metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis menyebabkan kehilangan energi yang tidak perlu.
Selama kerja dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian sesuai dengan irama tegangkencang, tekan dan kendor seperti
layaknya sebuah “pompa” yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Otot akan banyak sekali menerimamembawa glukosa dan O2 saat mengencang
dan selanjutnya membuang metabolit sisa hasil pembakaran atau metabolisme pada saat mengendor. Karena mekanisme mengencang dan mengendor secara
bergantian maka sirkulasi aliran darah ditambah O2 dan metabolit akan berlangsung dengan lancar.
Dengan demikian peredaran darah meningkat dan otot menerima darah 10 sampai 20 kali keadaan kerja otot statis. Otot yang bekerja dinamis memperoleh
banyak oksigen dan glukosa sehingga memiliki banyak tenaga, sementara sisa metabolisme segera dibuang.
3.3. Efek Kerja Otot Statis.
Kerja otot statis postural mencakup jenis pekerjaan yang berkepanjangan dimana level kontraksi konstan dan tidak berubah dalam satuan periode waktu
yang bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa jam. Kerja otot statis lebih cepat menimbulkan kelelahan. Terganggunya peredaran darah dan kurangnya
oksigen merupakan fenomena kelelahan akibat kerja otot statis. Untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan hendaknya diperhatikan jangka
waktu kerja otot statis yang dapat ditolerir dimana untuk jenis pekerjaan berat berkisar 10 detik, jenis pekerjaan sedang 1 menit dan jenis pekerjaan ringan
Universitas Sumatera Utara
kurang lebih 4 menit. Pengencangan otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah terganggu, suplai glukosa ditambah O2 akan terhambat dan metabolit
tidak bisa segera terbuang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot, suatu hal yang sangat merugikan. Berdasarkan penelitian Monod,
kerja otot statis yang menggunakan tenaga sebesar 60 dari maksimum akan menyebabkan peredaran darah berhenti sama selaki, pengerahan tenaga 50 dari
maksimum dapat diterima otot untuk jangka waktu kerja selama 1 menit sedangkan pada pengerahan tenaga 20 kerja dapat berlangsung lebih lama.
3.4. Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders MDSs atau keluhan pada sistem
musculoskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
5
1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan, dan
5
Tarwaka, Solichul HA, Bakri, Lilik Sudiajeng; Hal 117
Universitas Sumatera Utara
2. Keluhan menetap persistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan
muskuloskeletal adalah sikap kerja yang tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara
dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri.
6
6
Tarwaka, Solichul HA, Bakri, Lilik Sudiajeng; Hal 119
Sebagai Negara berkembang, sampai saat ini Indonesia masih tergantung pada perkembangan teknologi negara-negara maju, khususnya dalam
pengadaan peralatan industri. Mengingat bahwa dimensi peralatan tersebut didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat bekerja
pekerja Indonesia harus mengoperasikan peralatan tersebut, terjadilah postur kerja yang tidak alami. Sebagai contoh pengoperasian mesin-mesin produksi di suatu
pabrik yang diimpor dari Amerika dan Eropa akan menjadi masalah bagi sebagian pekerja kita. Hal ini disebabkan karena negara pebgekspor didalam mendesain
mesin-mesin tersebut hanya berdasarkan pada antropometri dari populasi pekerja dari negara yang bersangkutan, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih
besar dari pekerja kita. Sudah pasti bahwa kondisi tersebut akan menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan mesin, apabila hal ini terjadi
Universitas Sumatera Utara
dalam kurun waktu yang lama maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot. Tarwaka, 2004.
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration OSHA, tindakan untuk mencegah adanya sumber penyakit
adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik desain stasiun dan alat kerja dan rekayasa manajemen kriteria dan organisasi kerja. Langkah preventif ini
dimaksudkan untuk mengeliminir overexertion dan mencegah adanya sikap kerja yang tidak alami.
a. Rekayasa Teknik Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternative sebagai berikut:
−
Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
−
Substitusi, yaitu mengganti alatbahan lama dengan alatbahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
−
Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.
−
Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
b. Rekayasa Manajemen Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
−
Pendidikan dan pelatihan Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit
akibat kerja.
−
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan
dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
−
Pengawasan yang intensif Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih
dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
3.5. Analisa Jalur path analysis