rekaman video, wawancara, dan tes tertulis. Hasil observasi dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Video pembelajaran dianalisis secara kualitatif dengan membuat transkrip video, reduksi data, dan kategorisasi data. Hasil wawancara dianalisis untuk mengetahui kendala yang dialami guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Jawaban tes tertulis dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui kategori prestasi siswa dan strategi siswa dalam menyelesaikan soal.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan telah sesuai RPP sebesar 72,7%. Guru telah mempersiapkan pembelajaran sesuai langkah-langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Namun, pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 masih kurang maksimal, terutama pada tahap menanya dan mengolah informasi/ mengasosiasi/ menalar. Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga masih perlu ditingkatkan agar lebih sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan santifik Kurikulum 2013 (2) Hasil belajar siswa menunjukkan kategori tinggi, yaitu dengan rata-rata 81. Namun, hasil belajar terbatas pada soal-soal rutin sehingga tidak dapat digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Pendekatan Saintifik, Kurikulum 2013, Transformasi, Hasil Belajar


(10)

viii ABSTRACT

Lusia Devi Astuti (NIM: 121414021). 2016. Analysis of the implementation of the mathematical learning of material transformation with the scientific approach to Kurikulum 2013 at the seventh grade of SMP Negeri 2 Wedi academic year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Natural Sciences, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know: (1) The implementation of the mathematical learning with the scientific approach to Kurikulum 2013 at the seventh grade of

SMP Negeri 2 Wedi academic year 2015/2016 (2) student’s learning outcomes at

the seventh grade of SMP Negeri 2 Wedi in learning material transformation with scientific approach to curriculum 2013 academic year 2015/2016.

This is a descriptive research with quantitative and qualitative approaches. The research participants are teacher of 7th grade and 35 students of class VII A of SMP Negeri 2 WediKlaten. This research was done in March to April 2016. The data was gathered through observation, video recording, interview, and written tes. The result of the observation was analyzed in quantitative and qualitative. The video learning was analyzed in qualitative by creating video transcript, data reduction, and data categorization. The result of the interview was analyzed in order to find out the obstacles experienced by teachers and students in mathematical learning with ascientific approach. The result of the written tes was analyzed in quantitative and qualitative in order to find out the category of

student’s achievement and student's strategy in solving the problem.

The results are (1) The learning has been implemented according to the lesson plan which reaches up to 72,7%. The teacher has prepared learning steps which in accordance with the scientific approach which is observing, questioning, associating, experimenting, and networking. Nevertheless, the implementation of the mathematical learning with a scientific approach to curriculum 2013 is still

insufficient especially in asking and associating steps. Student’s activity in

learning also needs to be improved in order to be more in accordance with the learning steps of ascientific approach to Kurikulum 2013 (2) Student’s learning outcome indicates the high category with an average 81. However, the learning outcomes limited to routine questions so that it cannot be used to figure out

student’s ability in critical thinking.

Keywords: Mathematical Learning, Scientific Approach, Kurikulum 2013, transformation, learning outcomes


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak pengalaman dan hambatan, akan tetapi, berkat dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, diantaranya:

1. Bapak Hongki Julie, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing akademik 3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu selama penyusunan skripsi ini

4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. dan Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M.Si.

5. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma atas segala pelayanan dan bimbingan selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma

6. Ibu Agnes Martini, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2 Wedi yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk melakukan penelitian


(12)

x

7. Ibu Isbakdiyati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika kelas VII A SMP Negeri 2 Wedi atas bimbingan dan kerjasamanya

8. Siswa-siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Wedi yang telah membantu sebagai subyek penelitian

9. Keluarga tercinta, Papi, Mami, Teteh, Dek Yayan, Mas Arif, Dek Leo, atas segala dukungan, bimbingan, doa, waktu dan tenaga, serta kasih sayang yang telah dicurahkan

10.Bastanta Bernardus, atas segala dukungan, semangat, dan doa yang diberikan

11.Sahabat-sahabat semua, Gita, Cela, Dieta, Eva, Yaya, Galuh, Ceha, Raisa, Pepe, Ika, Rika, Dedi atas segala bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan

12.Teman-teman teman-teman PPL dan P.Mat 2012

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di karya selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan.


(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………....………… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ………... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………. vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……….….. viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 4

C. Pembatasan masalah ……….. 5

D. Rumusan masalah ……….. 5

E. Tujuan Penelitian ……….. 6

F. Manfaat Penelitian ……….... 6

G. Batasan Istilah ………..…. 7

H. Sistematika Penulisan ………..…. 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis ………... 11


(14)

xii

C. Pembelajaran Matematika ……….... 14

D. Kurikulum 2013 ………..….. 18

E. Pendekatan Pembelajaran ………...…… 22

F. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 ………...…..… 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 53

B. Subjek dan Objek Penelitian ……….. 54

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 54

D. Data Penelitian ……… 55

E. Metode Pengumpulan Data ……….... 55

F. Instrumen Penelitian ……….. 58

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ……… 64

H. Metode Analisis Data ………. 66

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan penelitian ……… 76

B. Data Penelitian ……… 83

C. Analisis Data ……….. 84

D. Pembahasan ……… 119

E. Keterbatasan Penelitian ………. 162

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 164

B. Saran ……….. 166

DAFTAR PUSTAKA ………... 169


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Penelaahan RPP ……….. 58

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ………. 59

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Aktivitas Siswa dalam Pembelajar dengan Pendekatan Saintifik ………... 60

