Penanaman Sikap Disiplin melalui Proses Pembelajaran
119 melaksanakan penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pencantuman kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator di dalam RPP memunculkan langkah-langkah pembelajaran dan ditindaklanjuti
dengan penilaian sesuai indikator tersebut. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I
tentang penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran ditampilkan dalam bagan berikut.
Gambar 12. Penanaman Sikap Disiplin Terintegrasi dalam Pembelajaran Berdasarkan bagan hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan
SDN Wonosari I, penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu terintegrasi dalam pelaksanaan langkah-langkah
pembelajaran dan materi yang diajarkan. Tema yang dipelajari di kelas I SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I selama masa penelitian adalah
Pengalamanku. Pembelajaran di kelas I SDN Pujokusuman I memuat penanaman sikap disiplin yaitu mematuhi aturan dalam mengenakan
pakaian dan melakukan pengurangan. Pembelajaran di kelas I SDN Wonosari I juga memuat penanaman sikap disiplin yaitu mematuhi aturan
dalam melakukan pengurangan. Selain itu, penanaman sikap disiplin di
120 kedua sekolah tersebut adalah disiplin waktu atau ketepatan waktu ketika
masuk kelas. Adapun penanaman sikap disiplin di SDN Pujokusuman I juga dilakukan melalui pemeriksaan tugas yang harus disiapkan siswa.
Sedangkan penanaman sikap disiplin di SDN Wonosari I dilakukan melalui pembiasaan untuk melaksanakan tata urutan presentasi di kelas.
Siswa-siswa SDN Wonosari I dan SDN Pujokusuman I mearasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran untuk menanamkan sikap disiplin.
Penanaman sikap disiplin yang terintegrasi di dalam proses pembelajaran menurut Novan Ardy Wiyani 2013: 91 dapat dilakukan
melalui materi ajar dan aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun pelaksanaan pembelajaran menurut Agus Wibowo 2013: 183 terdiri dari
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup sesuai standar proses. Kegiatan pendahuluan berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 meliputi
1 menyiapkan fisik dan psikis siswa, 2 mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, 3 menjelaskan tujuan atau
kompetensi dasar yang akan dicapai, dan 4 menyampaikan cakupan materi dan kegiatan. Kegiatan inti merupakan pelaksanaan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan penutup meliputi 1 membuat simpulan materi, 2 melakukan penilaian atau refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran, 3 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 4 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
remedi, pengayaan, layanan konseling atau tugas, dan 5 menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.
121 Penanaman
sikap disiplin
diintegrasikan dalam
langkah pembelajaran dan materi ajar. Penanaman sikap disiplin yang dilakukan
melalui langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran dan
materi ajar memuat penanaman sikap disiplin disesuaikan dengan tema pembelajaran.
Penanaman sikap disiplin dilakukan bukan sebagai fokus pembelajaran yang dilakukan. Akan tetapi penanaman sikap disiplin
dilakukan mengiringi pelaksanaan pembelajaran. Penanaman sikap disiplin yang dilakukan yaitu disiplin waktu. Disiplin waktu ditunjukkan dengan
ketepatan waktu masuk kelas oleh guru dan siswa. Disiplin waktu tersebut juga ditanamkan dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa
tentang waktu untuk istirahat dan masuk kelas kembali. Kegiatan pendahuluan dalam pelaksanaan pembelajaran dapat
dimanfaatkan untuk menanamkan disiplin kepada siswa. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan inti contohnya
pembiasaan untuk memeriksa kesiapan belajar siswa termasuk tugas yang diminta. Pemeriksaan kesiapan belajar dapat mendukung penanaman sikap
disiplin, khususnya disiplin dalam memenuhi tugas yang diminta. Kegiatan pendahuluan dengan menyampaikan cakupan materi dan
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan juga merupakan penanaman sikap disiplin. Hal tersebut merupakan penyampaian batasan
atau aturan dalam pelaksanaan pembelajaran. Jika siswa mengetahui
122 tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut,
siswa akan lebih mudah dikondisikan untuk disiplin dalam melaksanakan pembelajaran.
Penanaman sikap disiplin dalam pembelajaran dilaksanakan melalui metode yang digunakan dalam pembelajaran. Contoh metode yang
digunakan adalah presentasi dan diskusi dengan memperhatikan aturan. Siswa secara aktif mempraktikkan pelaksanaan sikap disiplin melalui
presentasi dan diskusi. Penanaman sikap disiplin yang muncul adalah disiplin mematuhi aturan, khususnya aturan dalam presentasi dan diskusi.
Hal tersebut termasuk komponen konatif sikap disiplin dalam mematuhi aturan. Metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif dari siswa
dapat mendukung penanaman sikap disiplin. Penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran
diintegrasikan melalui tema. Contohnya tema “Pengalamanku” yang
memuat pembelajaran dalam pengurangan dan mengenakan pakaian. Penanaman sikap disiplin khususnya komponen kognitif sikap terintegrasi
dalam materi yang disampaikan di tema tersebut. Sikap disiplin bukanlah materi utama dalam tema tersebut. Akan tetapi sikap disiplin merupakan
materi pengiring yang secara tidak langsung dipelajari oleh siswa ketika mempelajari materi dalam tema tersebut. Siswa mempelajari sikap disiplin
dengan mempelajari aturan-aturan dalam mengenakan pakaian dan melakukan operasi pengurangan.
123 Penanaman sikap disiplin berkaitan dengan unsur-unsur disiplin.
Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I tentang penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
pemberlakuan peraturan, hukuman, dan penghargaan ditampilkan dalam bagan berikut.
Gambar 13. Penanaman Sikap Disiplin dengan Pemberlakuan Peraturan, Hukuman, dan Penghargaan dalam Pembelajaran
Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I menunjukkan bahwa penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan
pembelajaran berkaitan dengan penerapan peraturan. Peraturan di masing- masing kelas berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan warga kelas.
Adapun peraturan kelas di SDN Pujokusuman I disampaikan secara lisan, sedangkan peraturan kelas di SDN Wonosari I merupakan peraturan
tertulis yang dipasang di dinding kelas. Peraturan menurut Maria J. Wantah 2005: 150 adalah ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang
124 dalam suatu kelompok. Peraturan dapat dibuat dan diterapkan dengan tiga
cara sesuai dengan pendapat Ali Imron 2011: 173 yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. Cara otoriter merupakan pengondisian yang
keras untuk memaksakan peraturan dan menitikberatkan pada penerapan hukuman. Cara demokratis merupakan pengendalian dengan melibatkan
proses diskusi dan penalaran agar seseorang mengerti perilaku yang sesuai aturan. Cara permisif merupakan pengendalian dengan memberikan
kebebasan pada seseorang untuk mematuhi peraturan. Peraturan kelas baik di SDN Pujokusuman I maupun SDN
Wonosari I dibuat berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa. Bahkan untuk kelas I, peraturan kelas dibuat berdasarkan kesepakatan guru dan
orang tua siswa pada awal tahun ajaran. Hal tersebut menandakan bahwa pembuatan peraturan kelas dilakukan secara demokratis. Cara demokratis
melibatkan proses tukar pendapat antara guru dan siswa dalam menetapkan peraturan. Hal tersebut memungkinkan siswa akan lebih
mengerti dan menerima peraturan yang ditetapkan sehingga siswa diharapkan dapat mematuhi peraturan tersebut.
