Pengaruh Kualitas Produk dan Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek iPhone pada Mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE MEREK IPHONE PADA

MAHASISWA ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FISIP USU

Nama : Debby Kartika Hasan NIM : 110907066

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Muhammad Arifin, S.Sos, MSP

Kualitas produk yang baik dapat memenangkan persaingan antar smartphone dan merek juga ikut mempengaruhi persepsi masyarakat untuk melakukan pembelian. Smartphone merek iPhone merupakan salah satu merek smartphone yang dikenal masyarakat sebagai salah satu smartphone yang memiliki kualitas produk yang tinggi dan fitur-fiturnya yang canggih. Selain itu, iPhone juga memilki nilai prestise yang tinggi bagi pemakainya dibandingkan dengan merek smartphone lainnya.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU, seberapa besar pengaruh merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU dan seberapa besar pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah Snowball Sampling dan Accidental Sampling. Penulis mengambil sampel sebanyak 85 responden. Teknik pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS 19,0.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai positif sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian dengan tingkat pengaruh sebesar 94,1% dan sisanya 5,9% dipengaruhi oleh faktor lain, sehingga hipotesisnya menyatakan ada pengaruh antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU dapat diterima.


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF PRODUCT QUALITY AND BRAND AGAINST PURCHASE DECISION SMARTPHONE IPHONE BRAND IN STUDENT OF SCIENCE

BUSINESS ADMINISTRATION FISIP USU

Name : Debby Kartika Hasan NIM : 110907066 Departmen : Business Administration Faculty : Social Science and Political Science Adviser : Muhammad Arifin, S.Sos, MSP

Good product quality to win the competition between smartphones and brand also influence the perception of the public to make purchases. Smartphone iPhone brand is one smartphone brand known to the public as one of the smartphones that have high product quality and its advanced features. In addition, the iPhone also have the high prestige value for the wearer compared with other smartphone brands.

Formulation of the problem in this research is how much influence the quality of products on purchase decisions branded iPhone smartphone on students of Business Administration / Business FISIP USU, how much influence the purchasing decision smartphone brand brand iPhone on students of Business Administration / Business FISIP USU and how much influence product quality and brand to brand iPhone smartphone buying decision on the students of Business Administration / Business FISIP USU.

Forms of research used in this research is associative with a quantitative approach. Methods of data collection is done through a questionnaire, literature study and documentation study. The sampling technique used in this study is Snowball sampling and accidental sampling. The authors took a sample of 85 respondents. Data processing techniques using the SPSS 19.0 software.

Based on the hypothesis test obtained a positive value of 0.000. This means that a significant difference between the quality of products and brands to influence purchase decisions with a level of 94.1% and the remaining 5.9% is influenced by other factors, so the hypothesis states there is influence between product quality and brand to brand iPhone smartphone buying decision the students of Business Administration / Business FISIP USU acceptable.


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan di era globalisasi saat ini membawa dampak pada dunia usaha.Hal ini membuat perusahaan harus selalu dapat bersaing untuk peningkatan kualitas produk dan jasadalam pasar domestik maupun pasar global. Tuntutan akan kebutuhan informasi yang sangat cepat dan mudah membuat para produsen yang bergerak dalam bidang komunikasi melakukan inovasi baru dengan menciptakan alat komunikasi yang praktis, salah satunya yaitu menciptakan telepon seluler (ponsel) atau yang lebih dikenal dengan handphone.

Saat ini perkembangan teknologi handphone semakin hari semakin pesat, baik fasilitas serta fitur-fiturnya terus ditingkatkan. Sebagai sebuah produk teknologi maka setiap produsen handphone tidah akan pernah berhenti untuk terus meningkatkan kemampuannya karena berhenti berinovasi berarti mati dan pasar akan direbut oleh produsen merek lain. Di sisi perkembangan bisnisnya, handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk handphone yang ditawarkan oleh perusahaan dan pengembangan produk handphone yang semakin cepat. Sebagai contohnya, banyaknya produsen yang menciptakan produk telepon pintar yang lebih sering kita kenal dengan smartphone.

Smartphone merupakan alat komunikasi yang fleksibel dan sangat membantu bagi proseskomunikasi dan pencarian informasi karena dapat dibawa kemana-mana. Pengembangan produk smartphone yang semakin cepat tersebut


(4)

terletak pada bentuk, ukuran dan fasilitasnya. Semakin menarik bentuk smartphone maka fasilitas kegunaannya juga semakin lengkap. Dalam memilih produk smartphone, konsumen mempertimbangkan beberapa faktorseperti harga, kualitas produk, merek dan sebagainya. Dengan adanya merekakan memudahkan bagi masyarakat untuk mengingat suatu produk yangnantinya akan membedakan dengan produk yang lain yang sejenis. Merekpada gilirannya perlu dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas tinggisehingga konsumen dapat memahami sebuah produk hanya melalui fungsi,citra dan mutu. Mobilitas masyarakat yang tinggi membutuhkan saranakomunikasi yang fleksibel. Perusahaaan smartphone berusaha memenuhidengan memproduksi berbagai macam smartphone yang dapat memberikankeuntungan bagi perusahaan itu sendiri salah satunya yaitu perusahaan Apple dengan merek smartphonenya yaitu iPhone.

iPhone merupakan salah satu merek smartphone yang dikenal masyarakat. iPhone dikenal sebagai salah satu smartphone yang memiliki kualitas produk yang tinggi dan fitur-fitur yang canggih. Selain itu iPhone juga memiliki nilai prestise yang tinggi bagi pemakainya dibandingkan dengan merek smartphone lain.

Sekarang ini, smartphone dengan berbagai merek telah dipasarkan diseluruh Indonesia serta mendapatkan respon positif dari para konsumen, seperti contohnya merek iPhone.Berikut adalah tabel data penjualan smartphone dengan merek tertentu dengan lebih rinci dapat kita lihat pada tabel yang ada dibawah ini :


(5)

Tabel 1.1

Tabel Penjualan Smartphone 2014

Company 2Q14

units

3Q14Market Share (%)

3Q13 Units

3Q13 Market Share (%)

Samsung 73.212,4 24,4 80.356,8 32,1

Apple 38.186,6 12,7 30.330,0 12,2

Huawei 15.934,9 5,3 11.665,7 4,7

Xiaomi 15.772,5 5,2 3.617,5 1,5

Lenovo 15,011,9 5,0 12.882,0 5,2

Others 142.891,6 47,5 111.445,0 44,5

Total 301.009,9 100 250.297,0 100,0

Sumber: Gartner (Desember 2014), www.idtechniasia.com/laporan-penjualan-smartphone-q3-2014/ diakses pada hari Rabu, 25 Maret 2015 jam: 10.03 WIB

Berdasarkan tabel diatas, iPhone menempati peringkat kedua dalam pasar smartphone. Dari tabel diatas kita juga dapat melihat bahwa iPhone mengalami peningkatan dalam hal penjualan produknya. Dari tabel juga dapat kita lihat bahwa penjualan smartphone merek yang menjadi nomor satu dalam tabel mengalami penurunan.

Begitu banyaknya merek smartphone yang ada dipasaran membuat persaingan antar smartphone tersebut meningkat. Dalam hal ini untuk dapat memenangkan persaingan maka para pemilik merek smartphone harus memberikan kualitas produk yang baik untuk dapat memenangkan persaingan selain itu, merek smartphone juga ikut mempengaruhi persepsi masyarakat untuk membeli smartphone maka dengan melihat fenomena inipenulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul:“Pengaruh Kualitas Produk dan MerekTerhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek iPhone pada Mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.


(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU?

2. Seberapa besar pengaruh merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU?

3. Seberapa besar pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.


(7)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis, untuk menerapkan langsung teori-teori yang didapatkan selama kuliah dan untuk lebih memahami sejauh mana peranan kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian.

2. Bagi Program Studi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan tambahan referensi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.


(8)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Kualitas

Produk yang baik seharusnya memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat sehingga masyarakat senantiasa merasa puas dengan produk yang telah diberikan. Pengertian atau makna kualitas telah diberikan oleh banyak pakar dengan berbagai sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan defenisi-defenisi yang berbeda pula. Berikut ini beberapa pengertian mengenai kualitas:

1. Goesth dan Davis dalam Tjiptono (2005:10) mengemukakan bahwa kualitas diartikan sebagai suatu kondisi dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan.

2. Lukman (2000:11) mengartikan kualitas adalah sebagai janji pelayanan agar yang dilayani itu merasa diuntungkan.

3. Menurut American Society for Quality Control dalamKotler dan Keller (2009:143), kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Dari pengertian tersebut tampak bahwa disamping kualitas itu menunujuk pada pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan


(9)

penyempurnaan secara terus-menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan.

2.2Perspektif Terhadap Kualitas

Garvin dalam Lovelock (1994:98) dalam Tjiptono dan Diana (2001:24) mengidentifikasi adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu :

1. Transcendental Approach

Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan.

2. Product-based Approach

Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut.

3. User-based Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya dan produk yang paling memuaskan preferensi yang dimiliki produk seseorang misalnya (perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4. Manufacturing-based Approach

Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta


(10)

mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirements).

5. Value-based Approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. 2.3 Produk

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. (Kotler dan Armstrong, 1991:347) Berikut ini beberapa defenisi produk menurut para pakar di bidangnya :

1. Menurut William J. Stanton dalam Sunyoto (2012:68) ada dua arti mengenai produk, yaitu :

a. Dalam arti sempit, a product is a set of tangible physical attributes assenabled in an identifiable form (sebuah produk adalah sekelompok atribut fisik nyata yang terakit dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan).

b. Dalam arti luas, a product is a set of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price, quality, and brand plus the service and reputation of the seller (sebuah produk adalah sekelompok atribut nyata dan tidak nyata, di dalamnya termasuk kemasan, warna, harga mutu dan merek ditambah dengan pelayanan dan reputasi penjual). 2. Menurut Philip Kotler dalam Sunyoto (2012:69) a product is

anything that be offered to a market for attention acquisition, use or compsumption that might satisfy a want or need (sebuah produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,


(11)

dimiliki, dipakai atau dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan).

3. Menurut Irawan dalam Sunyoto (2012:69) produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.

2.4Klasifikasi Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (1991:350), klasifikasi produk antara lain yaitu :

1. Barang Tidak Tahan Lama

Produk dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok menurut ketahanannya atau keberwujudannya. Barang tidak tahan lama adalah barang konsumsi yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

2. Barang Tahan Lama

Barang tahan lama adalah barang konsumsi yang digunakan selama kurun waktu yang panjang dan yang biasanya tetap bertahan hingga banyak kali penggunaan.

3. Jasa

Jasa atau layanan adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.

4. Barang Konsumsi

Barang konsumsi adalah barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Para pemasar biasanya mengelompokkan


(12)

barang-barang ini berdasarkan atas kebiasaan konsumen berbelanja. Barang konsumsi terdiri dari :

a. Barang Konviniens

Barang konvinens adalah barang konsumsi dan jasa yang biasanya sering kali dibeli pelanggan dengan segera dan dengan usaha pembandingan dan usaha pembelian yang minimum. Barang-barang ini biasanya berharga rendah dan dapat diperoleh dan tersedia dimana-mana. Barang konviniens dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1) Barang kebutuhan pokok adalah barang yang secara teratur dibeli oleh konsumen.

2) Barang impulsif adalah barang yang dibeli dengan sedikit sekali perencanaan atau sedikit sekali upaya pencarian. Barang-barang seperti ini biasanya tersedia di banyak tempat karena jarang sekali konsumen mencarinya.

3) Barang darurat adalah barang yang dibeli apabila ada kebutuhan mendesak.

b. Barang Toko

Barang toko adalah barang konsumsi yang memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik yang karenanya sekelompok pembeli yang signifikan bersedia melakukan upaya khusus untuk membelinya.


(13)

Barang yang tidak dicari adalah barang yang mungkin konsumen tidak tahu mengenai produk tersebut atau mereka tahu tetapi biasanya mereka tidak pernah terpikirkan untuk membelinya.

5. Barang Industrial

Barang industrial adalah barang yang dibeli oleh individu dan organisasi untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Jadi, perbedaan pokok antara barang konsumsi dan barang industrial terletak pada maksud atau tujuan pembelian produk tersebut. Barang industrial dapat diklasifikasikan menurut cara barang-barang itu memasuki proses produksi dan menurut biayanya. Terdapat tiga kelompok barang industrial yaitu :

a. Bahan dan Suku Cadang

Bahan dan suku cadang adalah barang industrial yang secara utuh masuk ke dalam proses produksi.

b. Barang Modal

Barang modal adalah barang industrial yang hanya sebagian secara tak langsung masuk menjadi barang jadi.

c. Suplais dan Jasa

Suplais dan jasa adalah barang industrial yang sama sekali tidak masuk dalam barang jadi termasuk dalam suplais (disebut juga bahan bantu) adalah bahan bantu operasi, misalnya: pensil serta alat pemeliharaan dan perawatan, misalnya: sapu. Bahan bantu merupakan barang konviniens dalam bidang industri karena


(14)

barang-barang ini dibeli hanya dengan usaha yang kecil saja atau sedikit usaha perbandingan.

d. Jasa Bisnis

Jasa bisnis meliputi pemeliharaan dan perawatan atau jasa perbaikan, misalnya: pembersihan jendela dan jasa konsultasi bisnis, misalnya: nasihat hukum.

2.5 Kualitas Produk

Kualitas produk dan jasa, kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan adalah tiga hal yang terkait erat. Semakin tinggi kualitas produk, semakin tinggi kepuasan pelanggan yang dihasilkan yang mendukung harga yang lebih tinggi dan sering kali biaya yang lebih rendah. (Kotler dan Keller, 2010:144). Kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. (Kotler dan Amstrong, 2008:273) Berikut ini beberapa pengertian mengenai kualitas produk, yaitu :

1. Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 346), kualitas produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

2. Menurut Laksana (2008 : 67) kualitas produk adalah segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun non fisik yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.


(15)

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, dimana suatu produk tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan dan kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah karena selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah. Sehingga perubahan dan perbaikan kualitas ke arah yang lebih baik dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang diciptakan menghasilkan standar yang telah ditetapkan agar konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi.

2.6Indikator Kualitas Produk

Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2001:27), ada delapan indikator atau dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Indikator atau dimensi tersebut adalah :

1. Kinerja (Performance)

Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Hal ini dilihat dari manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu produk.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan (Features)

Merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau


(16)

manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Sehingga, fitur bisa meningkatkan kualitas produk jika pesaing tidak memilikinya.

3. Estetika (Keindahan)

Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen suka. Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya. 4. Daya tahan (Durability)

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.

5. Kehandalan (Reliability)

Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat menjalankan fungsinya.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Specifications) Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

7. Kemampuan diperbaiki (Serviceability)

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki dengan mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.


(17)

8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality)

Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.

2.7 Merek

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. (Tjiptono, 1997:104) Berikut ini beberapa pengertian mengenai merek :

1. Menurut Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dalam Sunyoto (2013:101) :

a. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

b. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

c. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.


(18)

d. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.

2.Menurut Kotler dalam Sunyoto (2012:102), merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau bahkan kombinasi dari semuanya tadi yang dimaksudkan untuk menyebutkan barang-barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaingnya. 3.Menurut Bruce J. Walker dalam Sunyoto (2012:102), a brand is a name, term, symbol and or special design that is intended to identify the goods or service of one seller or group of sellers (sebuah merek adalah sebuah nama, istilah, tanda atau desain atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjualan). Bagian dari merek meliputi :

a. Nama merek (brand name) adalah sebagian dari merek yang dapat diucapkan seperti Yamaha dan Rinso.

b. Tanda merek dagang (trade mark) adalah sebagian dari merek yang dilindungi oleh hukum, karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjualan dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek atau tanda merek.

c. Hak cipta (copyright) adalah hak istimewa yang dilindungi undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.


(19)

2.8Manfaat Merek

Berikut beberapa manfaat merek menurut Sunyoto (2013:103), yaitu : 1. Bagi Konsumen

a.Mempermudah konsumen meneliti produk atau jasa.

b.Untuk merek-merek produk yang sudah terkenal dan mapan, konsumen seolah sudah menjadi percaya, terutama dari segi kualitas produk. Jika konsumen mendengar produk dengan nama merek terkenal dan mapan, tidak usah meragukannya. Konsumen tinggal memilih produk dengan spesifikasi yang bagaimana yang hendak dibeli, apakah ukuran fisiknya yang besar atau kecil, warna, harga, bentuk, kemasan, fasilitas produk dan produk pesaing lain juga menjadi pertimbangan konsumen dalam memutuskan pembelian produk.

c.Membantu konsumen atau pembeli dalam memperoleh kualitas barang yang sama, jika mereka membeli ulang serta dalam harga. 2. Bagi Produsen

a.Nama merek memudahkan penjualan untuk mengolah pesanan-pesanan dan menekan permasalahan.

b.Merek juga akan membantu penjual mengawasi pasar mereka karena pembeli tidak akan menjadi bingung.

c.Merek memberi penjual peluang kesetujuan konsumen pada produk.

d.Merek juga dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam segmen-segmen.


(20)

e.Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik. f. Merek akan melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk

tersebut.

2.9Fungsi Merek

Menurut Sunyoto (2013:109), merek memiliki beberapa fungsi yaitu : 1. Fungsi Identitas

Dengan merek, dapat diketahui identitas produk maupun identitas perusahaan pembuat produk karena dalam label merek ada hal-hal wajib dicantumkan, seperti nama perusahaan, komposisi produk, aturan pakai, efek samping, hal-hal yang perlu dihindari dan lain sebagainya.

2. Fungsi Kualitas

Sebuah merek juga dapat menunjukkan kualitas produk. Jika merek sudah terkenal dan mapan, berarti produk tersebut telah diakui baik kualitasnya oleh konsumen. Seorang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang jika kualitas produknya tidak baik. Sebaliknya konsumen akan mencari dan membeli kembali secara berulang untuk produk yang kualitasnya baik.

3. Fungsi Loyalitas

Jika identitas produk jelas dan kualitas produk baik, serta konsumen selalu mencari dan membeli berulang kali, berarti perusahaan telah sukses menciptakan pelanggan. Untuk itu pihak perusahaan harus menjaga pelanggan-pelanggan tersebut dengan strategi pemasaran


(21)

yang tepat agar tetap menjadi pelanggan yang loyal terhadap produknya.

4. Fungsi Citra/Image

Pihak perusahaan hukumnya wajib menjaga citra produk melalui merek. Contoh sepeda motor merek Honda, produsen Honda selalu melakukan inovasi produk dengan varian-variannya. Hal ini dilakukan agar konsumen atau pelanggan tetap loyal dan sekaligus menjaga citra merek Honda. Sepeda motor merek Honda dikenal oleh masyarakat antara irit BBM, inovatif, kualitas baik, jarang komplain kerusakan mesin dan sebagainya.

2.10Indikator Merek

Berikut ini adalah indikator merek, yaitu : 1. Nama Produk

Nama produk adalah tanda pengenal produk yang membedakannya dari produk lain.

2. Logo Produk

Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu perusahaan atau organisasi. Sebuah logo bisa berupa nama, lambang atau elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual. Sebuah logo diciptakan sebagai identitas agar unik dan mudah dibedakan dengan perusahaan kompetitor/pesaing.


(22)

2.11 Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih altenatif tindakan. Keputusan selalu mengisyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda.Berikut beberapa pengertian keputusan pembelian :

1. Menurut Kotler (2002:204) keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk melalui tahapan-tahapan yang di lalui konsumen sebelum melakukan pembelian yang meliputi :

a. Kebutuhan yang dirasakan. b. Kegiatan sebelum membeli. c. Perilaku waktu memakai. d. Perasaan setelah membeli.

2. Menurut Peter-Olson (1999:6) dalam The American Marketing Association dalam Nitisusastro (2013:195) menegaskan bahwa pengambilan keputusan konsumen merupakan proses interaksi antara sikap afektif, sikap kognitif, sikap behavioral dengan faktor lingkungan dengan mana manusia melakukan pertukaran dalam semua aspek kehidupannya. Sikap kognitif merefleksikan sikap pemahaman, sikap afektif merefleksikan sikap keyakinan dan sikap behavioral merefleksikan sikap tindakan nyata. Keputusan membeli atau tidak membeli merupakan bagian dari unsur yang melekat pada diri individu konsumen yang disebut behavior dimana ia merujuk kepada tindakan fisik yang nyata yang dapat dilihat dari dapat diukur oleh orang lain.


(23)

2.12 Pihak-Pihak yang Berperan Dalam Keputusan Pembelian

Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan beberapa orang. Pemahaman mengenai masing-masing peranan ini sangat berguna dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.Kelima peran tersebut meliputi Kotler et al (1996) dalam Tjiptono (1997:20) :

1. Pemrakarsa (Initiator)

Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu

2. Pemberi Pengaruh (Influencer)

Orang yang pandangan, nasihat atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian.

3. Pengambil Keputusan (Decider)

Orang yang menentukan keputusan pembelian, misalnya apakan jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli atau dimana membelinya. 4. Pembeli (Buyer)

Orang yang melakukan pembelian aktual. 5. Pemakai (User)


(24)

2.13 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap - tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja pada tahap - tahap dibawah ini, yaitu :

Gambar 2.1

Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen

Sumber : Larreche et al (2000)

Secara kompleks proses itu dapat dilihat sebagai berikut (Larreche et al, 2000:124) :

1. Identifikasi Masalah

Proses pengambilan keputusan konsumen dipicu oleh keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu merasakan perbedaan antara kondisi ideal dengan aktual pada beberapa dimensi fisik dan sosio-psikologis. Hal ini memotivasi mereka untuk mencari barang atau jasa agar kondisi aktual mereka semakin mendekati kondisi ideal yang diinginkan. Manusia memang tidak pernah kenyang sekurang-kurangnya dalam hal kebutuhan sosial-psikologinya. Mustahil memenuhi seluruh kebutuhan manusia pada satu

Identifikasi Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Pembelian


(25)

waktu. Malahan cenderung untuk mencoba memenuhi kebutuhan yang paling kuat pada waktu tertentu. Besarnya jurang perbedaan antara kondisi nyata dengan kondisi yang diinginkan sangat berpengaruh dalam menentukan kekuatan kebutuhan tertentu. Suatu kebutuhan dapat menjadi lebih kuat dan meminta perhatian berdasarkan penurunan kondisi aktual atau perbaikan ke atas kondisi ideal.

2. Pencarian Informasi

Setelah mengakui adanya masalah dan mungkin dapat diatasi dengan membeli serta mengkonsumsi barang atau jasa, langkah berikut yang diambil konsumen adalah mengacu pada informasi yang didapatkan dari data masa lampau dan disimpan di dalam memori untuk digunakan bilamana diperlukan. Orang-orang mencari tambahan informasi tentang merek-merek alternatif sampai mereka merasa bahwa biaya pencarian informasi lebih lanjut sama dengan tambahan nilai atau manfaat yang diperoleh dari informasi tersebut. Informasi bernilai bagi konsumen karena keluasannya membantu membuat keputusan pembelian yang lebih memuaskan dan menghindari konsekuensi negatif sehubungan dengan pengambilan keputusan yang buruk. Jadi, konsumen bersedia memberi nilai yang lebih tinggi dan melakukan pencarian lebih banyak informasi apabila pembelian merupakan hal yang penting. Pentingnya pembelian bersumber dari :

a. Kuatnya kebutuhan seseorang akan produk. b. Keterlibatan ego seseorang tehadap produk.

c. Kerasnya konsekuensi sosial dan keuangan dari pengambilan keputusan yang buruk.


(26)

Hal inilah yang menyebabkan mengapa manusia cenderung mencari informasi tambahan tentang produk-produk yang secara sosial dapat dilihat dan berharga mahal yang memperlihatkan citra diri dibandingkan dengan produk-produk berharga murah yang jarang diperhatikan orang lain. Ketika produk sangat mahal dan melibatkan ego, beberapa konsumen tidak keberatan melakukan pencarian informasi yang melelahkan sebelum melakukan pengambilan keputusan karena biaya paling besar bagi kebanyakan orang adalah biaya peluang dari waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi. Mereka mengorbankan waktu untuk hal lain seperti aktivitas-aktivitas yang menarik atau melakukan perjalanan. Biaya pencarian informasi yang lain adalah konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dari jangka waktu pengambilan keputusan yang terlalu panjang. Biaya psikologis juga terlibat dalam pencarian infomasi. Pengumpulan informasi bisa menjadi pekerjaan yang membuat putus asa, kerap kali melibatkan toko-toko yang penuh sesak dan penjual-penjual yang kasar. Di samping itu, beberapa konsumen menjadi putus asa dan bingung ketika mereka mempunyai sejumlah besar informasi yang kompleks untuk melakukan evaluasi sebelum mengambil sebuah keputusan. Akibatnya mereka memotong pendek pencarian informasinya. Tiga kategori umum sumber informasi dalah sumber pribadi, komersial dan publik. Sumber pribadi meliputi anggota keluarga, teman-teman dan anggota kelompok rujukan. Sumber komersial mengacu pada berbagai informasi yang disebarkan oleh jasa-jasa, para pemasar, perusahaan manufaktur, dan agen-agen mereka meliputi media periklanan, brosur promosi, informasi kemasan dan label, tenaga-tenaga penjual dan aneka informasi yang ada di toko, seperti


(27)

label harga dan tataan. Sumber publik meliputi organisasi-organisasi nirlaba dan profesi serta individu-individu yang memberi nasehat untuk konsumen seperti dokter, pengacara, agen pemerintah, agen perjalanan dan kelompok-kelompok lembaga bantuan konsumen.

3. Evaluasi Alternatif

Konsumen menemukan kesulitan dalam melakukan perbandingan menyeluruh dari banyak merek alternatif disebabkan setiap merek mungkin lebih baik dalam beberapa hal namun lebih buruk dalam hal yang lain. Sebagai gantinya, konsumen menyederhanakan kerja evaluasi mereka dengan berbagai cara. Pertama, konsumen jarang mempertimbangkan seluruh merek, akan tetapi memfokuskan pada kumpulan yang dikenali sejumlah tertentu yang mereka kenali yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan mereka. Kedua, konsumen mengevaluasi setiap merek dalam kumpulan yang dikenali ke dalam sejumlah dimensi atau atribut produk. Mereka juga mempertimbangkan kepentingan relatif atribut-atribut ini, atau kinerja minimun yang dapat diterima dari masing-masing. Kumpulan atribut yang digunakan konsumen tertentu dan kepentingan relatif masing-masing menunjukkan kriteria pilihan konsumen (consumer’s choice criteria). Ketiga, konsumen melakukan kombinasi evaluasi antar atribut dari setiap merek dengan mempertimbangkan kepentingan relatif atribut-atribut tersebut. Penilaian multi atribut dari sebuah merek menghasilkan sebuah sikap (attitude) yang menyeluruh terhadap merek. Merek yang paling disukai konsumen adalah merek yang paling mungkin dibeli, ciri produk dan kepentingan relatifnya. Konsumen menggunakan banyak dimensi atau ciri


(28)

ketika mengevaluasi pilihan produk dan jasa. Biasanya konsumen mendasarkan evaluasinya pada sejumlah dimensi. Konsumen yang berbeda mungkin menggunakan kumpulan atribut yang berbeda untuk mengevaluasi merek yang berada pada kategori produk yang sama tetapi bahkan ketika dua orang menggunakan kumpulan ciri yang sama mereka dapat menghasilkan keputusan yang berbeda karena mereka mempunyai arti penting yang berbeda bagi masing-masing ciri. Akibatnya karakteristik pribadi konsumen dan pengaruh sosial-kebutuhan nilai, kepribadian, kelas sosial dan kelompok rujukan di antara hal-hal lain membantu menentukan ciri dan kepentingan mana yang diperhatikan konsumen. Faktor-faktor lingkungan dan situasional juga mempengaruhi arti penting yang diterima dari sejumlah manfaat produk. 4. Pembelian

Bahkan setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang merek-merek alternatif, mengevaluasinya dan memutuskan merek mana yang paling diinginkan, proses keputusan masih belum lengkap. Konsumen sekarang harus memutuskan dimana membeli produk itu. Memilih sumber yang dimanfaatkan untuk membeli produk secara mendasar melibatkan proses mental yang sama seperti halnya keputusan pembelian produk. Sumber itu biasanya toko eceran tapi bisa juga katalog mail order atau pelayanan belanja jarak jauh (tele-shopping). Konsumen mendapatkan informasi tentang sumber-sumber alternatif dari pengalaman pribadi, iklan, komentar dan teman-teman. Kemudian mereka menggunakan informasi ini untuk mengevaluasi sumber pada ciri-ciri seperti karakteristik barang dagangan yang dijual, pelayanan yang diberikan, harga, kenyamanan, personil dan fisik.


(29)

Konsumen biasanya memilih sumber yang mereka anggap memperlihatkan ciri yang paling penting bagi mereka. Jika pengalaman mereka dengan suatu sumber adalah positif mereka bisa mengembangkan loyalitas berlangganan dan secara rutin berbelanja ke sumber tersebut serupa dengan bagaimana konsumen mengembankan kesetiaan merek.

5. Evaluasi Pasca Pembelian.

Konsumen tertentu merasa dihargai sebagaimana mestinya setelah melakukan pembelian bergantung pada dua hal, yaitu:

a. Aspirasi atau tingkat harapan seseorang sejauh mana produk bisa memenuhi harapan.

b. Evaluasi konsumen tentang sejauh mana produk benar-benar memenuhi harapan. Harapan konsumen tentang kinerja suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ini mencakup kekuatan dan urgensi dari kebutuhan seseorang dan informasi yang dikumpulkan selama proses pengambilan keputusan. Konsumen lebih suka mengembangkan loyalitas merek atas jasa keseimbangan produk karena sulitnya mendapatkan informasi tentang jasa-jasa alternatif sebagaimana dalam beberapa kasus, biaya-biaya ekstra yang termasuk di dalamnya. Gangguan pasca pembelian, ketika produk menunjukkan kinerja yang diharapkan, konsumen bisa meragukan apakah mereka telah menetapkan pilihan yang terbaik. Keraguan ini disebut gangguan kognitif yang paling cenderung terjadi ketika pembelian melibatkan produk yang sangat menyentuh ego konsumen dan ketika konsumen harus memilih di antara alternatif menarik yang hampir sama. Konsumen lebih cenderung mengalami


(30)

gangguan setelah membeli barang-barang yang terkait dengan status sosial seperti rumah baru, mobil atau furnitur rumah. Keraguan tentang apakah pilihan yang terbaik telah menciptakan tekanan psikologis yang kurang menyenangkan membuat konsumen menguranginya dalam dua hal. Pertama, mereka dapat dengan mudah mengubah keputusan yaitu mengembalikan produk itu dan minta pengembalian uang (sulit dilakukan untuk jasa). Cara kedua untuk mengurangi disonansi adalah konsumen meyakinkan diri bahwa mereka benar-benar telah mengambil pilihan yang terbaik. Jadi, banyak orang yang terus mencari informasi tentang merek yang telah dibeli setelah pembelian. Para pasar memainkan peran aktif dalam mengurangi gangguan dengan memperkuat kembali keputusan pembelian konsumen, misalnya surat-surat tindak lanjut yang meyakinkan pelanggan bahwa mereka telah membuat keputusan yang bijaksana dan bahwa perusahaan tidak akan tinggal diam bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2.14 Indikator Keputusan Pembelian

Adapun indikator keputusan pembelian adalah : 1. Tujuan dalam membeli sebuah produk

Konsumen umumnya sudah memiliki tujuan awal sebelum melakukan pembelian. Produk yang dibeli, biasanya produk yang memang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen sehingga dapat memenuhi harapannya. 2. Kemantapan pada sebuah produk


(31)

Kemantapan yang terkandung dalam sebuah produk adalah daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

3. Kebiasaan dalam membeli produk

Jika sudah merasa terbiasa dan nyaman dengan produk yang digunakan, maka konsumen akan selalu menggunakan produk tersebut.

4. Memberikan rekomendasi kepada orang lain

Pembeli akan merasa puas jika produk yang dibeli sudah memenuhi harapannya sehingga baik secara sadar maupun tidak, pembeli akan menceritakan keunggulan dari produk tersebut kepada orang lain agar menggunakan produk yang tepat sesuai yang direkomendasikannya

5. Melakukan pembelian ulang

Jika konsumen merasa puas dengan produk yang dibelinya, maka konsumen akan melakukan pembelian lagi atau berulang.

2.15 Penelitian Terdahulu

Berikut tabel penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini :

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Indriani Ayu Syahputri (2010) Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Citra Merek dan Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah di Kota Medan. Kualitas Produk, Citra Merek dan Keputusan Pembelian.

Kualitas produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap citra merek dan citra merek memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pembelian.


(32)

Rizki (2014)

Produk Terhadap Keputusan Pembelian Tablet Apple iPad di Bandar Lampung.

Produk dan Keputusan Pembelian.

berpengaruh secara positif terhadap keputusan pembelian Tablet Apple iPad di Bandar Lampung. Puji Isyanto (2012) Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Blackberry Pada Mahasiswa Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang. Kualitas Produk dan Keputusan Pembelian.

Kualitas produk handphone Blackberry rata-rata mahasiswa menjawab baik dalam menggunakan handphone Blackberry

dipengaruhi dengan performa, keistimewaan, kehandalan, konformasi, daya tahan, kemampuan pelayanan, estetika dan kualitas.

Adam Akbar (2012)

Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Notebook Toshiba. Citra Merek, Harga, Kualitas Produk dan Keputusan Pembelian.

Citra merek berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian notebook Toshiba

2. Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian notebook Toshiba.

3. Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian notebook

Toshiba.

4. Citra merek, harga, dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh signfikan

terhadap keputusan pembelian notebook


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang ada. Dengan metode ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Jl. A. Sofyan No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan mulai dari awal bulan April sampai akhir bulan April 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah merupakan totalitas dari seluruh unsur yang ada dalam sebuah penelitian. (Juliandi dan Irfan, 2013:50)Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/BisnisFISIP USU angkatan 2011-2014 yang memiliki smartphone denganmerek iPhone sebanyak 592 orang.


(34)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah wakil-wakil dari populasi. (Juliandi dan Irfan, 2013:58). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU. Untuk menentukan ukuran sampel dapat digunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan :

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : nilai kritis (persentase tingkat kesalahan yang ditoleransi adalah 10%)

Maka dengan demikian jumlah sampel dapat diambil sebesar 85 orang responden.


(35)

3.4Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel dalam bentuk nonprobability sampling artinya teknik pengambilan sampel dimana tidak seluruh anggota/elemen dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan menjadi sampel. (Juliandi dan Irfan, 2013:59) Metode yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tiga metode, yaitu :

1. Teknik snowball/network sampling teknik ini adalah menentukan sampel secara berantai pada suatu populasi yang sangat spesifik. Peneliti dapat menentukan siapa sampel pertama dan kemudian dari sampel tersebut diminta untuk menyebutkan calon sampel lainnya yang dikenal. Pengambilan sampel akan berhenti apabila peneliti sudah merasa bahwa data yang dikumpulkan cukup memadai.

2. Teknik accidental sampling adalah dengan cara mencari objek yang akan diteliti. Objek yang kebetulan bertemu pada saat pengumpulan data dan sesuai untuk diteliti, maka dijadikan sebagai sampel penelitian.

3.5 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari pertanyaan yang ada pada perumusan masalah penelitian. (Juliandi dan Irfan, 2013:45). Berdasarkan pada masalah yang diteliti, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :


(36)

Tidak terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa FISIP USU.

2. Hipotesis Alternatif (Ha1)

Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.

3. Hipotesis Nol (H02)

Tidak terdapat pengaruh positif antara merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.

4. Hipotesis Alternatif (Ha2)

Terdapat pengaruh positif antara merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.

5. Hipotesis Nol (H03)

Tidak terdapat pengaruh positif antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.

6. Hipotesis Alternatif (Ha3)

Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.

3.6 Defenisi Konsep

Definisi konsep adalah suatu definisi yang dipaparkan oleh beberapa faktor yang ada dalam landasan teori, dirangkum oleh peneliti dan dipahami peneliti sebagai konsep dalam penelitian.Defenisi konsep dari penelitian ini, yaitu:


(37)

Kualitas produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler dan Amstrong, 2001: 346). Adapun indikator dari kualitas produk adalah :

a. Kinerja (Performance)

Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Hal ini dilihat dari manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu produk.

b. Ciri-ciri atau Keistimewaan (Features)

Merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Sehingga, fitur bisa meningkatkan kualitas produk jika pesaing tidak memilikinya.

c. Estetika (Keindahan)

Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen suka. Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya.

d. Daya Tahan (Durability)

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipersepsikan


(38)

lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.

e. Kehandalan (Reliability)

Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat menjalankan fungsinya.

f. Kesesuaian Dengan Spesifikasi (Conformance to Specifications) Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

g. Kemampuan Diperbaiki (Serviceability)

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki dengan mudah, cepat dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

h. Kualitas yang Dipersepsikan (Perceived Quality)

Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.

2. Merek (X2)

Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau bahkan kombinasi dari semuanya tadi, yang dimaksudkan untuk


(39)

menyebutkan barang-barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaingnya. (Sunyoto, 2012:102)

Adapun indikator dari merek adalah : a. Nama Produk

Nama produk adalah tanda pengenal produk yg membedakannya dari produk lain.

b. Logo Produk

Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu perusahaan atau organisasi. Sebuah logo bisa berupa nama, lambang atau elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual. Sebuah logo diciptakan sebagai identitas agar unik dan mudah dibedakan dengan perusahaan kompetitor/pesaing.

3. Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk melalui tahapan-tahapan yang di lalui konsumen sebelum melakukan pembelian.(Kotler, 2002:204)

Adapun indikator keputusan pembelian adalah : a. Tujuan dalam membeli sebuah produk

Konsumen umumnya sudah memiliki tujuan awal sebelum melakukan pembelian. Produk yang dibeli, biasanya produk yang memang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen sehingga dapat memenuhi harapannya.


(40)

b. Kemantapan pada sebuah produk

Kemantapan yang terkandung dalam sebuah produk adalah daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

c. Kebiasaan dalam membeli produk

Jika sudah merasa terbiasa dan nyaman dengan produk yang digunakan, maka konsumen akan selalu menggunakan produk tersebut.

d. Memberikan rekomendasi kepada orang lain

Pembeli akan merasa puas jika produk yang dibeli sudah memenuhi harapannya sehingga baik secara sadar maupun tidak, pembeli akan menceritakan keunggulan dari produk tersebut kepada orang lain agar menggunakan produk yang tepat sesuai yang direkomendasikannya. e. Melakukan pembelian ulang

Jika konsumen merasa puas dengan produk yang dibelinya, maka konsumen akan melakukan pembelian lagi atau berulang.

3.7 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah operasionalisasi dari variabel berupa pengukuran atau pengujian suatu variabel yang bisa dilihat dari indikator, tolak ukur atau alat ukur untuk menentukan kualitas atau kuantitas sesuatu variabel. Berikut tabel defenisi operasional :


(41)

Tabel 3.1

Tabel Defenisi Operasional

NO. VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR

1. Kualitas Produk (X1) a. Kinerja (Performence)

1) Ukuran produk iPhone.

2)

iPhonememudahkan

komunikasi jarak jauh.

3) Akses internet iPhone yang cepat. 4) kualitas suara iPhone yang jelas.

b.

Ciri-Ciri/Keistimewa an (Features)

5) Kamera yang baik. 6) Fitur-fitur aplikasi iPhoneyang mampu membuat proses komunikasi yang lebih cepat.

7) Anti Virus.

8) Layar sentuh iPhoneyang baik.

9) GPS yang mudah digunakan.

c. Estetika (Keindahan)

10) Warna produk iPhone.

11) Desain produk yang bagus.

d. Daya Tahan

(Durability)

12) Tidak mudah rusak.

13) Umur ekonomis. 14) Daya tahan baterai yang tinggi.

e. Kehandalan 15) Kecanggihan

produk.

16) Tampilan produk. f. Kesesuaian

dengan Spesifikasi

17) iPhone memiliki kesesuaian harga dengan spesifikasi produk.

g. Kemampuan Diperbaiki

18) iPhone mudah untuk diperbaiki. h. Kualitas yang

Dipersepsikan

19) iPhone memiliki kualitas yang tinggi dibenak masyarakat.

2. Merek (X2) i. Nama Produk 20) Nama produk


(42)

j. Logo Produk 21) Logo produk mudah dikenali.

3. Keputusan Pembelian (Y) k. Tujuan dalam membeli sebuah produk

22) Kebutuhan dan keinginan dalam membeli produk iPhone.

l. Kemantapan pada sebuah produk.

23) Percaya akan produk iPhone dan

sesuai dengan harapan.

m. Kebiasaan dalam membeli produk

24) Sudah mengerti dengan produk iPhone

dan nyaman menggunakannya.

n. Memberikan rekomendasi kepada orang lain

25) Mengajak orang

lain untuk menggunakan produk

iPhone. o. Melakukan

pembelian ulang

26) Membeli produk iPhone secara berkala. Sumber : Dikelola oleh penulis.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data-data yang relevan bagi penelitian (Juliandi dan Irfan, 2013:65). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data terdiri dari dua, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya dan data tersebut sebelumnya tidak ada. Peneliti menggunakan instrumen angket/kuesioner yang akan disebarkan kepada mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(43)

Universitas Sumatera Utara. Bentuk kuesioner yang digunakan yaitu dalam bentuk kuesioner tertutup dimana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan dan jawaban yang sudah disusun dan disediakan oleh peneliti tentang indikator dari variabel penelitian yaitu kualitas produk, merek dan keputusan pembelian untuk mengetahui pendapat/persepsi konsumen.Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden yang disesuaikan dengan pertanyaan yang diajukan. Contoh interval jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap item pertanyaan :

a. Sangat Tidak Setuju (STS) : dengan skor 1 b. Tidak Setuju (TS) : dengan skor 2

c. Netral (N) : dengan skor 3

d. Setuju (S) : dengan skor 4

e. Sangat Setuju (SS) : dengan skor 5

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitiannya. Data aslinya tidak diambil peneliti tetapi oleh pihak lain. Data sekunder yang dipakai melalui studi kepustakaan.

3.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan beberapa analisis, yaitu :


(44)

Validitas instrumen menurut Juliandi dan Irfan (2013:79), uji validitas yakni dengan cara menguji sejauh mana ketepatan atau kebenaran suatu instrumen sebagai alat ukur variabel penelitian.Jika instrumen benar atau valid maka hasil pengukuran pun kemungkinan akan benar. Teknik statistik yang dapat digunakan adalah korelasi sebagai berikut :

Keterangan :

r = koefisien korelasi n = jumlah responden x = skor setiap item

y = skor seluruh item responden uji coba 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yakni memiliki berbagai nama lain seperti keterpercayaan, kehandalan, kestabilan. Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk melihat apakah instrumen penelitian merupakan instrumen yang handal dan dapat dipercaya. Jika variabel penelitian menggunakan instrumen yang handal dan dapat dipercaya maka hasil penelitian juga dapat memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi. (Juliandi dan Irfan, 2013:83)

Cara pengujian reliabilitas dapat menggunakan salah satu teknik, misalnya Split Half, dengan cara sebagai berikut:


(45)

a.Belah instrumen menjadi 2 bagian (instrumen bernomor ganjil dan genap). b.Korelasikan skor-skor total ganjil, dengan skor-skor total genap, dengan

statistik korelasi product moment (r).

c.Masukkan nilai korelasi (r) yang diperoleh ke dalam rumus Spearman Brown.

Penarikan kesimpulannya, jika nilai koefisien reliabilitas (Spearman Brown/ri≥0,6 maka instrumen memiliki reliabilitas yang baik, reliabel dan terpercaya.

3. Uji Asumsi Klasik

Menurut Juliandi dan Irfan (2013:169), uji asumsi klasik bertujuan untuk menganalisis apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah model yang terbaik. Jika model adalah model yang baik, maka data yang dianalisis layak untuk dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengetahuan atau untuk tujuan pemecahan masalah praktis. Uji asumsi klasik terdiri dari :

a.Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikut arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(46)

(Gujarati, 2003; Santoso, 2000; Arif, 1993) dalam (Juliandi dan Irfan, 2013:169).

Kriteria untuk menentukan normal atau tidaknya data, maka dapat dilihat pada nilai probabilitasnya. Data adalah normal, jika nilai Kolmogorov Smirnov adalah tidak signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)>α0,05).

b.Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel independen (Gujarati, 2003; Santoso, 2000; Arif, 1993) dalam Juliandi dan Irfan (2013:170). Cara yang digunakan untuk menilainya adalah dengan melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi Factor/VIF), yang tidak melebihi 4 atau 5 (Hines dan Montgomery, 1990). Kedua variabel independen yakni ROE dan ROA memiliki nilai VIF dalam batas toleransi yang telah ditentukan (tidak melebihi 5), sehingga tidak terjadi multikolinearitas dalam variabel independen penelitian ini.

c.Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika variasi residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Arief, 1993; Gujarati, 2011) dalam Juliandi dan Irfan (2013:171). Dasar pengambilan keputusannya adalah: jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu


(47)

yang teratur, maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik (poin-poin) menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Uji Regresi Linier Berganda

Analisis merupakan salah satu alat analisis yang menjalankan tentang akibat yang di timbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Adapun digunakannnya alat analisis regresi linier ditujukan untuk memprediksikan nilai variabel terikat dan menjelaskan pengaruhnya. Dalam hal ini penulis menggunakan jenis uji regresi liner berganda untuk mengetahui pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y secara bersamaan. Regresi linier berganda didasarkan pada pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut rumus untuk melihat analisis linier berganda.

Y = + X1 + X2 + e Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian

X1 = Nilai variabel prediktor (yang memprediksi)

X2 =

Nilai variabel prediktor (yang memprediksi)

= Bilangan koefisien prediktor (kualitas produk) = Bilangan koefisien prediktor (merek)

= konstanta e = Standar error


(48)

5. Uji Determinasi (

Koefisien Determinasi berganda atau R- square ( ) adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas (Juliandi, 2013:174). Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi-variasi variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena berperan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Adapun cara yang digunakan untuk menganalisis yaitu :

a.Uji Simultan (Uji - F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas memiliki pengaruh secara bersamaan terhadap variabel terikat. Untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dapat dilihat nilai F yakni pada nilai probabilitasnya.

Dimana hipotesisnya adalah :

1) H0 : terdapat pengaruh yang tidak signifikan. 2) Ha : terdapat pengaruh yang signifikan.

Adapun kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

a) Tolak H0 jika nilai probabilitasnya dihitung ≤ taraf signifikansi sebesar 0.05 ( Sig ≤ ).


(49)

b) Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung > taraf signifikansi 0.05 (Sig > ).

b. Uji Parsial (Uji - T)

Uji T digunakan untuk menguji hipotesis apabila peneliti menganalisis regresi parsial (sebuah variabel bebas dengan sebuah variabel terikat). Maka pengujian ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya.

Hipotesisnya adalah:

1) H0 : terdapat pengaruh yang tidak signifikan. 2) Ha : terdapat pengaruh yang signifikan.

Adapun kriteria penerimaan/penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a) Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung ≤ taraf signifikansi sebesar 0.05 (Sig ≤ ).

b) Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung > taraf signifikansi 0.05 (Sig > ).


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Perusahaan dan Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Apple

multinasional yang berpusat di Silicon Valley, Cupertino, California, AS. Apple Inc. yang akrab disebut Apple, adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan dan penjualan barang-barang yang meliputi elektronik konsumen, perangkat lunak komputer, serta komputer pribadi. Perusahaan yang sekarang dipegang oleh Tim Cook sebagai CEO sejak 2011 menggantikan Steve Jobs, sudah dirikan pada tanggal 1 April 1976 dan di-inkonporasikan menjadi Apple Computer, Inc. pada tanggal 3 Januari 1977. Sejak 9 Januari, 2007, kata “Computer” dihapus untuk mencerminkan fokus Apple terhadap bidang elektronik konsumen pasca peluncuran iPhone.

Agustus 1950. Ia dianggap sebagai pelopor dari masuknya komputer ke dalam kehidupan rumah pribadi. Kecerdasan dan kreatifitasnya yang tak terbatas membuat dia menjadi orang yang tepat untuk diakui sebagai pemrakarsa revolusi komputer pribadi. Wozniak menciptakan Apple II, komputer pribadi terakhir yang benar-benar didisain oleh satu orang saja.Sebelum membantu mendirikan Apple, Steve Wozniak adalah seorang hacker elektronik. Pada tahun 1975, dia bekerja di Hewlett-Packard dan


(51)

membantu temannya Steve Jobs mendesain video game untuk Atari.Wozniak melihat sebuah artikel di majalah bernama Popular Electronics edisi 1975 yang berisikan bagaimana cara untuk membuat terminal komputer sendiri. Menggunakan alat-alat yang dapat dibeli di toko, Wozniak merancang dan membuat komputer bernama Computer Conversor, sebutan video teletype yang bisa dipakai untuk mengakses minicomputer di Call Computers. Desainnya kemudian dibeli oleh Call Computers dan beberapa unit terjual.Pada tahun 1976 di pertemuan Homebrew Computer Club, Wozniak bertemu teman lamanya Steve Jobs yang tertarik akan potensi komersialisasi komputer-komputer kecil.

Francisco, California, Amerika Serikat, 24 Februari 1955. Jobs bersekolah di Cupertino Junior High School dan Homestead High School di Cupertino, California, dan sering berkunjung ke Hewlett-Packard Company di Palo Alto, California selepas pulang sekolah. Ia kemudian dipekerjakan di sana dan bekerja bersama Steve Wozniak sebagai karyawan musim panas. Tahun 1972, Jobs lulus dari sekolah menengah atas dan mendaftar masuk Reed College di Portland, Oregon. Satu semester ia keluar dan melanjutkan di Reed, seperti kelas kaligrafi, dengan tidur di lantai kamar temannya, menjual botol-botol Coke demi mendapatkan uang, dan mendapatkan makanan gratis mingguan di wihara Hare Krishna setempat. Jobs kemudian berkata, “Jika aku tidak menghadiri kuliah tunggal di perguruan tinggi itu, maka Mac tidak akan memiliki beragam huruf cetak ataupun huruf dengan spasi sejajar. Pada musim gugur 1974, Jobs kembali ke California dan mulai menghadiri


(52)

petemuan Homebrew Computer Club bersama Wozniak. Ia mengambil pekerjaan sebagai teknisi di Atari, sebuah perusahaan pembuat berbagai permainan video populer, dengan tujuan utama menabung uang untuk melakukan perjalanan spiritual ke India. Jobs kemudian berangkat ke India untuk mengunjungi Neem Karoli Baba di Kainchi Ashram-nya bersama seorang teman dari Reed College (yang kelak menjadi karyawan Apple pertama), Daniel Kottke, untuk mencari pencerahan spiritual. Ia pulang dalam keadaan menganut agama Buddha dengan kepala tercukur dan mengenakan pakaian tradisional India. Pada waktu itu, Jobs sedang bereksperimen dengan obat psikedelik dan menyebut pengalaman LSD-nya sebagai satu dari dua atau tiga hal terpenting yang pernah dilakukan dalam kehidupan dirinya. Ia mengatakan bahwa orang-orang di sekitarnya yang tidak termasuk dalam silsilah lintas budayanya tidak dapat memahami sepenuhnya mengenai pemikirannya. Jobs kembali ke pekerjaan sebelumnya di Atari dan diberikan tugas menciptakan papan sirkuit untuk permainan Breakout. Menurut pendiri Atari Nolan Bushnell, Atari menawarkan $100 untuk setiap chip yang dihapuskan di mesin ini. Jobs punya sedikit ketertarikan atau pengetahuan dalam desain papan sirkuit dan membuat persetujuan dengan Wozniak untuk membagi bonusnya sama rata jika Wozniak mampu meminimalkan jumlah chip. Atari sangat terkejut karena Wozniak mengurangi jumlah chip sebanyak 50 buah, sebuah desain yang sangat ketat sampai-sampai mustahil untuk menciptakannya kembali di jalur perakitan. Pada waktu itu, Jobs memberitahu Wozniak bahwa Atari hanya memberi mereka $700 (bukannya $5000) dan Wozniak pun mendapat bagian $350.


(53)

Timothy D. Cook atau Tim Cook, lahir di Robertsdale, Alabama, 1 November 1960, adalah chief executive officer (CEO) Apple Inc. setelah Steve Jobs meninggal Tim Cook sebelum menjadi CEO pada 2011, sudah bekerja di Apple sejak 1988. Tugas utamanya adalah mengelola operasi harian di perusahaan tersebut. Ia menjadi CEO setelah Steve Jobs mundur dari jabatan itu pada 24 Agustus 2011.

Steve Jobs dan Steve Wozniak bertemu pertama kali pada tahun 1971 ketika seorang teman memperkenalkan Wozniak yang saat itu berumur 21 tahun kepada Jobs yang saat itu baru berumur 16 tahun.Keduanya sudah berteman di SMA. Mereka berdua telah tertarik dalam elektronik, dan keduanya telah dianggap sebagai orang luar. Mereka terus berhubungan setelah lulus, dan keduanya akhirnya putus sekolah dan mendapatkan pekerjaan bekerja untuk perusahaan di Silicon Valley. (Woz untuk Hewlett-Packard, Jobs untukAtari). Jobs berhasil membujuk Wozniak untuk membuat komputer dan menjualnya. Jobs mendekati sebuat toko komputer lokal The Byte Shop yang tertarik untuk membeli komputer tetapi hanya komputer yang sudah terpaket lengkap, pemilik toko tersebut Paul Terrell, siap membeli 50 unit seharga $US 500 satunya. Pada tanggal 1 April 1976, Jobs usia 21 dan Wozniak, 26, mendirikan Apple Computer Co. di garasi milik keluarga Jobs. Komputer pribadi yang diperkenalkan Jobs and Wozniak diberi name Apple I. Komputer itu dijual dengan harga AS$666.66, sebagai referensi terhadap nomor telpon dari Wozniak’s DialAJoke machine yang berakhir dengan -6666. Nama Apple adalah ide dari Wozniak. Ketika tenggang waktu memberikan nama untuk bisnisnya telah mencapai 3 bulan, Steve Wozniak


(54)

kemudian menawarkan kepada staffnya: “Jika sampai pukul 5 sore hari ini tidak ada yang menemukan nama yang baik untuk perusahaan ini, maka nama tersebut akan diambil dari apapun yang saya suka..”. Setelah pukul 5 sore, masih tidak ada yang menemukan nama yang tepat, kebetulan Steve Wozniak sedang memakan buah apel saat itu, dan sesuai dengan pernyataannya, perusahaan tersebut mengambil nama dari buah apel sebagai perusahaan Apple Computer. Di tahun 1977, Jobs dan Wozniak memperkenalkan Apple II, yang menjadi sukses besar di pasaran rumah tangga dan memberi Apple pengaruh besar di industri komputer pribadi. Memasuki dekade tahun 1980, ketika Apple III dirilis, Apple memiliki beberapa ribu karyawan dan mulai menjual komputer di luar negeri. Apple telah mengambil pada sejumlah manajer yang lebih berpengalaman tingkat menengah dan yang lebih penting, beberapa investor baru yang memilih untuk mengambil kursi di dewan direksi. Lebih tua, lebih berpengalaman, lebih konservatif, direksi baru tersebut mengatakan bahwa Apple akan menjadi “perusahaan nyata”.Kala itu (1980), Apple menghadapi kompetisi dalam bisnis komputer pribadi. Salah satu penantang besar adalah IBM, perusahaan ternama pertama di bidang komputer. Komputer IBM yang menggunakan sistem operasi DOS yang dilisensi kepada IBM oleh Microsoft meraih porsi yang besar dalam pangsa pasar komputer meja untuk perusahaan besar yang tergolong masih muda.Persaingan di pasar dengan IBM dan beberapa produsen lain memberikan kenyataan berbeda dengan antisipasi dari jajaran direksi Apple. Pada awal tahun 1981, hal-hal bahkan menjadi sedikit lebih sulit. Sebuah pasar jenuh membuatnya lebih sulit untuk menjual komputer, dan pada bulan


(55)

Februari 1981 Apple terpaksa merumahkan 40 karyawan. Disisi lain Wozniak terluka dalam sebuah kecelakaan pesawat, dia mengambil cuti sebentar dan kembali lagi ke perusahaan dan kala itu Jobs menjadi ketua komputer Apple pada bulan Maret 1981.Persaingan dengan IBM dan Microsoft memang ketat, pun demikian Apple Computer mencatatkan namanya di bursa efek, dan dengan penawaran saham awal yang sukses, ketenaran Jobs bertambah.