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Wawancara dengan Guru ………... 61

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa ……….. 61

Tabel 3.6 : Kisi-kisi Soal Tertulis ………... 62

Tabel 3.7 : Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi ……….. 64

Tabel 3.8 : Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi ……….. 65

Tabel 3.9 : Kriteria Penilaian Hasil Telaah RPP ………. 67

Tabel 3.10 : Kategori Kesesuaian Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 ……….... 68

Tabel 3.11 : Kategori Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 ………... 70

Tabel 3.12 : Rubrik Perbandingan RPP dengan Pelaksanaan ………... 71

Tabel 3.13 : Tabel Predikat Capaian Hasil Belajar Siswa …………... 71

Tabel 4.1 : Hasil Telaah RPP ………..……….... 85

Tabel 4.2 : Perolehan Skor dan Presentase Kesesuaian Tahap Pendahuluan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Setiap Pertemuan dan Keseluruhan ..…... 88

Tabel 4.3 : Perolehan Skor dan Presentase Kesesuaian Tahap Inti Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Setiap Pertemuan dan Keseluruhan ………... 89

Tabel 4.4 : Perolehan Skor dan Presentase Kesesuaian Tahap Penutup Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Setiap Pertemuan dan Keseluruhan ………... 90 Tabel 4.5 : Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika


(16)

xiv

dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 …………. 92 Tabel 4.6 : Topik Data Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan pertama ………..…………. 94 Tabel 4.7 : Topik Data Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan kedua ………..………….... 95 Tabel 4.8 : Topik Data Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ketiga ………..…………... 97 Tabel 4.9 : Topik Data Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Keempat ………..……..….. 98 Tabel 4.10 : Kategori Data Langkah-langkah Pelaksanaan

Pembelajaran Pertemuan I ………..…………. 100 Tabel 4.11 : Kategori Data Langkah-langkah Pelaksanaan

Pembelajaran Pertemuan II …………..……… 100 Tabel 4.12 : Kategori Data Langkah-langkah Pelaksanaan

Pembelajaran Pertemuan III ………. 100 Tabel 4.13 : Kategori Data Langkah-langkah Pelaksanaan

Pembelajaran Pertemuan IV ………..………….. 101 Tabel 4.14 : Tabel Predikat Capaian Hasil Belajar Siswa …………. 112 Tabel 4. 15 : Predikat Ketercapaian Hasil Belajar Siswa

Secara Keseluruhan ………..……….... 112 Tabel 4.16 : Predikat Ketercapaian Indikator

Menentukan Kedudukan Suatu Titik/ bangun Datar pada Koordinat Cartesius dan Menggambar Bangun Datar pada Bidang Koordinat ….…………..………..………… 114 Tabel 4.17 : Predikat Ketercapaian Indikator Menentukan Hasil

Pencerminan ………..……… 115 Tabel 4.18 : Predikat Ketercapaian Indikator Menentukan Hasil

Translasi ……….………… 116 Tabel 4.19 : Predikat Ketercapaian Indikator Memiliki Keterampilan

untuk Mengerjakan Soal Pengembangan


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Koordinat Kartesius ..…… ………... 50

Gambar 4.1 : Jawaban S8 untuk soal nomor 1 ..…..……….... 104

Gambar 4.2 : Jawaban S1 untuk soal nomor 2……..…………...…….... 105

Gambar 4.3 : Jawaban S22 untuk soal nomor 2 ……..……...………... 105

Gambar 4.4 : Jawaban S2 untuk soal nomor 3 ..…..……….... 106

Gambar 4.5 : Jawaban S22 untuk soal nomor 3…..……….….... 106

Gambar 4.6 : Jawaban S6 untuk soal nomor 4 .…..……….….... 107

Gambar 4.7 : Jawaban S22 untuk soal nomor 5 .…..………... 108

Gambar 4.8 : Jawaban S30 untuk soal nomor 5..…..……….. 108

Gambar 4.9 : Jawaban S27 untuk soal nomor 6 ..…..………. 109

Gambar 4.10 : Jawaban S1untuk soal nomor 7 ……… 110

Gambar 4.11 : Jawaban S26 untuk soal nomor 7..…..………. 110


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Surat Ijin Penelitian ……… L1 A. 2 Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian ………. L2 A. 3 Validitas Soal Tes Uji Coba ……… L3 A. 4 Reliabilitas Soal Tes Uji Coba ……… L15

LAMPIRAN B

B. 1 Lembar Telaah RPP ……… L17 B. 2 Lembar Observasi Pembelajaran ……… L20 B. 3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… L26 B. 4 Lembar Wawancara ……… L28 B. 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… L31 B. 6 Soal Tes ……….………. L57 B. 7 Nilai Soal Tes ..……….. L61

LAMPIRAN C

C. 1 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ……… L59 C. 2 Transkrip Video Pembelajaran ……… L65 C. 3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……… L100 C.4 Keterlaksanaan Pembelajaran

(Perbandingan RPP dengan Pelaksanaan) ……….. L102 C. 5 Transkrip Wawancara ……….. L122 C. 6 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 1 ……… L129 C. 7 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 2 ……… L137 C. 8 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 3 ……… L143 C. 9 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 4 ……… L149 C. 10 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 5 ……… L155


(19)

xvii

C. 11 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 6 ……… L164 C. 12 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 7 ……… L180 C. 13 Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor 8 ……… L185


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan merupakan hal yang harus terjadi dalam bidang pendidikan. Pada tahun 2013, di Indonesia terjadi pergantian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan secara terintegrasi. Orientasi pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif (Abdul Majid & Chaerul Rochman, 2014). Hal itu guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Pada tahun ajaran 2015/2016, sekolah/madrasah diberikan kebebasan memilih untuk tetap melanjutkan Kurikulum 2013, atau kembali ke KTSP.

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, perlu adanya perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju metodologi pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, guru yang berada di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 perlu memahami penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran sesuai dengan standar proses Kurikulum 2013.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang harus digunakan dalam penerapan Kurikulum 2013. Pembelajaran dengan


(21)

pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak hanya bergantung pada guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta, diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramal, menjelaskan, dan menyimpulkan (Hosnan, 2014). Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru masih diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang sesuai dengan kondisi semakin bertambah dewasa atau tinggi kelas peserta didik.

Apabila sekolah memutuskan untuk melaksanakan Kurikulum 2013, atau menjadi sekolah percontohan dalam melaksanakan Kurikulum 2013, pembelajaran haruslah menggunakan pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013. Peneliti menemukan fakta di lapangan, bahwa ada beberapa sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 namun tidak menggunakan


(22)

pendekatan saintifik pada pembelajarannya. Bahkan terkadang pembelajaran dilakukan secara konvensional tanpa ada perubahan yang berarti dengan diterapkannya Kurikulum 2013 di sekolah tersebut.

SMP Negeri 2 Wedi Klaten merupakan sekolah yang terletak di perbatasan Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten dengan Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah sekolah yang tidak terletak di pusat kota, tetapi menjadi sekolah percontohan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Peneliti merasa sekolah ini menarik untuk diteliti lebih lanjut karena sekolah ini telah melaksanakan Kurikulum 2013 dari tahun 2013.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di kelas VII SMP Negeri 2 Wedi yang telah menerapkan Kurikulum 2013, dijelaskan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika telah menggunakan pendekatan saintifik. Meskipun sekolah telah menggunakan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013, pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik masih terasa sulit dan belum dapat maksimal. Hal itu disebabkan oleh pemahaman guru tentang implementasi pendekatan saintifik masih kurang mendalam, partisipasi siswa masih kurang terlibat dalam pembelajaran, dan sarana penunjang yang dirasa masih kurang di sekolah ini. Sarana penunjang dalam hal ini misalnya ketersediaan LCD di sekolah yang terbatas. Jadwal penggunaan LCD antara para guru yang terkadang bertabrakan membuat para guru memilih untuk tidak menggunakan LCD proyektor pada pembelajaran.


(23)

Materi transformasi digunakan dalam penelitian ini karena materi ini merupakan materi yang baru bagi kelas VII. Materi transformasi merupakan materi kelas VII yang ada dalam Kurikulum 2013 dan tidak ada pada materi kelas VII pada KTSP. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013.

Melihat fakta di lapangan tersebut, penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik sesuai Kurikulum 2013 dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik. Hasil penelitian diharapkan dapat menunjukkan ketercapaian tujuan pembelajaran saintifik sesuai Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Wedi. Tujuan pembelajaran matematika materi transformasi dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan Kurikulum 2013 terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Berdasarkan pemikiran itu,

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “Analisis Pelaksanaan

Pembelajaran Matematika Materi Transformasi dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 2 Wedi Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

1. SMP Negeri 2 Wedi telah melaksanakan Kurikulum 2013 dari tahun ajaran 2013/2014, tetapi guru matematika masih merasa kesulitan dalam menggunakan pendekatan saintifik


(24)

2. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Wedi telah menggunakan pendekatan saintifik, tetapi pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik masih kurang maksimal.

C. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada pembelajaran matematika materi transformasi dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 di kelas VIIA SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016.

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam ranah Kurikulum 2013, yang dibatasi pada aspek pengetahuan. Materi transformasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi transformasi kelas VII Kurikulum 2013 dengan sub materi bidang koordinat, translasi dan refleksi.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika materi transformasi dengan pendekatan saintifik di kelas VII SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016 yang menerapkan Kurikulum 2013?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII dalam mempelajari materi transformasi dengan pendekatan saintifik di SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016 yang menerapkan Kurikulum 2013?


(25)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik di kelas VII SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2015/2016 yang menerapkan Kurikulum 2013.

2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wedi dalam mempelajari materi transformasi dengan pendekatan saintifik tahun ajaran 2015/2016 yang menerapkan Kurikulum 2013.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

a. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi terhdap ketercapaian pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika. b. Dengan adanya hasil evaluasi, guru diharapkan dapat lebih memahami

pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika c. Guru diharapkan dapat lebih kreatif dalam memilih dan

mengembangkan metode pembelajaran yang selaras dengan pendekatan saintifik.

2. Bagi Sekolah

a. Penelitian ini dapat memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan pendekatan saintifik.

b. Sekolah dapat lebih baik lagi dalam menciptakan fungsinya sebagai tempat pendidikan dan pembinaan bagi siswa dalam hal pemikiran ilmiah.


(26)

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat lebih memahami tentang bagaimana melaksanakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika.

G. Batasan Istilah 1. Analisis

Analisis adalah proses penyelidikan dan kegiatan memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus yang sedang terjadi.

2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses pembangunan makna dan pemahaman yang melibatkan siswa secara aktif, dimana proses ini dirancang guru sebagai usaha untuk membantu siswa mencapai perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan tentang matematika.

3. Kurikulum 2013

Pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. 4. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara untuk memulai pembelajaran agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(27)

5. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang melatarbelakangi metode pembelajaran sehingga mampu melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

6. Transformasi

Transformasi T di bidang adalah fungsi satu-satu dari himpunan titik dalam bidang Euclides kepada himpunan yang sama

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengamatan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada aspek pengetahuan/ kognitif dan keterampilan.

H. Sistematika Penulisan

Bagian-bagian dalam laporan skripsi ini antara lain: 1. Bagian Pembuka

Bagian awal skripsi memuat beberapa halaman yang menunjang kelengkapan leporan skripsi yang terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman pernyataan keaslian karya, abstrak, lembar


(28)

pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi memuat hal-hal inti dalam penulisan skripsi, seperti: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum dalam skripsi, seperti: latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang melandasi penelitian. Hal-hal yang dibahas dalam landasan teori antara lain: analisis, belajar dan hasil belajar, pembelajaran matematika, Kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran, pendekatan saintifik Kurikulum 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan aspek-aspek metodologi penelitian yang merupakan gambaran mengenai jalannya penelitian. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain: jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, data penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, validitas dan reliabilitas instrument penelitian, metode analisis data.


(29)

BAB IV PELAKSANAA PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang jalanya pelaksanaan penelitian, penyajian data penelitian, analisis data dan penyajian hasil analisis, pembahasan hasil analisis, dan keterbatasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya

3. Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi memuat hal-hal yang bersifat melengkapi penulisan skripsi, seperti daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(30)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis

Analisis menurut Rangkuti (2009) adalah kegiatan memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi. Dalam melakukan suatu analisis diperlukan kerangka analisis kasus sebagai berikut:

1. Memahami situasi dan informasi yang ada

2. Memahami permasalahan yang terjadi, baik secara umum maupun spesifik

3. Menciptakan atau memberikan berbagai alternative penyelesaian 4. Evaluasi pilihan alternative dan pilih yang terbaik serta memberikan

berbagai kemungkinan yang terjadi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 2011) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya). Menurut Kamus Matematika (Roy Hollands, 1983), analisis adalah peristiwa pemisahan ke dalam bagian-bagian. Dari definisi analisis yang telah dikemukakan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis adalah proses penyelidikan dan kegiatan memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus yang sedang terjadi.


(31)

B. Belajar dan Hasil Belajar 1. Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan yang relatif konstan dan berbekas (Winkel, 2009). Menurut Slameto (2010), belajar pada hakikatnya adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Sudjana (2010), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar. Dari pendapat para ahli tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan untuk memperoleh perubahan tingkah laku seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain.


(32)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka (W. Winkel, 1989). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Hamalik (2008) berpendapat bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Dari pengertian hasil belajar yang diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati. Perubahan tingkah laku yang dimaksud dapat berupa perubahan kemampuan siswa, misalnya dari yang tidak bisa menjadi bisa. Strategi jawaban yang dituliskan siswa dalam menjawab soal-soal dapat dilihat untuk mengukur perubahan kemampuan siswa. Perubahan


(33)

kemampuan ini dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa.

C. Pembelajaran Matematika 1. Hakikat Matematika

Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathamein artinya berpikir atau belajar. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008), matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya (Sukardjono, 2008). Menurut Ali Hamsah dan Muhlisrarini (2014), matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau praktis dan penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan dan matematika sekolah. Umumnya matematika dikenal sebagai ilmu yang abstrak dan memiliki sedikit bentuk yang berasal dari realita lingkungan manusia. Pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah dan tepat, mengingat ada banyak fungsi dan peranan matematika terhadap bidang studi yang lain.

Menurut Sri Anitah (dalam Ali Hamsah dan Muhlisrarini, 2014), ada beberapa definisi tentang matematika yaitu:

a. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi b. Matematika adalah ilmu tentang keluasaan atau pengukuran dan


(34)

c. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

d. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis

e. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. f. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai

dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema.

g. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan tebagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut Ismail, dkk. (dalam Hamzah dan Muhlisrarini, 2014), matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungan, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur, dan alat.

Berdasarkan beberapa definisi matematika yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu deduktif yang membahas masalah aljabar, logika, analisis dan geometri.


(35)

2. Pembelajaran

Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ada terkandung empat komponen pembelajaran yaitu: interaksi peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal yakni pendidikan di sekolah, sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004). Menurut Winkel dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010), pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk memperoleh suatu perubahan baru dengan memperhitungkan kejadian-kejadian yang dialami individu.

