Hasil validasi metode analisis pengujian aktivitas antioksidan

80 konsentrasi. Scanning dilakukan pada panjang gelombang 400-600 nm. Digunakan larutan kontrol, tanpa penambahan larutan sampel bertujuan untuk mendapatkan serapan DPPH saja tanpa adanya gangguan serapan dari senyawa-senyawa dalam sampel. Tabel VIII. Hasil scanning panjang gelombang maksimum DPPH Konsentrasi larutan DPPH Panjang gelombang χ maksimum hasil scanning Panjang gelombang χ maksimum yang digunakan Panjang gelombang χ maksimum teoretis 0,016 mM 516 nm 515,5 nm 517 nm 0,048 mM 515,5 nm 0,080 mM 514,5 nm Hasil scanning panjang gelombang pada tiga tingkatan konsentrasi disajikan dalam tabel VIII. Hasil yang didapatkan ini berbeda dengan panjang gelombang teoretis DPPH yaitu 517 nm. Panjang gelombang maksimum yang digunakan dalam penelitian ini adalah 515,5 nm, panjang gelombang ini masih diperbolehkan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia IV 1995, dimana batas pergeseran yang diperkenankan adalah maksimum sebesar 2 nm. Oleh karena itu, panjang gelombang maksimum yang digunakan pada penelitian ini adalah 515,5 nm masih memenuhi kriteria.

4. Hasil validasi metode analisis pengujian aktivitas antioksidan

Validasi metode analisis merupakan penilaian terhaap parameter tertentu berdasarkan percobaan di laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan yang digunakan Harmita, 2004. Validitas atau kesahihan metode analisis bertujuan untuk membuktikan metode analisis tersebut secara taat 81 asas dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Metode yang valid atau tervalidasi akan menjamin hasil yang didapat dari percobaan ini dan memberikan hasil dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai dengan menggunakan instrumen yang tepat, sehingga mampu mengantisipasi permasalahan-permasalahan analisis yang mungkin timbul. Parameter-parameter yang digunakan dalam validasi metode analisis dalam penelitian ini adalah akurasi, presisi, linearitas, dan spesifisitas. Validasi analisis ini dilakukan melalui tiga kali pengerjaan. Untuk analisis validasinya, digunakan data dari ketiga pengerjaan yang paling baik. Karena itu, perlu dibuat persamaan regresi linear antara konsentrasi sampel dalam hal ini rutin dan ekstrak etanolik bunga melinjo, dengan absorbansi yang diperoleh dari reaksi dengan radikal DPPH, untuk melihat data mana yang memberikan hasil yang paling baik untuk analisis validasi metode. Tabel IX. Hasil pengukuran absorbansi seri baku rutin yang sudah direaksikan dengan radikal DPPH Replikasi I Replikasi II Replikasi III Konsentrasi rutin µ gmL Absorbansi Konsentrasi rutin µ gmL Absorbansi Konsentrasi rutin µgmL Absorbansi 2,5 0,681 2,5 0,681 2,4 0,680 5,0 0,556 5,0 0,554 4,8 0,554 7,5 0,433 7,5 0,437 7,2 0,435 10 0,315 10 0,313 9,6 0,314 12,5 0,201 12,5 0,200 12 0,200 Persamaan regresi linear A = 0,7975 B = -0,04804 r = -0,99982 y = 0,7975-0,04804x Persamaan regresi linear A= 0,7979 B = -0,04812 r = 0,99983 y = 0,7979 -0,0481x Persamaan regresi linear A = 0,7966 B = -0,05 r = 0,99986 y = 0,7966-0,05x 82 Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear yang disajikan pada tabel IX, dipilih satu persamaan yang memiliki nilai r paling mendekati 1 atau -1 sebagai data yang paling baik. Data ini akan digunakan untuk menghitung akurasi dan presisi dalam validasi metode analisis yang akan dilakukan. Dari ketiga replikasi, persamaan replikasi tiga yaitu y = 0,7966-0,05x, yang akan digunakan dalam analisis presisi nilai Coefficient of variation dan akurasi nilai recovery seri baku rutin karena memiliki nilai r yang paling mendekati 1. Tabel X. Hasil pengukuran absorbansi seri ekstrak etanolik bunga melinjo yang sudah direaksikan dengan radikal DPPH Replikasi I Replikasi II Replikasi III Konsentrasi ekstrak µ gmL Absorbansi Konsentrasi ekstrak µgmL Absorbansi Konsentrasi ekstrak µ gmL Absorbansi 80,08 0,702 80 0,703 80 0,701 160, 16 0,568 160 0,567 160 0,566 240,24 0,476 240 0,475 240 0,476 320,32 0,357 320 0,361 320 0,352 