Uang Beredar Cadangan devisa

2.2.3. Uang Beredar

Uang beredar dalam arti sempit M1 adalah uang kartal ditambah uang giral sedangkan dalam arti luas adalah M1 ditambah deposito berjangka atau time deposit TD ditambah saldo tabungan atau seving deposit SD. pengertian uang beredar lebih luas M2 adalah M1 ditambah degan uang kuasi. Boediono, 1985:3-6 Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka diambil suatu batasan mengenai pengertaian uang beredar, yaitu: 1. Uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus atau currency plus Demand Deposit disebut uang dalam arti sempit atau norrow money M1. M1 = C + DD Boediono,1985:4 Dimana : C = currency uang giral DD = demandt deposid deposits uang giral . 2. Uang dalam arti luas atau uang M2 adalah kewajiban moneter sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang diatas terdiri atas uang M1 ditambah deposito berjangkan dan saldo tabungan milikmasyarakat pada bank-bank. M2 = M1 + TD +SD Boediono,1985:5 Dimana : TD = time deposits deposito berjangka SD = saving deposits saldo tabungan 3. Definisi uang beredar yang lebih luas adalah M3, yang mencakup semua TD dan SD, besar kecil, rupiah atau dollr milik penduduk pada bankataulembaga keuangan non bank. M3 = M1 + QM Boediono, 1985:6 Dimana : QM = quasi money Uang kuasi merupakan aktiva milik sektor swasta domestik yang dapat memenuhi sebagian fungsi uang atau sementara kehilangan fungsinya sebagai media pertukaran. Insekindro,1993:78 Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa uang beredar adalah jumlah uang yang ada ditanggan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi”Quasi money”.

2.2.4. Teori Permintaan Uang

2.2.4.1. Teori Kuantitas Uang

Dalam menerangkan teori kuantitas yang dilakukan oleh Irfing Fiser digunakan persamaan lajabar yang dimana persamana pertukaran. Persamaan pertukaran tersebut dinyatakan sebagai berikut : MV = PT Sukirno, 2000 : 410 Dimana : M = Uang beredar V = Kelakuan peredaran uang P = Tingkat harga-harga T = Jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan didalam suatu tahun tertentu. Didalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang semput. Ini berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang, yaitu V ditentukan berdasarkan keseringan beberapa seringnya uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun. Dalam menentukan nilai P yang perlu diketahui adalah indeks harga. Faktor yang terakhir dalam persamaan pertukaran diatas, yaitu menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan setengah jadi yang diperjual belikan. Sukirno, 1985 : 221.

2.2.4.2. Teori Permintaan Keynes

Pada hakekatnya Keynes mengemukakan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange . Teori ini dikenal dengan nama teori liquidity preference. Boediono, 1985 : 27. Keynes menggolongkan sebab-sebab keinginan untuk memegang uang tunia dalam 3 golongan, yaitu : 1. Motif transaksi transaction motive Alasan memiliki uang tunai dan tidak membelanjakannya ialah untuk membiayai pembayaran- pembayaran atau kewajiban yang harus dilakukan agar usahanya dapat berjalan terus. Alasan menyimpan uang tunai untuk kebutuhan disebut dengan transaction. 2. Motif berjaga-jaga precautionary motive Permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran yang tidak reguler atau yang di luar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran tidak terduga lainnya. Boediono, 1985 : 28. 3. Motif spekulasi speculative motive Keynes memberi definisi speculative motive sebagai tujuan untuk mendapatkan keuntungan karena mengetahui dengan lebih baik dari pasar apa yang akan terjadi didalam masa depan. Gambar 1 : Kurva Permintaan Uang r o r 1 Kurva a mengambarkan permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga. Kedua jenis permintaan tersebut tidak dipengaruhi tingkat bunga yaitu jumlahnya tetap tidak dipengaruhi tingkat bunga. Kurva Dt 1 menggunakan permintaan untuk transaksi berjaga-jaga apabila pendapatan nasional Y 1 . Kedua jenis permintaan tersebut tergantung pada D t1 D t2 r 1 r o Tingkat bunga Tingkat bunga D s D s1 D s2 Permintaan uang a Transaksi dan berjaga-jaga Permintaan uang b Spekulasi r o Tingkat bunga D my2 D my1 Permintaan uang c Jumlah permintaan uang D m1 pendapatan nasional, makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga. Kurva b mengganbarkan permintaan untuk spekulasi. Pada r o permintaan Uang untuk spekulasi adalah sebanyak D s1. Semakin menurun tingkat uang semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi, karena lebih banyak orang lebih suka memegang uang dari Obligasi. Pada tingkat bunga r 1 permintaan uang untuk Spekulasi telah menjadi sebanyak D s2. Kurva c menggambarkan permintaan uang dalam perekonomian yang merupakan gabungan antara permintaan uang transaksi dan berjaga – jaga dengan permintaan uang untuk spekulasi. Kurva D m1 adalah permintaan uang dalam perekonomian pada pendapatan nasional sebanyak Y 1. Dibentuk dengan menjumlahkan Dt 1 dengan Ds 1. 2.2.5. Teori Penawaran Uang 2.2.5.1. Teori Penawaran Uang Teori penawaran uang yang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari sistem standar emas. Disini emas dianggap sebagai satu- satunya alat pembayaran. Uang beredar atau uang yang ditawarkan di masyarakat. Jumlah uang emas beredar bisa turun apabila, misalnya emas dikirim keluar negeri untuk menutup defisit neraca pembayaran yaitu untuk membayar barang-barang yang diekspor atau karena industri- industri yang menggunakan emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada sehingga mengurangi jumlah emas yang tersedia untuk alat pembayaran atau karena produksi emas meningkat misalnya ditemukannya tambang baru. Dalam sistem moneter seperti ini uang beredar benar-benar ditemukan oleh proses pasar. Pada suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat pembayaran, penawaran uang hanya bertambah apabila orang memproduksi emas baru. semakin bertambahnya jumlah emas yang tersedia dan sesuai dengan hukum pasar, akan menyebabkan turunnya harga emas begitu sebaliknya. Apabila harga emas turun, produksi emas berkurang atau berhenti dan ini cenderung untuk menghentikan penurunan harga. Jadi penawaran uang akan secara otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan permintaan akan uang, sehingga harga emas secara otomatis selalu mencapai kestabilan. Boediono, 1998 : 117-118.

2.2.5.2. Teori Penawaran Uang Modern

Dalam perekonomian modern, para produsen emas tidak lagi mempunyai peranan moneter yang penting seperti dahulu dalam sistem standar emas. Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah Otorita Moneter pemerintah dan bank sentral dan lembaga keuangan keduanya bersama-sama disebut sebagai “sistem moneter”. Otorita moneter keuangan perbankan merupakan supplier uang sekunder bagi masyarakat. Proses penciptaan uang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil interaksi permintaan dan penawaran dan bukan sekedar pencetakan uang atau suatu keputusan pemerintah belaka. Misalnya pada suatu waktu permintaan akan uang inti tidak “klop” dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan di sub-pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Boediono, 1998 : 121. Tindakan-tindakan ini tidak lain berupa usaha dari para pelaku tersebut untuk mengubah struktur dan komposisi dari kekayaan yang ia pegang menuju ke arah struktur dan komposisi yang ia inginkan. Seandainya pasar uang inti dari otorita moneter kepada masyarakat, misalnya pemerintah tiba-tiba menaikkan pembelanjaa karena kenaikan gaji pegawai negeri. Pada putaran pertama, tambahan uang inti tersebut akan diterima oleh masyarakat dalam bentuk tambahan uang tunai kartal yang mereka pegang. Tindakan penyesuaian mereka adalah menyimpan kelebihan uang tunai berarti cadangan bank menjadi lebih besar dari sebelumnya. Bank merasa kelebihan cadangan uang tunai, kemudahan mereka mungkin menanamkan kelebihan cadangan tersebut untuk membeli SBI. Kita lihat bahwa tambahan-tambahan uang inti yang berawal dari pemerintah otorita moneter, kembali kepada Bank Indonesia otorita moneter meskipun tidak seluruhnya. Boediono, 1998 : 122. Tambahan uang inti dalam contoh diatas akhirnya akan menambah jumlah uang beredar M1 dan M2 setelah terjadi banyak kali putaran penyesuaian. Beberapa besar tambahan jumlah uang beredar yang akhirnya tercipta, tergantung pada sifat dari putaran-putaran penyesuaian tersebut. Biasanya, tambahan uang beredar yang akhirnya diakibatkan oleh tambahan uang inti adalah besar daripada tabungan uang inti tersebut. Melalui proses penyesuaian portofolio tersebut sebenarnya telah terjadi semacam “pelipatan” uang beredar atau terjadi proses multiplier. Proses inikah yang merupakan inti dari teori mengenai penawaran uang. Boediono, 1998 : 76.