3. Pembelajaran Matematika

Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014), pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan


(36)

menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dengan melibatkan partisipasi aktif peserta didik di dalamnya. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Menurut Demunth (dalam Ismail dkk, 2004) pembelajaran matematika berorientasi pada empat hal. Pertama, pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal. Pengertian-pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vektor, diperkenalkan dan dimasukkan dengan definisi dan dihubungkan satu sama lain dalam suatu sistem yang susun secara deduktif. Kedua, pembelajaran matematika berorientasi pada dunia sekeliling. Titik tolaknya adalah tema yang diambil dari jangkauan pengalaman belajarnya. Pelajaran mempunyai tugas mematematiskan keadaan sekeliling. Ketiga, pembelajaran matematika sebagai sitem dimana pelajarnya dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri. Keempat, pembelajaran matematika berorientasi pada matematika sebagai alat. Dalam konsep ini kesiapan menjadi menonjol, dan hanya digunakan sebagai kesiapan teknis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, pembelajaran matematika bertujuan untuk:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah


(37)

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses pembangunan makna dan pemahaman yang melibatkan siswa secara aktif, dimana proses ini dirancang guru sebagai usaha untuk membantu siswa mencapai perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan tentang matematika.

D. Kurikulum 2013

1. Orientasi Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013

Menurut Yunus Abidin (2014), kompetensi yang diharapkan dimiliki sumber daya manusia saat ini lebih dititikberatkan pada kompetensi berpikir dan komunikasi. Kompetensi berpikir artinya bahwa diharapkan


(38)

sumber daya manusia memiliki pengatahuan yang luas, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif. Kompetensi komunikasi artinya bahwa sumber daya manusia hendaknya mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam rangka bekerja sama dan menyampaikan ide-ide kritis kreatifnya.

Menurut Morocco (dalam Yunus Abidin, 2013), pada abad ke-21 minimalnya ada empat kompetensi belajar yang harus dikuasai yakni kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Trilling dan Fadel (dalam Yunus Abidin, 2013) menjelaskan bahwa keterampilan utama yang harus dimiliki dalam konteks abad ke-21 adalah keterampilan belajar dan berinovasi. Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan kemampuan untuk beraktivitas dan berinovasi. Oleh karena itu, proses pembelajaran hendaknya diorientasikan untuk membekali siswa dengan ketiga keterampilan tersebut, disambung dengan pengetahuan keilmuan tertentu.

Berdasarkan kompetensi abad ke-21 yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, Kemdikbud melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan mutu pendidikan agar mampu menghasilkan lulusan yang siap bersaing secara global di masa yang akan datang. Salah satu terobosan awal tersebut adalah memberlakukan Kurikulum 2013. Pemberlakuan Kurikulum 2013 ditujukan untuk menjawab tantangan zaman terhadap


(39)

pendidikan yakni untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta berkarakter. Menurut Yunus Abidin (2014), pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi.

2. Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013

Berdasarkan orientasi pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum 2013, terdapat sejumlah elemen kurikulum yang berubah. Beberapa perubahan elemen tersebut antara lain standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan standar penilaian.

Ditinjau dari elemen standar lulusan, standar lulusan Kurikulum 2013 menekankan adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Perubahan ini selanjutnya tertuang dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Ditinjau dari standar proses, sasaran pembelajran dalam Kurikulum 2013 mencakup pengembangan ranah sikap, keterampilan, pengetahuan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Pembelajaran tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam pembelajaran, guru bukanlah sumber belajar satu-satunya. Pada dimensi sikap, sikap tidak diajarkan secara verbal tetapi melalui contoh,


(40)

pembiasaan aktivitas, dan teladan. Perubahan ini selengkapnya tertuang dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses.

Pada elemen standar penilaian, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran, kompetensi muatan, kompetensi program, dan proses. Sejalan dengan ruang lingkup ini, teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian dalam konteks Kurikulum 2013 adalah penilaian kompetensi sikap, penilaian kompetensi pengetahuan, dan penilaian kompetensi keterampilan. Secara lengkap, perubahan standar penilaian ini tertuang dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian.

Secara teoritis, Kurikulum 2013 menganut dua hal, yaitu pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat, dan pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang menuntut siswa belajar melalui serangkaian pengalaman bekerja ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 dilakukan dengan berlandaskan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang dipadu dengan prinsip-prinsip pembelajaran.


(41)

E. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran merupakan tiga istilah dalam pembelajaran yang sering dianggap sama walaupun sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Menurut hirarki proses pembelajaran, pendekatan berada pada tingkat tertinggi yang kemudian diwujudkan ke dalam metode-metode, dan metode ini diwujudkan dalam teknik (Yunus Abidin, 2014). Selain ketiga istilah tersebut, adapula istilah lain dalam pembelajaran, seperti model dan strategi pembelajaran. Model pembelajaran berada pada lingkup terluar ketiga istilah tersebut. Dalam sebuah model pembelajaran termuat pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Menurut Yunus Abidin (2014), pendekatan bisa diartikan sebagai cara pandang filosofis terhadap suatu objek tertentu yang dipercayai tanpa harus dibuktikan lagi kebenarannya. Berdasarkan pengertian ini, pendekatan merupakan aksioma-aksioma yang telah diyakini kebenarannya dan berfungsi untuk mendeskripsikan hakikat apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya.

Para ahli memandang pendekatan pembelajaran sebagai seperangkat asumsi yang paling berkaitan dan bersangkutan dengan hakikat belajar, hakikat mengajar, hakikat disiplin ilmu yang dipelajari. Menurut Purwoto (2003), pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang untuk


(42)

membelajarkan peserta didik melalui pusat perhatian tertentu (Sa’dun Akbar,

2013). Berdasarkan perkembangan filsafat pendidikan, pendekatan pembelajaran di antaranya terdiri atas: pendekatan behavioristik, pendekatan kognitivistik, dan pendekatan kostruktivistik. Menurut Yunus Abidin (2014), pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai panduan dasar tentang mengajarkan sesuatu dan bagaimana sesuatu itu dapat dipelajari dengan mudah. Pendekatan pembelajaran akan menjadi pedoman bagi proses pembelajaran sekaligus akan memberikan sejumlah tahapan proses belajar-mengajar yangs semestinya dilakukan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Ciri khas pendekatan pembelajaran menurut Yunus Abidin (2014) adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran bersifat aksiomatis

2. Pendekatan pembelajaran lahir dari sejumlah asumsi, teori, atau prinsip tertentu

3. Pendekatan pembelajaran akan melahirkan sejumlah metode pembelajaran

4. Pendekatan pembelajaran memberikan pedoman terhadap metode pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu cara untuk memulai pembelajaran agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(43)

F. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013

1. Pendeketan Saintifik/ Ilmiah (Scientific Approach)

a. Pengertian Pendeketan Saintifik/ Ilmiah (Scientific Approach)

Sains adalah suatu proses pengumpulan struktur deskriptif tentang alam yang saling berhubungan (Peter Kosso, 2011). Menurut Abdul Majid & Chaerul Rochman (2014), pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam memahami metode ilmiah dibutuhkan pemahaman tentang hubungan dari informasi-informasi secara luas. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari hasil observasi dan teori.

Dalam membuktikan suatu teori, bagian-bagian informasi yang diperoleh akan saling dihubungan satu sama lain. Pada abad ke-19, para peneliti mulai mengintegrasikan aspek yang paling penting dari metode induktif dan deduktif dalam teknik baru, yaitu metode induktif-deduktif, atau dikenal dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ini berbeda dari penalaran induktif karena menggunakan hipotesis. Sebuah hipotesis adalah pernyataan yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang belum pasti dianggap benar. Hal ini menunjukkan bahwa mengidentifikasi pengamatan harus dilakukan untuk menyelidiki pertanyaan. Pendekatan ilmiah umumnya digambarkan sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan. Peneliti bergerak secara induktif dari pengamatan untuk menghasilkan


(44)

hipotesis dan kemudian secara deduktif dari hipotesis ke implikasi logis dari hipotesis tersebut. Atas dasar bukti yang diperoleh, peneliti menerima atau menolak hipotesis. Penggunaan hipotesis adalah perbedaan utama antara pendekatan ilmiah dan penalaran induktif. Dalam penalaran induktif, peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu kemudian mengatur informasi yang diperoleh. Dalam pendekatan ilmiah, peneliti menentukan akibat/ kesimpulan yang diperoleh apabila hipotesis itu benar dan kemudian melakukan percobaan sistematis untuk mengkonfirmasi (atau gagal mengkonfirmasi) hipotesis.

b. Langkah-langkah Pendekatan Santifik

Menurut Pirsig (dalam Donald Ary, dkk., 2010), ada lima langkah dari penyelidikan ilmiah, yaitu:

1) Identifikasi masalah.

Langkah pertama adalah menyadari atau menemukan bahwa ada masalah. Masalah yang ditemukan dapat melibatkan pertanyaan tentang sesuatu, perbedaan dalam temuan, atau kesenjangan dalam pengetahuan.

2) Pernyataan masalah

Langkah berikutnya adalah mengklarifikasi masalah. Peneliti menetapkan lebih spesifik lagi tentang jangkauan masalah yang telah diidentifikasi.


(45)

3) Perumusan hipotesis

Peneliti merumuskan hipotesis tentang solusi yang mungkin dari masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

4) Prediksi konsekuensi

Langkah selanjutnya, peneliti memprediksi konsekuensi dari setiap hipotesis. Maksud dari konsekuensi di sini adalah hasil apa yang diperoleh jika data yang dikumpulkan mendukung hipotesis.

5) Pengujian hipotesis.

Peneliti mengumpulkan data objektif untuk menguji setiap hipotesis yang telah dirumuskan. Jika data mendukung, maka hipotesis tersebut diterima sebagai penjelasan yang masuk akal. Jika data tidak mendukung, maka hipotesis ditolak.

Dalam Muri Yusuf (2014), ada lima langkah pendekatan saintifik yang dikemukakan oleh John Dewey, yaitu:

1) Adanya kebutuhan yang dirasakan

Pada tahap ini, peneliti merasakan adanya kebutuhan dan kesulitan. Kesulitan itu dapat berupa kesulitan dalam penyesuaian alat dengan tujuan, kesulitan dalam menemukan ciri khas tertentu suatu objek, atau mungkin juga ada kesulitan dalam menjelasan kejadian yang tidak diduga.


(46)

2) Merumuskan masalah

Adanya masalah yang bersumber dari situasi dan kondisi lingkungan, kemudian dinyatakan lagi lebih spesifik sehingga dapat diperinci lebih tuntas, jelas dan dapat diukur.

3) Merumuskan hipotesis/ pertanyaan

Pada langkah ini, peneliti mengajukan kemungkinan jawaban sementara atau pertanyaan yang dapat menjelaskan permasalahan yang dikemukakan. Kemungkinan jawaban sementara itu hendaklah berpijak pada teori yang ada sehingga terkaan yang bersifat sementara itu dapat menggiring ke kesimpulan final.

4) Melaksanakan pengumpulan data

Dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, perlu dicari dan dikumpulkan bukti, informasi, dan data yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dikaji. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menemukan bagaimana jawaban yang ada dari informasi yang dikumpulkan dan dikaitkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan.

5) Menarik kesimpulan

Bagian ini adalah membuktikan hipotesis yang dirumuskan atau pertanyaan yang hendak dijawab dihubungkan dengan informasi yang telah dikumpulkan. Pembuktan ini untuk melihat apakah perkiraan sementara diterima atau ditolak. Pada tahap


(47)

berikutnya adalah mengambil kesimpulan dan merumuskan implikasi yang didapat dari penelaahan yang dilakukan.

Menurut Stephen S. Carey (2011), metode saintifik terdiri dari 3 langkah, yaitu, observasi, pengusulan penjelasan, pengujian/ percobaan. Metode saintifik diawali dengan pengamatan yang cermat, apabila ditemukan sesuatu yang tidak dipahami, maka perlu dibuat suatu hipotesis dan perlu dicari cara untuk menguji hipotesis tersebut.

1) Observasi

Langkah awal dalam metode ilmiah adalah observasi/ pengamatan. Dalam pengamatan, peneliti menemukan suatu fenomena dari fakta-fakta yang sedang diselidiki. Mendapatkan fakta-fakta-fakta-fakta dapat membantu peneliti untuk membangun penjelasan baru dan memberikan petunjuk dalam tahap selanjutnya. Dalam observasi yang cermat peneliti mampu menentukan suatu hal yang menarik dan cukup membingungkan sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Dalam metode ilmiah, observasi memliki tiga peran yaitu:

a) Observasi memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi dan fokus pada fakta-fakta yang relevan tentang fenomena yang diteliti b) Apa yang peneliti amati dapat memberikan petunjuk tentang apa

yang dapat menjelaskan suatu fenomena

c) Data pengamatan dapat memberikan bukti untuk dapat menentukan apakah berbagai penjelasan berhasil atau gagal


(48)

2) Pengusulan Penjelasan

Menjelaskan sesuatu adalah untuk memperkenalkan serangkaian faktor yang mengungkapkan bagaimana atau mengapa suatu hal dapat menjadi suatu kasus yang patut untuk diteliti. Dua konsep yang terkait erat dengan penjelajasan adalah teori dan hipotesis. Karakteristik penjelasan hipotesis adalah tentatif dan belum terbukti. Oleh karena itu, hipotesis dapat berubah dari seusatu yang samar menjadi sesuatu yang lebih rinci. Tipe teori dalam ilmu pengetahuan adalah keluasan dan kedalaman kekuatan penjelasan yang dipaparkan. Teori cenderung struktur yang lebih umum dan mampu menjelaskan berbagai variasi dari fenomena. Selain itu, teori sering berisi aturan yang telah dikonfirmasi dan prinsip-prinsip yang mengungkapkan fenomena yang cukup beragam.

3) Pengujian/ Percobaan

Ada dua langkah yang dilakukan dalam menguji kebenaran penjelasan yang telah diusulkan sebelumnya. Pertama, peneliti perlu mencari konsekuensi dari penjelasan, yaitu sesuatu yang seharusnya terjadi apabila penjelasan yang diajukan telah terbukti kebenarannya. Kemudian, peneliti melakukan percobaan yang dirancang untuk menentukan kebenaran dari hasil yang diprediksi. Jika peneliti mendapatkan hasil sesuai dengan hasil prediksi, maka peneliti memiliki alasan yang kuat untuk percaya bahwa penjelasan yang


(49)

diajukan sebelumnya adalah benar. Jika peneliti gagal untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan, peneliti dapat menjelaskan beberapa alasan sehingga terjadi kesalahan atau mungkin peneliti perlu mengubah penjelasan awal yang diusulkan.

2. Pendekatan Saintik Kurikulum 2013

Dalam Kemdikbud (2013), pendekatan ilmiah (scientific) berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Menurut Hosnan (2014) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengimunikasikan konsep yang ditemukan. Menurut pandangan Barringer (dalam Yunus Abidin, 2014), pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Pembelajaran akan melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian, dan membangun koseptualisasi pengetahuan.

Dari pendapat beberapa ahli tentang pendekatan saintifik tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang


(50)

melatarbelakangi metode pembelajaran sehingga mampu melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

a. Esensi Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013

Dalam Kemdikbud (2013), pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama diantara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan perkembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atau beberapa fenomena datau gejala, memperoleh pengetahuan baru. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.


(51)

b. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013

Menurut Hosnan (2014), pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

2) Melibatkan keterampilan proses secara sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, dan prinsip

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

4) Dapat mengembangkan karakter siswa

Menurut Sudarwan (dalam Abdul Majid, 2014) pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, penjelasan tentang suatu kebenaran. Dalam Kemdikbud (2013), proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Substansi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,


(52)

pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 (dalam Abdul Majid, 2014), menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah.