400,4 0,240 400 0,244 400 0,242 Persamaan regresi linear A = 0,8091 B = -0,00142 r = -0,99883 y = 0,8091-0,00142x Persamaan regresi linear A= 0,8072 B = -0,001405 r = 0,9986 y = 0,8072 -0,00141x Persamaan regresi linear A = 0,807 B = -0,00142 r = 0,9986 y = 0,807-0,00142x Berdasarkan hasil regresi linear dari ketiga replikasi yang disajikan dalam tabel X, terlihat bahwa persamaan replikasi satu yaitu y = 0,8091-0,00142x merupakan data yang paling baik karena memiliki nilai r yang mendekati 1 sehingga dapat digunakan untuk menghitung presisi dan akurasi pada validasi metode analisis. Persamaan-persamaan yang telah didapatkan tersebut digunakan untuk menghitung konsentrasi terukur baik untuk rutin maupun larutan uji ekstrak etanolik bunga melinjo. Hasil recovery dan CV dapat dihitung jika konsentrasi tersebut 83 telah didapatkan. Gambar 19 dan 20 berikut menunjukkan kurva persamaan regresi linear anara konsentrasi rutin dan ekstrak etanolik bunga melinjo dengan aktivitas antioksidannya. Gambar 19. Kurva regresi linear rutin dengan aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH Gambar 20. Kurva regresi linear ekstrak etanolik bunga melinjo dengan aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH y = 0,7966 - 0,05x R² = 0,999 10 20 30 40 50 60 70 80 90 5 10 15 A k ti v it a s a n ti o k s id a n Konsentrasi µg mL Kurva Aktivitas Antioksidan Rutin 84 Dari gambar 19 dan 20, tampak bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi rutin dan ekstrak etanolik dengan IC yang ditunjukkan dari koefisien korelasi grafik nilai r yang mendekati nilai satu. Koefisien korelasi tersebut bernilai positif yang berarti bahwa hubungan antara konsentrasi rutin dan ekstrak etanolik bunga melinjo dengan IC memiliki hubungan yang sebanding. Artinya semakin besar konsentrasi dari rutin maupun ekstrak etanolik bunga melinjo maka semakin besar IC yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. a. Akurasi Penilaian akurasi dari suatu metode analisis didasarkan pada nilai perolehan kembali recovery yang didapatkan dari data hubungan antara konsentrasi larutan pembanding ataupun larutan uji dengan absorbansi yang dihasilkan. Tabel XI. Hasil Recovery, SD dan CV uji aktivitas antioksidan rutin Rutin Konsentrasi Teoretis µgmL IC Konsentrasi terukur µ gmL Recovery SD CV Seri 1 2,5 19,03 2,31 92,48 2,702 0,029 2,5 19,03 2,31 92,48 2,4 19,14 2,33 97,17 Seri 2 5,0 33,89 4,81 96,24 2,594 0,026 5,0 34,13 4,85 97,04 4,8 34,13 4,85 101,08 Seri 3 7,5 48,51 7,27 96,96 2,379 0,024 7,5 48,04 7,19 95,89 7,2 48,28 7,23 100,44 Seri 4 10 62,55 9,63 96,32 2,331 0,024 10 62,78 9,67 96,72 9,6 62,66 9,65 100,54 Seri 5 12,5 76,10 11,91 95,30 2,310 0,024 12,5 76,22 11,93 95,46 12 76,22 11,93 99,38 85 Tabel XII. Hasil Recovery, SD dan CV uji aktivitas antioksidan ekstrak etanolik bunga melinjo Ekstrak etanolik Konsentrasi Teoretis µgmL IC Konsentrasi terukur µ gmL Recovery SD CV Seri 1 80,08 21,12 75,42 94,19 0,884 0,009380 80 21,01 74,72 93,39 80 21,24 76,13 95,16 Seri 2 160,16 36,180 169,79 106,01 0,494 0,0046 160 36,29 170,49 106,56 160 36,40 171,20 106,99 Seri 3 240,24 46,517 234,58 97,64 0,204 0,0021 240 46,63 235,28 98,03 240 46,52 234,57 97,74 Seri 4 320,32 59,88 318,38 99,39 0,999 0,010 320 59,44 315,56 98,61 320 60,45 321,90 100,59 Seri 5 400,4 73,03 400,78 100,18 0,348 0,0035 400 72,58 397,96 99,49 400 72,01 399,37 99,84 Dari data pada tabel XI dan XII, recovery rutin berada dalam rentang 92,48 - 100,54, sedangkan ekstrak etanolik bunga melinjo berada dalam rentang 93,39 - 106,99. Rentang recovery yang baik untuk rutin dengan kadar sekitar 10 ppm berkisar antara 90-107. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa persyaratan recovery untuk rutin sebagai bahan p.a. telah terpenuhi. Persyaratan recovery untuk ekstrak etanolik bunga melinjo sebagai bahan alam juga terpenuhi. Rentang recovery yang baik untuk bahan alam berkisar antara 80 - 120. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini memiliki akurasi yang baik karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 86 b. Presisi Penilaian presisi dari suatu metode analisis didasarkan pada nilai CV dari data hubungan antara seri konsentrasi rutin dan fraksi air dengan aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Dari data pada tabel XI dan XII, CV rutin berada dalam rentang 0,024 - 0,029 . Persyaratan CV untuk rutin sebagai bahan p.a. terpenuhi, yaitu untuk kadar sekitar 10 ppm rentang CV yang baik harus ≤ 5. Sedangkan untuk ekstrak etanolik bunga melinjo CV berada pada rentang 0,0021 - 0,01. Persyaratan CV untuk ekstrak etanolik bunga melinjo sebagai bahan alam juga terpenuhi, yaitu untuk kadar analit antara 80-400,4 µgmL, nilai presisi yang masih dapat diterima adalah ≤ 5 Harmita, 2004. Metode ini memiliki presisi yang baik karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. c. Linearitas Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk dapat menghasilkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel. Linearitas suatu metode didasarkan pada nilai koefisien korelasi r yang dihasilkan dari suatu persamaan regresi linear. Semakin nilai r mendekati ± 1 maka linearitasnya semakin baik. Nilai koefisien korelasi r untuk larutan pembanding rutin adalah sebesar; replikasi 1 = 0,99982, replikasi 2 = 0,99983, dan replikasi 3 = 0,99986. Dari ketiga replikasi yang dilakukan, nilai r pada replikasi 3 memiliki nilai koefisien relasi yang paling baik yang digunakan dalam metode analisis. Menurut Mulja dan Hanwar 2003, nilai r yang memenuhi persyaratan linearitas yang baik adalah lebih besar dari 0,999, sehingga nilai r yang dihasilkan dalam penelitian ini masih dapat diterima 87 karena masih berada di atas nilai r yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian aktivitas antioksidan rutin ini memiliki linearitas yang baik untuk pengukuran DPPH. Dari hasil pengujian pada ekstrak etanolik bunga melinjo, didapatkan nilai r pada replikasi 1 = 0,99883, replikasi 2 = 0, 9986, dan replikasi 3 = 0,9986. Dari tiga replikasi yang dilakukan, hasil terbaik didapatkan pada replikasi satu karena memiliki nilai r yang paling mendekati satu. Persyaratan linearitas untuk larutan uji mengacu kepada nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95 dan degree of freedom df 3, yakni 0,878 Muth, 1999. Dari hasil tersebut, persamaan kurva baku untuk ketiga replikasi larutan uji telah memenuhi persyaratan linearitas yang baik. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode DPPH yang digunakan pada penelitian ini memiliki linearitas yang baik. d. Spesifisitas Spesifitas suatu metode analisis merupakan kemampuan dari suatu metode analisis untuk mengukur analit dalam sampel secara tepat dan spesifik. Pada uji aktivitas antioksidan ini, pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri visibel, sehingga spesifikasi metode dapat dilihat dari ada tidaknya serapan dari sampel sebelum ditambah DPPH pada panjang gelombang pengukuran yaitu 515,5 nm. Adanya serapan dari sampel akan mempengaruhi hasil pengukuran karena absorbansi yang terbaca adalah absorbansi DPPH dan juga sampel. Spesifisitas uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dapat dilihat dari spektra pelarut metanol, senyawa uji, maupun senyawa pembanding rutin yang tidak 88 memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum larutan DPPH yang akan diukur absorbansinya sehingga nilai absorbansi yang terukur merupakan absorbansi larutan DPPH tanpa ada intervensi absorbansi pelarut maupun senyawa lain yang ditambahkan. Berdasarkan hasil scanning pada larutan pembanding rutin dan larutan sampel uji ekstrak etanolik bunga melinjo lampiran 8c dan 8d pada panjang gelombang 515,5 nm, tidak terdapat serapan sehingga ketika rutin dan sampel uji direaksikan dengan radikal DPPH maka yang terbaca hanya absorbansi DPPH saja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode uji aktivitas antioksidan pada penelitian ini memiliki spesifitas yang baik.

5. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH