Penanaman Sikap Disiplin melalui Proses Pembelajaran

119 melaksanakan penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran. Pencantuman kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator di dalam RPP memunculkan langkah-langkah pembelajaran dan ditindaklanjuti dengan penilaian sesuai indikator tersebut. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I tentang penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran ditampilkan dalam bagan berikut. Gambar 12. Penanaman Sikap Disiplin Terintegrasi dalam Pembelajaran Berdasarkan bagan hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I, penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu terintegrasi dalam pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dan materi yang diajarkan. Tema yang dipelajari di kelas I SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I selama masa penelitian adalah Pengalamanku. Pembelajaran di kelas I SDN Pujokusuman I memuat penanaman sikap disiplin yaitu mematuhi aturan dalam mengenakan pakaian dan melakukan pengurangan. Pembelajaran di kelas I SDN Wonosari I juga memuat penanaman sikap disiplin yaitu mematuhi aturan dalam melakukan pengurangan. Selain itu, penanaman sikap disiplin di 120 kedua sekolah tersebut adalah disiplin waktu atau ketepatan waktu ketika masuk kelas. Adapun penanaman sikap disiplin di SDN Pujokusuman I juga dilakukan melalui pemeriksaan tugas yang harus disiapkan siswa. Sedangkan penanaman sikap disiplin di SDN Wonosari I dilakukan melalui pembiasaan untuk melaksanakan tata urutan presentasi di kelas. Siswa-siswa SDN Wonosari I dan SDN Pujokusuman I mearasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran untuk menanamkan sikap disiplin. Penanaman sikap disiplin yang terintegrasi di dalam proses pembelajaran menurut Novan Ardy Wiyani 2013: 91 dapat dilakukan melalui materi ajar dan aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun pelaksanaan pembelajaran menurut Agus Wibowo 2013: 183 terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup sesuai standar proses. Kegiatan pendahuluan berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 meliputi 1 menyiapkan fisik dan psikis siswa, 2 mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, 3 menjelaskan tujuan atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan 4 menyampaikan cakupan materi dan kegiatan. Kegiatan inti merupakan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan penutup meliputi 1 membuat simpulan materi, 2 melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran, 3 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 4 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remedi, pengayaan, layanan konseling atau tugas, dan 5 menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya. 121 Penanaman sikap disiplin diintegrasikan dalam langkah pembelajaran dan materi ajar. Penanaman sikap disiplin yang dilakukan melalui langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran dan materi ajar memuat penanaman sikap disiplin disesuaikan dengan tema pembelajaran. Penanaman sikap disiplin dilakukan bukan sebagai fokus pembelajaran yang dilakukan. Akan tetapi penanaman sikap disiplin dilakukan mengiringi pelaksanaan pembelajaran. Penanaman sikap disiplin yang dilakukan yaitu disiplin waktu. Disiplin waktu ditunjukkan dengan ketepatan waktu masuk kelas oleh guru dan siswa. Disiplin waktu tersebut juga ditanamkan dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa tentang waktu untuk istirahat dan masuk kelas kembali. Kegiatan pendahuluan dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk menanamkan disiplin kepada siswa. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan inti contohnya pembiasaan untuk memeriksa kesiapan belajar siswa termasuk tugas yang diminta. Pemeriksaan kesiapan belajar dapat mendukung penanaman sikap disiplin, khususnya disiplin dalam memenuhi tugas yang diminta. Kegiatan pendahuluan dengan menyampaikan cakupan materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan juga merupakan penanaman sikap disiplin. Hal tersebut merupakan penyampaian batasan atau aturan dalam pelaksanaan pembelajaran. Jika siswa mengetahui 122 tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut, siswa akan lebih mudah dikondisikan untuk disiplin dalam melaksanakan pembelajaran. Penanaman sikap disiplin dalam pembelajaran dilaksanakan melalui metode yang digunakan dalam pembelajaran. Contoh metode yang digunakan adalah presentasi dan diskusi dengan memperhatikan aturan. Siswa secara aktif mempraktikkan pelaksanaan sikap disiplin melalui presentasi dan diskusi. Penanaman sikap disiplin yang muncul adalah disiplin mematuhi aturan, khususnya aturan dalam presentasi dan diskusi. Hal tersebut termasuk komponen konatif sikap disiplin dalam mematuhi aturan. Metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif dari siswa dapat mendukung penanaman sikap disiplin. Penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran diintegrasikan melalui tema. Contohnya tema “Pengalamanku” yang memuat pembelajaran dalam pengurangan dan mengenakan pakaian. Penanaman sikap disiplin khususnya komponen kognitif sikap terintegrasi dalam materi yang disampaikan di tema tersebut. Sikap disiplin bukanlah materi utama dalam tema tersebut. Akan tetapi sikap disiplin merupakan materi pengiring yang secara tidak langsung dipelajari oleh siswa ketika mempelajari materi dalam tema tersebut. Siswa mempelajari sikap disiplin dengan mempelajari aturan-aturan dalam mengenakan pakaian dan melakukan operasi pengurangan. 123 Penanaman sikap disiplin berkaitan dengan unsur-unsur disiplin. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I tentang penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pemberlakuan peraturan, hukuman, dan penghargaan ditampilkan dalam bagan berikut. Gambar 13. Penanaman Sikap Disiplin dengan Pemberlakuan Peraturan, Hukuman, dan Penghargaan dalam Pembelajaran Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I menunjukkan bahwa penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan penerapan peraturan. Peraturan di masing- masing kelas berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan warga kelas. Adapun peraturan kelas di SDN Pujokusuman I disampaikan secara lisan, sedangkan peraturan kelas di SDN Wonosari I merupakan peraturan tertulis yang dipasang di dinding kelas. Peraturan menurut Maria J. Wantah 2005: 150 adalah ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang 124 dalam suatu kelompok. Peraturan dapat dibuat dan diterapkan dengan tiga cara sesuai dengan pendapat Ali Imron 2011: 173 yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. Cara otoriter merupakan pengondisian yang keras untuk memaksakan peraturan dan menitikberatkan pada penerapan hukuman. Cara demokratis merupakan pengendalian dengan melibatkan proses diskusi dan penalaran agar seseorang mengerti perilaku yang sesuai aturan. Cara permisif merupakan pengendalian dengan memberikan kebebasan pada seseorang untuk mematuhi peraturan. Peraturan kelas baik di SDN Pujokusuman I maupun SDN Wonosari I dibuat berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa. Bahkan untuk kelas I, peraturan kelas dibuat berdasarkan kesepakatan guru dan orang tua siswa pada awal tahun ajaran. Hal tersebut menandakan bahwa pembuatan peraturan kelas dilakukan secara demokratis. Cara demokratis melibatkan proses tukar pendapat antara guru dan siswa dalam menetapkan peraturan. Hal tersebut memungkinkan siswa akan lebih mengerti dan menerima peraturan yang ditetapkan sehingga siswa diharapkan dapat mematuhi peraturan tersebut. Proses penampungan pendapat dari siswa dalam pembuatan peraturan secara demokratis dapat meningkatkan kualitas peraturan tersebut. Ketika siswa mengusulkan pendapat, siswa akan lebih memahami peraturan tersebut. Peraturan yang dapat berfungsi dengan baik yaitu harus dimengerti, diingat, dan diterima. Peraturan harus dibuat sejelas mungkin 125 agar siswa sejak awal dapat mengetahui bagaimana harus bertingkah laku sesuai aturan. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I menunjukkan bahwa penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran juga dilaksanakan dengan menerapkan pemberian hukuman bagi siswa yang tidak disiplin. Hukuman yang diberikan di SDN Pujokusuman I berupa peringatan, penundaan waktu kepulangan, penambahan tugas, dan pengurangan nilai. Hukuman yang diberikan di SDN Wonosari I berupa peringatan, pemberian denda, penambahan PR, pemberian poin pelanggaran, atau pemanggilan orang tua siswa untuk sharing. Siswa merasa malu dan menyesal ketika mendapat hukuman karena bersikap tidak disiplin. Hukuman menurut Dolet Unaradjan 2003: 15 bersifat mendidik yaitu membelajarkan siswa melalui pemberian hukuman ketika siswa melanggar peraturan. Hukuman dapat diberikan dengan cara deprivasi dan restitusi. Cara deprivasi menurut Maria J. Wantah 2005: 161 hukuman dengan membatalkan hak siswa dalam kegiatan yang menyenangkan. Cara restitusi yaitu pemberian hukuman dengan melakukan ganti rugi atas sikap siswa yang melanggar aturan. Hukuman yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk mendidik siswa agar siswa menjadi disiplin. Unsur pendidikan dalam pemberian hukuman dapat tercapai jika guru tidak sekadar memberikan hukuman untuk membuat siswa jera ketika meakukan 126 kesalahan. Akan tetapi unsur pendidikan tersebut dapat terpenuhi jika guru memberikan hukuman disertai dengan memberikan pengertian atau penjelasan mengapa hukuman tersebut diberikan kepada siswa. Jika siswa mempunyai pemahaman tentang sikap disiplin, maka dimungkinkan siswa akna lebih mudah untuk mempraktikkan sikap disiplin. Hukuman berupa penundaan waktu kepulangan termasuk cara deprivasi atau pembatalan hak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Hukuman berupa peringatan, penambahan tugas, pengurangan nilai, pemberian denda, dan pemberian poin pelanggaran dikategorikan menjadi hukuman dengan melakukan ganti rugi atas sikapnya. Dengan demikian, pemberian hukuman dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN Pujokusuman I dilaksanakan dengan cara deprivasi dan restitusi. Sedangkan pemberian hukuman dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN Wonosari I termasuk dalam cara restitusi. Pemberian hukuman dengan cara deprivasi dan restitusi dapat mendidik siswa untuk bersikap disiplin. Siswa akan mempelajari pola-pola hubungan sebab akibat berdasarkan hukuman yang diberikan. Misalnya, jika siswa gaduh ketika pelajaran berlangsung maka mendapatkan penundaan waktu kepulangan. Kegaduhan siswa merupakan contoh tindakan yang melanggar peraturan di kelas, sehingga mendapatkan hukuman. Jika guru konsisten dalam memberlakukan peraturan kelas dan memberikan hukuman tersebut, maka siswa dapat memepelajari pola 127 hubungan sebab akibat dari hal tersebut. Siswa secara tidak langsung akan mempelajari aturan dan sikap disiplin melalui hal tersebut. Salah satu hukuman yang diberikan untuk menanamkan sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I yaitu peringatan kepada siswa yang tidak disiplin. Peringatan yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran di kedua sekolah tersebut berupa peringatan verbal. Selain itu, terdapat pemberian peringatan non verbal dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN Pujokusuman I khususnya kelas tinggi. Peringatan secara verbal diberikan kepada siswa sesuai dengan langkah “jelaskan” yang disarankan oleh Colvin 2008: 54 untuk mengajarkan disiplin kepada siswa. Siswa memerlukan pemberitahuan secara jelas tentang aturan-aturan yang diberlakukan dan apa yang harus dilakukan siswa. Dengan pemberian peringatan secara verbal yang jelas, siswa akan lebih mudah dikondisikan untuk bersikap disiplin. Peringatan non verbal dengan simbol gerakan tubuh dapat diberikan kepada siswa kelas tinggi. Apabila ditinjau dari perkembangan siswa, siswa yang berusia 11 tahun menurut teori Piaget berada dalam tahapan perkembangan kognitif operasional formal Hurlock, 1978: 79. Berkaitan dengan hal tersebut siswa telah mampu menalar dan mempertimbangkan berbagai hal serta membaca simbol-simbol dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa kelas V mampu memahami 128 simbol atau gerakan tubuh yang disampaikan oleh guru untuk mengondisikan siswa agar disiplin ketika mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I menunjukkan bahwa penenaman sikap disiplin dilakukan dengan pemberian penghargaan secara verbal dan penghargaan khusus yang diberikan pada akhir tahun ajaran kepada siswa yang paling tertib di kelas IB. Sementara itu, SDN Wonosari I juga memberikan penghargaan untuk siswa yang bersikap disiplin, berupa tepuk salut dan kesempatan untuk menyanyi di depan kelas. Penghargaan tersebut diberikan kepada siswa yang telah disiplin dalam melaksanakan tugas sesuai dengan aturan. Siswa merasa senang dan banggan ketika mendapatkan penghargaan karena bersikap disiplin. Penghargaan diberikan mengikuti sikap siswa yang telah berdisiplin mematuhi aturan. Penghargaan menurut Maria J. Wantah 2005: 165 mempunyai fungsi yaitu mendidik, memotivasi, dan menguatkan siswa dalam bersikap disiplin. Penghargaan yang diberikan dapat berupa pujian, hadiah, dan perlakuan yang istimewa. Penghargaan verbal dapat berupa ungkapan “Bagus” dan tepuk salut yang diberikan kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas atau instruksi guru. Penghargaan verbal dapat dilakukan agar siswa bersikap disiplin bukan semata-mata berorientasi untuk mendapatkan penghargaan. Penghargaan tersebut dapat memotivasi siswa untuk mengulangi dan mempertahankan sikap disiplin mematuhi aturan. 129 Penghargaan khusus yang diberikan di kelas pada akhir tahun ajaran dapat dikategorikan memiliki fungsi reinforcement atau penguatan. Penghargaan tersebut diberikan kepada siswa yang telah konsisten dalam bersikap disiplin dan tertib melalui hasil pengamatan selama satu tahun. Penghargaan ini berfungsi memperkuat sikap disiplin siswa sehingga berkesinambungan dan kualitasnya meningkat. Penghargaan berupa kesempatan menyanyi di depan kelas diberikan langsung setelah siswa berhasil mengerjakan tugas sesuai instruksi guru. Penghargaan tersebut dapat berfungsi untuk memotivasi siswa. Kesempatan untuk bernyanyi di depan kelas merupakan bentuk penghargaan karena menyanyi adalah hal yang menyenangkan bagi siswa. Penghargaan-penghargaan yang telah disebutkan sebelumnya memiliki fungsi mendidik. Pemberian penghargaan tersebut menunjukkan kepada siswa bahwa perilaku yang mendapatkan penghargaan tersebut sesuai dengan peraturan. Jika guru konsisten dalam memberlakukan peraturan kelas dan memberikan penghargaan tersebut, maka siswa dapat memepelajari pola hubungan sebab akibat dari hal tersebut. Siswa secara tidak langsung juga mempelajari aturan dan sikap disiplin melalui pemberian penghargaan. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I menunjukkan bahwa evaluasi pembelajaran tidak memuat penilaian sikap untuk KI 2 baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Namun demikian, penanaman sikap disiplin dalam evaluasi pembelajaran di SDN 130 Pujokusuman I dan SDN Wonosari I yaitu disiplin waktu. Selain itu, evaluasi pembelajaran di SDN Pujokusuman I memuat penanaman sikap disiplin yaitu dalam penilaian pengetahuan dari KD Bahasa Indonesia 3.4 dan penilaian keterampilan dari KD PPKn 4.2. Penanaman sikap disiplin dalam proses pembelajaran meliputi penanaman kognitif sikap disiplin, afektif sikap disiplin, dan konatif sikap disiplin. Penanaman sikap disiplin dilakukan agar siswa berpikir, merasakan, dan bertindak untuk mengondisikan diri sesuai dengan peraturan. Penanaman sikap disiplin yang berhasil mengenai pikiran, perasaan, dan tindakan siswa sehingga siswa mengondisikan diri sesuai dengan peraturan. Perasaan yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan sikap disiplin adalah senang. Perasaan senang menunjukkan bahwa siswa mengikuti pembelajaran dengan sikap disiplin bukan karena keterpaksaan. Perasaan siswa ketika mendapatkan hukuman karena bersikap tidak disiplin adalah malu dan menyesal. Perasaan malu dan menyesal menunjukkan afektif sikap disiplin yaitu siswa merasakan untuk mengondisikan diri agar tidak melanggar peraturan. Perasaan siswa ketika mendapatkan penghargaan karena bersikap disiplin adalah senang dan bangga. Perasaan senang menunjukkan afektif sikap disiplin yaitu siswa merasakan untuk mengondisikan dirinya sesuai peraturan. Evaluasi pembelajaran meliputi penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian 131 Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 5, penilaian hasil belajar dilakukan terhadap kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Jika RPP memuat indikator untuk mengukur ketercapaian kompetensi sikap disiplin, maka seharusnya RPP juga memuat penilaian terhadap sikap disiplin. Namun ketidaksesuaian indikator dengan evaluasi pembelajaran terjadi dalam penelitian ini. RPP memuat indikator ketercapaian kompetensi sikap disiplin, tetapi tidak terdapat penilaian sikap disiplin. Tidak adanya penilaian sikap disiplin dalam pembelajaran dapat terjadi karena penilaian sikap dilakukan secara bergantian sesuai fokus penilaian sikap. Selain itu, tidak adanya penilaian sikap disiplin dalam pembelajaran juga dapat disebabkan ketidaksesuaian kompetensi dasar dan indikator di dalam buku guru dengan muatan materi yang diajarkan. Dengan demikian guru harus mencermati kesesuaian kompetensi dasar, indikator, dan materi ajar yang terdapat di dalam silabus, buku guru, serta buku siswa untuk dicantumkan dalam RPP. Guru juga harus melakukan penilaian sikap dengan menentukan fokus penilaian dalam satu pembelajaran. Penanaman sikap disiplin dalam evaluasi pembelajaran dapat dilaksanakan tidak hanya melalui penilaian sikap disiplin, tetapi melalui penilaian pengetahuan dan keterampilan. Penilaian pengetahuan dapat digunakan untuk menanamkan sikap disiplin khususnya komponen kognitif sikap disiplin. Komponen kognitif sikap disiplin yaitu 132 pengetahuan dan pandangan siswa tentang mematuhi peraturan yang berlaku. Siswa akan mempelajari sikap disiplin secara kognitif. Contohnya adalah penilaian pengetahuan yang dilakukan guru untuk mengukur ketercapaian KD 3.4 muatan Bahasa Indonesia terkait pengetahuan tentang aturan mengenakan pakaian. Penilaian keterampilan juga dapat digunakan untuk menanamkan sikap disiplin khususnya komponen konatif sikap disiplin. Komponen konatif sikap disiplin yaitu kecenderungan siswa untuk bertindak atau memberikan respon kepada peraturan yang berlaku dan menerima konsekuensinya. Contohnya adalah penilaian keterampilan yang dilakukan guru untuk mengukur KD 4.2 muatan PPKn tentang praktik mengenakan pakaian sesuai aturan. Penanaman sikap disiplin khususnya untuk mematuhi aturan urutan mengenakan pakaian terukur dalam tindakan siswa. Penanaman sikap disiplin dilakukan mengiringi pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan oleh guru dengan memberikan instruksi dan menyampaikan durasi waktu dalam pengerjaan soal evaluasi. Pemberian instruksi dalam mengerjakan soal evaluasi merupakan penanaman sikap disiplin khususnya dalam mematuhi aturan. Pemberian infornasi durasi waktu dalam mengerjakan soal evaluasi merupakan penenaman sikap disiplin khususnya disiplin waktu.

3. Penanaman Sikap Disiplin melalui Budaya Sekolah

Penanaman sikap disiplin melalui budaya sekolah dilakukan dengan kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengondisian 133 lingkungan sekolah. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I tentang penanaman sikap disiplin dalam kegiatan rutin ditampilkan dalam bagan berikut. Gambar 14. Penanaman Sikap Disiplin dengan Kegiatan Rutin Bagan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan rutin di SDN Pujokusuman I untuk menanamkan sikap disiplin adalah Salam Pagi dan upacara bendera. Salam Pagi yaitu kegiatan berbaris di halaman sekolah, menyanyikan lagu nasional, memberi hormat kepada guru, dan menyalami guru. Sementara itu, kegiatan rutin di SDN Wonosari I untuk menanamkan sikap disiplin adalah Semutlis, kegiatan jam ke-0, dan upacara bendera. Kegiatan jam ke- 0 yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya, berdo’a atau kegiatan keagamaan, dan membaca buku. Siswa merasa senang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan rutin menurut Novan Ardy Wiyani 2011: 104 adalah kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten. Konsistensi dalam pelaksanaan kegiatan rutin juga mendukung penanaman sikap disiplin. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Dolet Unaradjan 2003: 10 bahwa “disiplin diri adalah tingkah laku manusia yang terkontrol, terkendali, dan teratur...”. Keteraturan dan rutinitas dalam suatu 134 kegiatan juga dapat menjadi pembiasaan, sebagaimana dijelaskan oleh Maria J. Wantah 2005: 156 disiplin juga mengandung unsur kebiasaan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan seperti upacara bendera, Salam Pagi, Semutlis, dan kegiatan jam ke-0 dapat dimanfaatkan untuk menanamkan sikap disiplin kepada siswa. Sikap disiplin yang ditanamkan yaitu untuk mengondisikan diri mematuhi peraturan yang berlaku. Sekolah membuat peraturan dan jadwal pelaksanaan kegiatan rutin tersebut. Siswa yang mengikuti pelaksanaan kegiatan rutin secara otomatis mematuhi aturan yang berlaku. Sekolah juga menanamankan sikap disiplin waktu kepada siswa melalui kegiatan rutin. Disiplin waktu yaitu siswa datang di sekolah tepat waktu untuk ikut melaksanakan kegiatan rutin tersebut. Sikap disiplin juga ditanamkan melalui sikap siap dengan posisi berdiri tegak ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu nasional lainnya. Penanaman sikap disiplin dalam kegiatan tersebut juga dilakukan dengan disiplin dalam pemakaian seragam dan atribut upacara. Penanaman sikap disiplin melalui kegiatan rutin dilakukan melalui pembiasaan. Rutinitas dan keteraturan dari kegiatan rutin akan membiasakan siswa dan membentuk pola dalam kehidupan siswa. Apabila setiap hari melakukan kegiatan rutin yang memuat penanaman sikap disiplin, maka siswa akan terbiasa untuk melaksanakan sikap disiplin dalam kegiatan apapun. Pembiasaan bersikap disiplin merupakan penanaman sikap disiplin ditinjau dari segi praktik oleh siswa. 135 Penanaman sikap disiplin melalui kegiatan rutin juga dilakukan dengan pemberian materi atau arahan tentang sikap disiplin. Penanaman sikap disiplin dapat diupayakan dengan memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa yang mengetahui sikap disiplin dimungkinkan dapat lebih mudah untuk mempraktikkan sikap disiplin. Komponen kognitif sikap disiplin mendukung konatif sikap disiplin. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I tentang penanaman sikap disiplin dalam kegiatan rutin ditampilkan dalam bagan berikut. Gambar 15. Penanaman Sikap Disiplin dengan Kegiatan Spontan Bagan tersebut menunjukkan bahwa penanaman sikap disiplin melalui kegiatan spontan di SDN Pujukusuman I dan SDN Wonosari I yaitu guru menegur siswa yang tidak disiplin. Teguran diberikan secara spontan sebagai respon atau mengikuti sikap siswa yang tidak disiplin. Ketidakdisiplinan siswa yaitu sikap siswa yang tidak mematuhi aturan,