(53)

Penerapan pembelajaran dalam pendekatan ilmiah (dalam Abdul Majid, 2014) harus memenuhi tiga prinsip utama yaitu:

1) Belajar siswa aktif

Dalam hal ini termasuk inquiry based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok dan belajar berpusat pada siswa.

2) Assessment

Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar. 3) Keberagaman

Mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, termasuk keunikan dari dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.

c. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014) adalah sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa


(54)

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik

3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi

5) Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide 6) Untuk mengembangkan karakter siswa

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran (Hosnan, 2014) adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa

2) Pembelajaran membentuk students self concept 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip 5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa

6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi

7) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.


(55)

e. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Menurut Kemdikbud (2013), poses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik, meliputi: menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta serta membentuk jaringan. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara procedural, namun, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah.

Proses pembelajaran ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Hosnan, 2014). Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap meliputi transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang mengapa. Ranah keterampilan meliputi transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan meliputi transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan


(56)

untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Langkah-langkah pokok pembelajaran dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan (Kemdikbud, 2013). Penjelasan langkah-langkah pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1) Mengamati atau Observasi

Observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi (Ridwan Abdullah Sani, 2014). Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 disampaikan bahwa dalam kegiatan mengamati hendaknya guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca sehingga melibatkan peserta didik secara langsung. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan


(57)

yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan belajar yang dapat dilakukan dalam tahapan mengamati menurut Kemdikbud (2014) adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat dengan atau tanpa alat. Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

Dalam Kemdikbud (2013), kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder

d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar


(58)

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran mengupayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.

Ada beberapa macam observasi (Kemdikbud, 2013), yaitu: a) Observasi biasa (common observation).

Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

b) Observasi terkendali (controlled observation).

Seperti halnya observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.


(59)

c) Observasi partisipatif (participant observation).

Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini:

a) Observasi berstruktur

Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.

b) Observasi tidak berstruktur.

Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran menurut Kemdikbud (2013) adalah:


(60)

a) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

b) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

c) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2) Menanya

Menurut Kemdikbud (2013), guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didik belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, ketika itu pula guru mendorong peserta didik itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Kegiatan belajar yang dapat dilaksanakan dalam rangka tahapan menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang


(61)

diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (Kemdikbud, 2014).

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses menanya adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Kemdikbud, 2014).

Fungsi bertanya menurut Kemdikbud (2013) adalah sebagai berikut:

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.

d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.


(62)

e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap

dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Kriteria pertanyaan yang baik menurut Kemdikbud (2013) adalah sebagai berikut:

a) Singkat dan jelas b) Menginspirasi jawaban c) Memiliki fokus

d) Bersifat probing atau divergen e) Bersifat validatif atau penguatan

f) Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif h) Merangsang proses interaksi


(63)

3) Mengasosiasi/ Mengolah informasi/ Menalar

Menurut Mulyasa (2014), kemampuan mengolah informasi atau analisis melalui melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh peserta didik. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Dalam Kemdikbud (2013), istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah menalar yang dimaksud merupakan padanan dari associating, bukan merupakan terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar


(64)

asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

Menurut Kemdikbud (2014), kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam tahapan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar antara lain:

a) Mengolah informasi yang telah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

b) Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai pendapat yang bertentangan.


(1)

L187

10  Siswa tidak menentukan titik awal

 Siswa tidak menentukan nilai x-2y

11  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

12  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

13  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar  Siswa menarik kesimpulan jawaban dengan tepat


(2)

L188  Siswa menentukan titik awal dengan benar

 Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar 15

16  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar 17

18  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar  Siswa menarik kesimpulan jawaban dengan tepat

19  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa salah dalam menentukan titik awal  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar


(3)

L189

21  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

22  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa salah dalam menentukan titik awal  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar 23 -

24  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

25  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar


(4)

L190  Siswa menentukan titik awal dengan benar

 Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

27  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar  Siswa menarik kesimpulan jawaban dengan tepat

28  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

29  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar  Siswa menarik kesimpulan jawaban dengan tepat

30  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa salah dalam menentukan titik awal  Siswa salah dalam menentukan nilai x-2y  Siswa salah dalam menarik kesimpulan


(5)

L191

32  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar  Siswa menarik kesimpulan jawaban dengan tepat

33  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar

34  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa menentukan nilai x-2y dengan benar  Siswa menarik kesimpulan jawaban dengan tepat

35  Siswa menentukan titik awal dengan cara mengurangkan

titik akhir dengan vektor translasi

 Siswa menentukan titik awal dengan benar  Siswa tidak menentukan nilai x-2y


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Respon Guru Matematika SMP Negeri Kelas VII di Kabupaten

0 5 8

Efektifitas pembelajaran dengan praktikum di laboratorium alam berwawasan salingtemas terhadap hasil belajar biologi(Di SMP Negeri 2 Jember kelas I semester 2 sub konsep pencemaran lingkungan tahun ajaran 2004/2005)

0 3 131

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh pendekatan saintifik kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa pada konsep interaksi makhluk hidup dengan lingkungan (Kuasi Eksperimen di MTs Negeri Tangerang 2 Pamulang)

0 7 197

Implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Di Kelas 4 SDN Cijantung 03 pagi

6 127 0

Matematika kelas xii transformasi

1 42 18

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 48