2.2.6. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga adalah besarnya tingkat suku bunga kredit investasi yang berlaku pertahun yang dinyatakan dalam persentase. definisi suku bunga adalah harga yang dibayar atas penggunaan kredit, sehingga disini dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah balas jasa yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dana atas pinjaman yang telah diterimanya. Sihombing, 1990 :7 Tingkat bunga adalah harga dari pengguna uang atau dana untuk jangka waktu ertentu atau bisa dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Boediono,1990 :2

2.2.6.1. Teori Keynes Mengenai Tingkat Bunga

Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawat akan uang. Permintaan terhadap uang oleh Keynes disebut “Liquidity Preference”. Namun ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahwa permintaan akan uang menurut teori Keynes berdasarkan pada konsepsi bahwa pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk oleh sebab itu diberi nama “liquidity preference” inikah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Boediono, 1985 : 82-83. a. Tingkat bunga nominal Dalam perekonomian nyata dikenal istilah suku bunga nominal dan suku bunga riil. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang disepakati oleh debitur dan kreditur disamping pengembalian pinjaman pokoknya pada saat jatuh tempo. Jadi tingkat bunga nominal yang tercatat di pasar akan berubah apabila unsur-unsurnya berubah dan masing-masing unsur tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif, yaitu yang berkaitan dengan perubahan perkiraan atau harapan orang mengenai perkembangan ekonomi di waktu mendatang, mengenai kemampuan debitur untuk mengembalikan pinjaman atau mengenai kapasitas bidang usaha debitur dan mengenai masa yang akan datang. Boediono, 1985 : 88. b. Tingkat bunga riil Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama. Rr = Rn Ri Boediono, 1998 : 90 Dimana : R = Tingkat bunga riil Ri = Laju inflasi Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah tingkat balas yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dana atas pinjaman yang diterimanya. Pada dasarnya masalah tingkat suku bunga bank tidak dapat berdiri sendiri karena itu penurunan tingkat suku bunga dilakukan begitu saja, sebab harus mempertimbangkan beberapa faktor yang terkait, dengan artian tingkat suku bunga dibiarkan berkembang sesuai dengan mekanisme pasar. Dalam hal ini otoritas moneter hanya mengawasi terkadang saja mengeluarkan kebijaksanaan seperti pembatasan ekspansi kredit. Tingkat suku bunga tinggi yang terjadi di Indonesia bermula dari tingginya tingkat suku bunga simpanan. Dan tingginya tingkat suku bunga simpanan ini dikarenakan kalangan perbankan hendak menyedot dana dari masyarakat sebab di Indonesia terjadi saving invsetment gap atau perbedaan antara investasi dan simpanan yang cukup besar. Gambar 2 : Keseimbangan tingkat suku bunga pada teori preference Tingkat bunga D Ms Penawaran uang R eq D Liquidity preference 0 Jumlah penawaran uang dan permintaan Sumber : Sunariyah, 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal.75 Permintaan uang ditunjukkan oleh kurva DD sementara inelastis penawaran uang ditunjukkan kurva Ms. Keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan uang pada titik r eq. Titik r eq adalah keseimbangan tingkat bunga didalam pasar. Keseimbangan dari permintaan dan penawaran diminta menentukan tingkat bunga jangka pendek dalam suatu pasar. Apabila tingkat bunga dibawah tingkat keseimbangan masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Penjualan surat berharga ini akan mendorong harga turun tingkat bunga naik, sampai tingkat keseimbangan. Sebaliknya apabila tingkat bunga berada di atas keseimbangan, masyarakat menginginkan lebih sedikit uang kas dengan cara membeli surat berharga. Pembelian ini mengakibatkan naiknya harga surat berharga tingkat bunga turun sampai keseimbangan tercapai. Nopirin, 2000 : 93. Permintaan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan ini dapat dijelaskan oleh Keynes yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal dan yang kedua berkaitan dengan ongkos memegang uang kas opportunity cost of holding money Nopirin, 2000 : 92. Pada kurva dibawah ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah uang beredar akan menggeser kurva LM dari LM ke LM 1 . Pada mulanya, sebagai akibatnya kelebihan likuiditas tingkat bunga turun dari i ke i 2 sehingga permintaan uang sama dengan jumlah uang. Titik E 1 bukanlah titik keseimbangan pada dua pasar sebab tidak terletak pada kurva IS. Turunnya tingkat bunga menyebabkan kenaikan investasi sehingga pendapatan naik, keseimbangan bergerak dari titik E 1 ke E 2 . Kenaikan pendapatan mendorong naiknya permintaan uang sehingga tingkat bunga merembet naik. Gambar 3 : Efek jumlah uang terhadap tingkat bunga i E LM i Q LM 1 i 1 E 2 i 2 E 1 IS YF Y Sumber : Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter 2. Penerbit BPFE Yogyakarta, hal 192

2.2.6.2. Kredit

Dalam hal ini ada beberapa definisi mengenai kredit yaitu : 1. Menurut UU no.7 tahun 1992 tentang perbankan di sebutkan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. siamat, 1995 : 96 2. Menurut UU No. 14 1967 mengenai pokok perbankan, Bab 1 pasal 1 c, yang di maksudkredit adalah penyediaan uang atau tagihan – tagihan yang dapat di samakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain, dalam hal ini mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang di butuhkan. Santoso, 1994 : 111 3. di pandang dari sudut ekonomi kredit diartikan sebagai penundaan pembayaran, maksudnya pengambilan atau penerimaan uang atau barang tidak di laksanakan secara bersamaan pada penerimaanya akan tetapi pengembalianya dilakukan pada masa tertentu yang akan datang. Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan kredit adalah sesuatu bentuk perjanjian yang terjadi antara dua belah pihak berdasarkan kepercayaan di mana salah satu pihak memberikan prestasi baik berupa uang barang atau jasa pada pihak – pihak lain di mana ia berkewajiban untuk mengembalikan atau memenuhi kewajibanya dalam jangka waktu tertentu. Dari Pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah tingkat balas jasa yang di peroleh masyarakat atas sejumlah dana atas pinjaman yang di terimanya. Apabila Tingkat Suku Bunga Kredit turun maka mendorong pengusaha untuk mengambil kredit. Dalam kesempatan ini pengusaha mengambil lebih rendah biaya bunga tersebut yang di gunakan untuk membiayai produksi perusahaan. Hal ini akan mendorong kenaikan Jumlah Uang Beredar. 2.2.8. Inflasi 2.2.8.1. Pengertian Inflasi Beberapa pengertian mengenai inflasi adalah sebagai berikut : 1. Pengertian singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga- harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus Boediono, 1987: 155. 2. Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus selama satu periode tertentu. Nopirin, 2000 : 25. 3. Inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan disamping masalah pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia. Iswardono, 1991 : 49 4. Inflasi adalah suatu peristiwa moneter yang terjadi di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. Sinungan, 1991 : 49. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian inflasi adalah naiknya harga-harga barang secara terus- menerus dalam suatu periode tertentu dan diperlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.

2.2.8.2. Klasifikasi Inflasi

A. Jenis inflasi menurut sifatnya Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi atas dasar pernah atau tidaknya inflasi tersebut. Beberapa macam inflasi tersebut adalah : 1. Inflasi ringan, ditandai dengan laju inflasi yang rendah yaitu kurang dari 10 per tahun. 2. Inflasi menengah, ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar yaitu sampai 2 digit bahkan 3 digit. Dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang ringan. 3. Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja. B. Jenis inflasi menurut sebabnya 1. Demand pull inflation Inflasi yang timbul karena adanya permintaan total akan berbagai barang terlalu kuat, sedangkan kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh full employment . Dalam keadaan ini kenaikan hasil produksi output. Apabila kesempatan kerja penuh telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah menaikkan harga saja. Proses terjadinya demand pull inflation dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut : Gambar 4 : Demand Pull Inflation Harga S P2 P1 D2 D1 Q1 Q2 Output Sumber : Boediono, 1994. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, hal 157 Kedua permintaan masyarakat akan barang-barang agregate bertambah misal, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang- barang atau barang investasi swasta karena kredit yang murah, maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke D2 akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2. 2. Cost Pust Inflation Inflasi yang disebabkan turunnya produksi, karena naiknya biaya produksi. Apabila proses ini berjalan terus menerus maka timbullah cost push inflation. proses terjadinya cost push inflation dapat di jelaskan pada gambar 2 sebagai berikut : Gambar 5 : cost push inflation P2 P1 Harga Output D S2 Q1 Q2 S1 Sumber : Boediono, 1994. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, hal 157 Keterangan: Bila ongkos produksi naik dari P1 ke P2 misalnya, karena kenaikan harga sarana produksi yang di datangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat agregat suplai bergeser dari S1 ke S2 C. jenis inflasi berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya, inflasi dibedakan sebagai berikut Boediono, 1998 : 164. 1. Inflasi yang berasal yang dalam negeri Domestic Inflation adalah inflasi yang timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri Imported Inflation adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga langganan berdagang. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagian barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor selain itu juga secara tidak langsung akan menaikan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dan kemudian harga jual dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang harus impor.

2.2.8.3. Akibat Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor- faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effety. Sedangkan efek terhadap alokasi faktor- faktor produksi nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects. Efek terhadap pendapatan Equity Effects sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Sebaiknya pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi. Efek terhadap efisiensi Efficiency Effects yaitu inflasi dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Penambahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien. Efek terhadap output output effects yaitu inflasi dapat menyebabkan adanya kenaikan produksi. Dengan alasan dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan usaha naik dan akan mendorong peningkatan produksi, namun jika laju inflasi terlalu tinggi maka akan mempunyai akibat sebaliknya yaitu penurunan output, dalam keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil turun, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian keadaan inflasi bisa diikuti dengan penurunan output.

2.2.8.4 Cara pengendalian inflasi.

Inflasi dapat terjadi karena besarnya uang beredar dimasyarakat oleh karena itu mencegah lajunya inflasi adalah dengan pengedalian uang beredar di masyarakat tersebut dengan menggunakan kebijakan moneter, fiskal dan kebijakan yang berkaitan dengan produksi. Sasaran kebijakan moneter dapat dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. salah satu komponen jumlah uang beredar adalha uang giral. Bank sentral dapat mengatur jumlah uang giral ini melalui penetapan cadangan minimum. Untukmenekan laju inflasi cadangan minimum dikenaikan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Bank sentral dapat menggunakan suatu pengendalian yang disebut dengan tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh Bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh Bank sentral maka keinginan bank umum menjamin menjadi semakin kecil, sehingga cadangan yang ada di Bank sentral juga semakin kecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat semakin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah. Kebijakan fiskal menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemeritah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengeluaran-pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jamlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanan penurunan biaya masuk sehingga impor barang meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung akan menurunkan harga. Nopirin. 2000 :35 2.2.9. Hubungan antara variabel. 2.2.9.1 Hubungan Antara Jumlah Uang Beredar Dengan Tingkat Suku Bunga. Menigkatnya jumlah uang beredar di masyarakat menyebabkan tingkat bunga tabungan naik. Hak ini dilakukan oleh pemerintah melalui Bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat. Karena dengan naiknnya tingkat bunga tabungan maka masyarakat lebih senang menabung dari pada memutarkan uang pada sektor-sektor produktif. Khalwaty, 2000 :144 Menurut keynes, apabila junlah uang beredar meningkat maka untuk menguranginya tingkat bunga dinaikan, dan untuk menurunkan tingkat bunga, maka jumlah uang beredar ditingkatkan.

2.2.9.2. Hubungan Variabel Jumlah Uang Beredar Dengan Tingkat Inflasi.

Terdapat pada pengaru sektor pemerintah terhadap jumlah unag beredar yang melalui anggaran belanja karena pasar uang modal dinegara berkembang belum maju, maka pinjaman pemerintah akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar mengingat tidak memungkinkannya pemerintah menjual surat utang kapada masyarakat sehingga pencairan atau penggunaan dana ini oleh pemerintah akan mensiksn uang inti yang selanjutnya akan menaikan jumlah uang yang beredar dan juga dapat menaikan permintaan serta penawaran uang sehingga berakibat secara tidak langsung dapat menaikan inflasi. Iswandono, 1996 : 15 2.2.10. Investasi 2.2.10.1.Pengertian Investasi Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal” investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi. Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi Rosyidi, 1994: 158. Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. Dornbusch dan Fischer, 1995: 46. Menurut Sukirno 2001: 107, investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investor atau pembentukan modal atau penanaman modal, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut: a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya. c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. Sukirno, 2001: 107. Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

2.2.10.2. Teori Investasi

Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko 2000: 84 terdapat 2 teori, yaitu: a. Teori Klasik Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas marginal produktivity dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan. Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi. 2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu. b. Teori Keynes Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment MEI, yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu Suparmoko, 2000: 84: 1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun. 2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi.

2.2.10.3. Macam-Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment investasi otonomi adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbas adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Public investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal capital yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment Investasi Bruto adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net Investment Investasi Netto adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. Rosyidi, 1994: 161.

2.2.10.4. Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi

a. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang. Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang. b. Tingkat bunga. Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi beropeasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Ari Sudarman terdapat hubungan berkebalikan antara tingkat suku bunga dan pengeluaran, yaitu semakin tinggi suku bunga pinjaman, maka semakin rendah keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga rendah, maka pengusaha akan meminjam dana dari bank umum untuk membiayai pengeluaran investasinya dengan harapan investasi tersebut menghasilkan keuntungan yang nilainya besar daripada bunga yang ditanggungnya. Secara grafis, hubungan antara tingkat suku bunga dan pengeluaran investasi adalah sebagai berikut: Gambar 6 : Hubungan antara Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi r 2 A r 1 B Kurva Investasi I2 I1 Pengeluarn Investasi Sumber : Sudarman, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, PT. Media Global Edukasi, Yakarta, hal 47. Keterangan : Pada saat Tingkat suku Bunga sebesar r1, pengeluaran konsumsi hádala I1. tingkat Suku Bunga mengalami kenaikan menjadi r2, maka pengeluaran investasi akan mengalami penurunan sebesar I2. Tingkat Suku Bunga perbankan disuatu negara merupakan salah satu cerminan baiknya sistem perbankan di negara yang bersangkutan. Dengan tingginya tingkat suku bunga akan berdampak pada rendahnya minat investor untuk melakukan investasi sehingga akan mengakibatkan kelesuan disector riil yang pada akhirnya mengurangi jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. c. Perubahan dan perkembangan teknologi. Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain, maka hal demikian itu ditanamkan ditanamkan mengadakan pembaharuan. Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha. d. Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan-perubahannya. Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir- akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya, apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga rendah. e. Keuntungan yang dicapai perusahaan. Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan investasi adalah keuntungan yang diperolehnya. Apabila perusahaan- perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya investasi yang akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau keuntungan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Rosyidi, 1994: 165

2.2.11. Pengeluaran pemerintah

Menurut Boediono yang dimaksud dengan pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah – pemerintah daerah. Yang dimaksudkan kedalam pengeluaran pemerintah hanyalah pembelian barang – barang dan jasa – jasa yang merupakan produk tahunan yang bersangkutan. Bodieono, 1988 : 50 Pengeluaran pemerintah itu ada dua macam, yaitu pengeluaran pemerintah government expenditure atau G itu sendiri, dan pembayaran transfer transfer payment atau Tr. Perbedaannya adalah bahwa G dibayarkan sebagai balas jasa atas prestasi yang diterima oleh pemerintah, sedangkan Tr dibayarkan bukan sebagai balas jasa.Rosyidi, 1996 : 233- 234 Pengeluaran pemerintah disini mencakup semua pembelian barang – barang dan jasa seperti pembelian pesawat, pembuatan jalan, pembelian rudal dan untuk pembayaran gaji pegawai negeri. Sedangkan pembayaran transfer pemerintah adalah pembayaran pemerintah kepada individu-individu yang tidak dipakai untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai imbalannya. Pengeluaran pemerintah berupa tunjangan yang diberikan kepada penganggur, uang pension bagi pegawai negeri, bantuan bagi anak-anak yatim piatu atau anak-anak cacat. Dimasukkan ke dalam kategori pembayaran transfer. Karena semua jenis pembayaran ini bukan merupakan pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa pada tahun yang berjalan, maka tidak dimasukkan kedalam GNP. Samuelson Nordhaus 1997 : 110-111.

2.2.11.1. Jenis – jenis pengeluaran pemerintah

a Pengeluaran rutin Yaitu pengeluaran atau belanja pemerintah untuk menunjang tugas – tugas rutin, sifatnya habis pakai atau konsumtif, karena terhadap pengeluaran – pengeluarn yang telah dilakukan tidak akan mendapatkan hasil kembali. Tetapi anggaran rutin memegang peranan yang sangat penting dalam tata kehidupan suatu Negara, karena melalui anggaran rutinlah roda administrasi pemerintah dan penyedian jas – jasa kepada pemerintah disediakan. Yang dimaksud dengan klasifikasi pengeluaran rutin pemerintah, antara lain : 1. Belanja pegawai 2. Belanja barang 3. Subsidi daerah otonomi 4. Bunga dan cicilan hutang 5. Pembiayaan cadangan pangan b Pengeluaran pembangunan Berbeda dengan anggaran rutin yang bersifat terus menerus, anggaran pembangunan yang digunakan untuk membiayai suatu proyek akan mempunyai batas waktu, dimana apabila suatu proyek selesai maka pembiayaannya habis. Yang termasuk dalam pengeluaran pembangunan, antara lain : 1. Pembiayaan rupiah 2. Bantuan proyek Suparmoko, 1991 : 575

2.2.12 Cadangan devisa

Devisa adalah semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Devisa terdiri atas valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh hampir semua Negara di dunia seperti US Dollar , Yen Jepang, Euro, Poundsterling Inggris, emas, surat berharga yang berlaku untuk pembayaran internasional, dan lainnya. Cadangan devisa sendiri adalah total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara. Negara memiliki nilai tukar domestik dari uang asing tetap, serta pada suatu periode tertentu pembayaran impor dan transfer kapitalnya lebih besar daripada penerimaan ekspornya untuk membiayai defisit. Ini berarti jika hal-hal lain kebutuhan akan cadangan semakin besar. Persyaratan untuk cadangan tidak dari nilai tukar yang dianut negara yang bersangkutan. Jika menganut nilai tukar fleksibel sepenuhnya maka penguasa moneter tdak dapat cepat atas membeli valas dan ini akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluarannya yang berdampak pada neraca pembayaran bila menyangkut nilai tukar tetap. Maka penguasa moneter harus memegang cadangan secukupnya untuk mengatasi devisa. Dalam keadaan defisit penguasa harus menjual valas untuk di tukar dengan uang domestik. Supaya nilai tukar tetap seperti yang ditentukan dan bila surplus penguasa moneter membeli valas dengan uang domestik agar nilai tukarnya tetap. Iswardono, 1997:42 Posisi cadangan devisa suatu negara biasannya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi tiga bulan impor, maka hal itu di anggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan dari luar negeri, selain itu juga bisa menurunkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valas akan mengalami depresiasi, apabila posisi cadangan devisa terus menipis dan semakin tipis, maka dapat terjadi “serbuan” rush terhadap valuta asing didalam negeri dan akhirnya pemerintah terpaksa melakukan devaluasi. Dumairy,1997:107 2.2.12.1.Jenis-jenis cadangan devisa Cadangan devisa suatu negara biasanya dikelompokkan menjadi dua macam yaitu : a. Cadangan devisa resmi atau official forex reserve, yaitu cadangan devisa milik negara yang dikelola, dikuasai, diurus, dan ditatausahakan oleh Bank SentralBank Indonesia. b. Cadangan devisa nasional atau country forecx reserve, yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan atau lembaga, terutama perbankan yang secara moneter merupakan kekayaan nasional termasuk milik bank umum nasional. Hady, 1997:24 2.2.12.2.Fungsi devisa 1. Alat pembayaran luar negeri perdagangan, ekspor, dan seterusnya 2. Alat pembayaran hutang luar negeri 3. Alat pembiayaan hubungan luar negeri, misalnya perjalanan dinas dan konsultasi, serta hibah hadiah, bantuan luar negeri 4. Sebagai sumber pendapatan negara. http:wapeda.mobi

2.2.13 Pengertian Jumlah Kantor Bank