Proses penampungan pendapat dari siswa dalam pembuatan peraturan secara demokratis dapat meningkatkan kualitas peraturan
tersebut. Ketika siswa mengusulkan pendapat, siswa akan lebih memahami peraturan tersebut. Peraturan yang dapat berfungsi dengan baik yaitu harus
dimengerti, diingat, dan diterima. Peraturan harus dibuat sejelas mungkin
125 agar siswa sejak awal dapat mengetahui bagaimana harus bertingkah laku
sesuai aturan. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I
menunjukkan bahwa penanaman sikap disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran juga dilaksanakan dengan menerapkan pemberian hukuman
bagi siswa yang tidak disiplin. Hukuman yang diberikan di SDN Pujokusuman I berupa peringatan, penundaan waktu kepulangan,
penambahan tugas, dan pengurangan nilai. Hukuman yang diberikan di SDN Wonosari I berupa peringatan, pemberian denda, penambahan PR,
pemberian poin pelanggaran, atau pemanggilan orang tua siswa untuk sharing. Siswa merasa malu dan menyesal ketika mendapat hukuman
karena bersikap tidak disiplin. Hukuman menurut Dolet Unaradjan 2003: 15 bersifat mendidik
yaitu membelajarkan siswa melalui pemberian hukuman ketika siswa melanggar peraturan. Hukuman dapat diberikan dengan cara deprivasi dan
restitusi. Cara deprivasi menurut Maria J. Wantah 2005: 161 hukuman dengan membatalkan hak siswa dalam kegiatan yang menyenangkan. Cara
restitusi yaitu pemberian hukuman dengan melakukan ganti rugi atas sikap siswa yang melanggar aturan.
Hukuman yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk mendidik siswa agar siswa menjadi disiplin. Unsur
pendidikan dalam pemberian hukuman dapat tercapai jika guru tidak sekadar memberikan hukuman untuk membuat siswa jera ketika meakukan
126 kesalahan. Akan tetapi unsur pendidikan tersebut dapat terpenuhi jika guru
memberikan hukuman disertai dengan memberikan pengertian atau penjelasan mengapa hukuman tersebut diberikan kepada siswa. Jika siswa
mempunyai pemahaman tentang sikap disiplin, maka dimungkinkan siswa akna lebih mudah untuk mempraktikkan sikap disiplin.
Hukuman berupa penundaan waktu kepulangan termasuk cara deprivasi atau pembatalan hak untuk melakukan kegiatan yang
menyenangkan. Hukuman berupa peringatan, penambahan tugas, pengurangan nilai, pemberian denda, dan pemberian poin pelanggaran
dikategorikan menjadi hukuman dengan melakukan ganti rugi atas sikapnya. Dengan demikian, pemberian hukuman dalam pelaksanaan
pembelajaran di SDN Pujokusuman I dilaksanakan dengan cara deprivasi dan restitusi. Sedangkan pemberian hukuman dalam pelaksanaan
pembelajaran di SDN Wonosari I termasuk dalam cara restitusi. Pemberian hukuman dengan cara deprivasi dan restitusi dapat
mendidik siswa untuk bersikap disiplin. Siswa akan mempelajari pola-pola hubungan sebab akibat berdasarkan hukuman yang diberikan. Misalnya,
jika siswa gaduh ketika pelajaran berlangsung maka mendapatkan penundaan waktu kepulangan. Kegaduhan siswa merupakan contoh
tindakan yang melanggar peraturan di kelas, sehingga mendapatkan hukuman. Jika guru konsisten dalam memberlakukan peraturan kelas dan
memberikan hukuman tersebut, maka siswa dapat memepelajari pola
127 hubungan sebab akibat dari hal tersebut. Siswa secara tidak langsung akan
mempelajari aturan dan sikap disiplin melalui hal tersebut. Salah satu hukuman yang diberikan untuk menanamkan sikap
disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I yaitu peringatan kepada siswa yang tidak disiplin.
Peringatan yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran di kedua sekolah tersebut berupa peringatan verbal. Selain itu, terdapat pemberian
peringatan non verbal dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN Pujokusuman I khususnya kelas tinggi.
Peringatan secara verbal diberikan kepada siswa sesuai dengan langkah “jelaskan” yang disarankan oleh Colvin 2008: 54 untuk
mengajarkan disiplin kepada siswa. Siswa memerlukan pemberitahuan secara jelas tentang aturan-aturan yang diberlakukan dan apa yang harus
dilakukan siswa. Dengan pemberian peringatan secara verbal yang jelas, siswa akan lebih mudah dikondisikan untuk bersikap disiplin.
Peringatan non verbal dengan simbol gerakan tubuh dapat diberikan kepada siswa kelas tinggi. Apabila ditinjau dari perkembangan
siswa, siswa yang berusia 11 tahun menurut teori Piaget berada dalam tahapan perkembangan kognitif operasional formal Hurlock, 1978: 79.
Berkaitan dengan hal tersebut siswa telah mampu menalar dan mempertimbangkan berbagai hal serta membaca simbol-simbol dalam
pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa kelas V mampu memahami
128 simbol atau gerakan tubuh yang disampaikan oleh guru untuk
mengondisikan siswa agar disiplin ketika mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I menunjukkan bahwa
penenaman sikap disiplin dilakukan dengan pemberian penghargaan secara verbal dan penghargaan khusus yang diberikan pada akhir tahun ajaran
kepada siswa yang paling tertib di kelas IB. Sementara itu, SDN Wonosari I juga memberikan penghargaan untuk siswa yang bersikap disiplin,
berupa tepuk salut dan kesempatan untuk menyanyi di depan kelas. Penghargaan tersebut diberikan kepada siswa yang telah disiplin dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan aturan. Siswa merasa senang dan banggan ketika mendapatkan penghargaan karena bersikap disiplin.
Penghargaan diberikan mengikuti sikap siswa yang telah berdisiplin mematuhi aturan. Penghargaan menurut Maria J. Wantah
2005: 165 mempunyai fungsi yaitu mendidik, memotivasi, dan menguatkan siswa dalam bersikap disiplin. Penghargaan yang diberikan
dapat berupa pujian, hadiah, dan perlakuan yang istimewa. Penghargaan verbal dapat
berupa ungkapan “Bagus” dan tepuk salut yang diberikan kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas atau
instruksi guru. Penghargaan verbal dapat dilakukan agar siswa bersikap disiplin bukan semata-mata berorientasi untuk mendapatkan penghargaan.
Penghargaan tersebut dapat memotivasi siswa untuk mengulangi dan mempertahankan sikap disiplin mematuhi aturan.
129 Penghargaan khusus yang diberikan di kelas pada akhir tahun
ajaran dapat dikategorikan memiliki fungsi reinforcement atau penguatan. Penghargaan tersebut diberikan kepada siswa yang telah konsisten dalam
bersikap disiplin dan tertib melalui hasil pengamatan selama satu tahun. Penghargaan ini berfungsi memperkuat sikap disiplin siswa sehingga
berkesinambungan dan kualitasnya meningkat. Penghargaan berupa kesempatan menyanyi di depan kelas
diberikan langsung setelah siswa berhasil mengerjakan tugas sesuai instruksi guru. Penghargaan tersebut dapat berfungsi untuk memotivasi
siswa. Kesempatan untuk bernyanyi di depan kelas merupakan bentuk penghargaan karena menyanyi adalah hal yang menyenangkan bagi siswa.
Penghargaan-penghargaan yang telah disebutkan sebelumnya memiliki fungsi mendidik. Pemberian penghargaan tersebut menunjukkan
kepada siswa bahwa perilaku yang mendapatkan penghargaan tersebut sesuai dengan peraturan. Jika guru konsisten dalam memberlakukan
peraturan kelas dan memberikan penghargaan tersebut, maka siswa dapat memepelajari pola hubungan sebab akibat dari hal tersebut. Siswa secara
tidak langsung juga mempelajari aturan dan sikap disiplin melalui pemberian penghargaan.
Hasil penelitian di SDN Pujokusuman I dan SDN Wonosari I menunjukkan bahwa evaluasi pembelajaran tidak memuat penilaian sikap
untuk KI 2 baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Namun demikian, penanaman sikap disiplin dalam evaluasi pembelajaran di SDN
130 Pujokusuman I dan SDN Wonosari I yaitu disiplin waktu. Selain itu,
evaluasi pembelajaran di SDN Pujokusuman I memuat penanaman sikap disiplin yaitu dalam penilaian pengetahuan dari KD Bahasa Indonesia 3.4
dan penilaian keterampilan dari KD PPKn 4.2. Penanaman sikap disiplin dalam proses pembelajaran meliputi
penanaman kognitif sikap disiplin, afektif sikap disiplin, dan konatif sikap disiplin. Penanaman sikap disiplin dilakukan agar siswa berpikir,
merasakan, dan bertindak untuk mengondisikan diri sesuai dengan peraturan. Penanaman sikap disiplin yang berhasil mengenai pikiran,
perasaan, dan tindakan siswa sehingga siswa mengondisikan diri sesuai dengan peraturan.
Perasaan yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan sikap disiplin adalah senang. Perasaan senang menunjukkan
bahwa siswa mengikuti pembelajaran dengan sikap disiplin bukan karena keterpaksaan. Perasaan siswa ketika mendapatkan hukuman karena
bersikap tidak disiplin adalah malu dan menyesal. Perasaan malu dan menyesal menunjukkan afektif sikap disiplin yaitu siswa merasakan untuk
mengondisikan diri agar tidak melanggar peraturan. Perasaan siswa ketika mendapatkan penghargaan karena bersikap disiplin adalah senang dan
bangga. Perasaan senang menunjukkan afektif sikap disiplin yaitu siswa merasakan untuk mengondisikan dirinya sesuai peraturan.
Evaluasi pembelajaran meliputi penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian
131 Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah pasal 5, penilaian hasil belajar dilakukan terhadap kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Jika RPP memuat indikator untuk mengukur ketercapaian kompetensi sikap disiplin, maka seharusnya RPP juga memuat penilaian
terhadap sikap disiplin. Namun ketidaksesuaian indikator dengan evaluasi pembelajaran terjadi dalam penelitian ini. RPP memuat indikator
ketercapaian kompetensi sikap disiplin, tetapi tidak terdapat penilaian sikap disiplin. Tidak adanya penilaian sikap disiplin dalam pembelajaran
dapat terjadi karena penilaian sikap dilakukan secara bergantian sesuai fokus penilaian sikap. Selain itu, tidak adanya penilaian sikap disiplin
dalam pembelajaran juga dapat disebabkan ketidaksesuaian kompetensi dasar dan indikator di dalam buku guru dengan muatan materi yang
diajarkan. Dengan demikian guru harus mencermati kesesuaian kompetensi dasar, indikator, dan materi ajar yang terdapat di dalam
silabus, buku guru, serta buku siswa untuk dicantumkan dalam RPP. Guru juga harus melakukan penilaian sikap dengan menentukan fokus penilaian
dalam satu pembelajaran. Penanaman sikap disiplin dalam evaluasi pembelajaran dapat
dilaksanakan tidak hanya melalui penilaian sikap disiplin, tetapi melalui penilaian pengetahuan dan keterampilan. Penilaian pengetahuan dapat
digunakan untuk menanamkan sikap disiplin khususnya komponen kognitif sikap disiplin. Komponen kognitif sikap disiplin yaitu
132 pengetahuan dan pandangan siswa tentang mematuhi peraturan yang
berlaku. Siswa akan mempelajari sikap disiplin secara kognitif. Contohnya adalah penilaian pengetahuan yang dilakukan guru untuk mengukur
ketercapaian KD 3.4 muatan Bahasa Indonesia terkait pengetahuan tentang aturan mengenakan pakaian. Penilaian keterampilan juga dapat digunakan
untuk menanamkan sikap disiplin khususnya komponen konatif sikap disiplin. Komponen konatif sikap disiplin yaitu kecenderungan siswa
untuk bertindak atau memberikan respon kepada peraturan yang berlaku dan menerima konsekuensinya. Contohnya adalah penilaian keterampilan
yang dilakukan guru untuk mengukur KD 4.2 muatan PPKn tentang praktik mengenakan pakaian sesuai aturan. Penanaman sikap disiplin
khususnya untuk mematuhi aturan urutan mengenakan pakaian terukur dalam tindakan siswa.
Penanaman sikap disiplin dilakukan mengiringi pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan oleh guru dengan
memberikan instruksi dan menyampaikan durasi waktu dalam pengerjaan soal evaluasi. Pemberian instruksi dalam mengerjakan soal evaluasi
merupakan penanaman sikap disiplin khususnya dalam mematuhi aturan. Pemberian infornasi durasi waktu dalam mengerjakan soal evaluasi
merupakan penenaman sikap disiplin khususnya disiplin waktu.