Pada tahun 1984, proyek Lisa dilepas dari kendali Steve Jobs saat masih separuh jadi. Steve Jobs mengalihkan perhatiannya kepada proyek Macintosh, yang kemudian diluncurkan pada tahun 1984. Merek Macintosh pada akhirnya menjadi produk yang berhasil bagi Apple bahkan sampai hari ini. Banyak yang merasa bahwa kesuksesan itu seharusnya jauh lebih besar dari kenyataannya. Ketika Bill Gates pendiri dan sekarang pemimpin Microsoft mengunjungi kantor besar Apple di Cupertino, Steve Jobs menunjukkan sebuah prototipe dari antarmuka pengguna grafis untuk Macintosh. Pada tahun 1985, Microsoft meluncurkan Windows, antarmuka pengguna grafis buatan mereka sendiri untuk komputer IBM. Pada saat itu sistem komputer IBM sudah di-reverse engineereddan banyak perusahaan juga membuat komputer yang kompatibel dengan IBM. Walaupun Apple memberi lisensi untuk beberapa produk lainnya mereka tidak pernah memberikan izin perusahaan lain un tuk membuat komputer yang kompatibel dengan Macintosh sehingga Microsoft bisa mendominasi pangsa pasar yang ada.

Pada saat itu Apple sadar bahwa mereka sudah terlambat untuk merebut kembali kekuasaan pasar yang pernah mereka miliki. Komputer Macintosh kompatibel yang dijual pada tahun 1990-an pun hanya meraih kesuksesan


(56)

yang kecil. Walaupun Windows versi pertama sangat ketinggalan zaman dibanding Macintosh, piranti lunak tersebut dan komputer yang kompatibel dengan Windows bisa dibeli dengan harga yang jauh lebih murah dibanding sebuah Macintosh. Ditambah lagi perbaikan yang dilakukan Microsoft secara cepat mengejar ketertinggalan mereka. Sekaligus juga karena keterbukaan yang dimiliki oleh komputer yang kompatibel dengan IBM, menyebabkan lebih banyak piranti lunak tersedia untuk Windows dibanding Macintosh.

Sekitar awal 1985 bahwa Jobs dan Sculley mulai berdebat. Sculley percaya Jobs adalah orang yang berbahaya dan di luar kendali. Jobs percaya bahwa Sculley tidak tahu tentang industri komputer, dan membuat upaya kecil untuk belajar komputer. Pada bulan Mei 1985 Jobs memutuskan untuk mengambil kendali perusahaan. Dia menyusun rencana agar Sculley mengadakan pertemuan di China, dan berencana untuk melakukan kudeta ruang rapat sementara Sculley pergi. Pada menit terakhir seseorang membocorkan informasi kepada Sculley, dan ia memutuskan untuk menghadapi Jobs. Setelah pertengkaran antara keduanya, diambillah suara terbanyak, dan memihak penuh dengan Sculley. Jobs mengundurkan diri hari itu, meninggalkan Sculley sebagai kepala Apple. Steve Jobs keluar dari Apple dan mendirikan perusahaan NeXT Inc., yang pada akhirnya gagal sekalipun memiliki awal yang baik. Sculley menjadi kepala de facto Apple Mei 1985 Selama beberapa bulan ke depan, Apple terpaksa memberhentikan seperlima dari angkatan kerja sekitar 1.200 karyawan. Perusahaan juga membukukan kerugian kuartalan pertama. Semua ini telah nyata dari hasil pengunduran diri Jobs, membuat yang lain menjadi ragu padahal sebelumnya mereka


(57)

sangat yakin pada kemampuan Sculley sebagai CEO Apple. Pada saat yang sama, Sculley menjadi dilema dalam pertempuran dengan atas diluncurkannya Windows 1.0, yang memiliki banyak kesamaan dengan Mac GUI. Bill Gates akhirnya setuju untuk menandatangani pernyataan yang menyatakan bahwa Microsoft tidak akan menggunakan teknologi Mac di Windows 1.0. Apple telah secara efektif kehilangan hak eksklusif untuk desain antarmuka. Hal ini akan terbukti menjadi dokumen penting dalam tuntutan hukum di masa depan antara Apple dan Microsoft yang melibatkan antarmuka Windows.Pada tahun 1987, Apple memperkenalkan Mac II. Mac II membuat Macintosh sangat layak dan terlihat kuat untuk sebuah komputer. Pada tahun 1989 Apple melakukan pengiriman 50.000 Mac dalam sebulan, dan tampaknya pada tahun tersebut diperkirakan Windows akan gagal dan Mac akan naik tinggi untuk dekade berikutnya. Apple sangat yakin akan hal ini.Pada tahun 1989 Apple mencoba memperkenalkan sebuah komputer portabel yang lebih populer PowerBook di awal dekade 1990. Generasi pertama produk ini dirancang bersama Sony dan memberikan layout untuk komputer portabel yang masih dipakai sampai saat ini, engsel belakang untuk mendukung layar, keyboard yang diletakkan menjorok ke belakang dan trackball (yang kemudian menjadi trackpad) diposisikan di depan keyboard tersebut. Namun merek PowerBook mengalami kegagalan setelah model PowerBook 5300 memiliki banyak masalah dalam kualitasnya seperti baterai yang gampang rusak, kerangka yang gampang keropos dan layar yang tidak bagus.Semakin yakin adalah awal tahun 1990 pasar sudah jenuh dengan PC-klon dan Apple adalah satu-satunya perusahaan yang menjual Mac.Pada akhir


(58)

Mei, Microsoft meluncurkan Windows 3.0, yang dapat berjalan di hampir semua PC-klon di dunia. Gebrakan dari Microsoft dan itu membuat Apple dalam kesulitan.

Michael Spindler, CEO baru Apple pada akhir 1991, Apple merilis generasi pertama dari PowerBook yang sukses instan. Sisi lain pekerjaan sedang dilakukan di tipe baru komputer, Personal Digital Assistant (PDA), yang mana Apple menyebutnya Newton. Sculley mengambil minat langsung di Newton dan pada bulan Agustus 1993 generasi pertama dari Newton dirilis namun tidak menghasilkan angka penjualan yang bagus.Sculley mulai kehilangan minat dalam hari ke hari operasi dari Apple. Akhirnya Apple direksi memutuskan CEO itu sudah cukup. Pada bulan Juni 1993, mereka menurunkan Sculley dari posisinya sebagai CEO dan menempatkan Michael Spindler di kursi besar sebagai CEO baru. Sementara Sculley tetap dengan perusahaan Apple selama beberapa bulan dan kemudian mengundurkan diri.

Era Spindler, pada tahun 1994, Apple memperbarui produk Macintosh mereka dengan mengenalkan seri Power Macintosh yang menggunakan prosesor PowerPC hasil kerjasama IBM, Motorola dan Apple. Dikemudian hari dalam usaha Apple untuk menyelamatkan perusahaannya, mereka membeli NeXT sekaligus dengan sistem operasi UNIX-based-nya NeXTstep yang juga membawa kembali Steve Jobs ke dalam perusahaan yang didirikannya. Sata satu langkah pertama yang dia lakukan sebagai pemimpin sementara di Apple adalah mencetuskan ide untuk mengembangkan iMac, produk yang akan menyelamatkan Apple dari kehancurannya sekaligus memberikan waktu bagi mereka untuk merampingkan sistem operasi yang


(59)

sudah ada.Steve Jobs menjabat sebagai CEO Apple sejak 1997 hingga 2011.Produk yang dirilis Apple setelah itu adalah Apple Airport yang menggunakan teknologi Wireless LAN untuk menyambungkan sebuah komputer ke Internet tanpa menggunakan kabel. Mereka juga mengeluarkan iBook dan PowerMac G4.

Pada Januari 2007, Apple memasuki pasar telepon genggam dengan memperkenalkan iPhone, yang dirilis pada tanggal 29 Juni 2007 di AS. Pada saat yang sama, nama perusahaan juga akan dipangkas dengan menanggalkan kata “Computer” untuk mewakili diversifikasi produk perusahaan tersebut.Apple terus mengalami peningkatan yang signifikan, kepercayaan konsumen akan kualitas produk dari Apple merupakan ciri khas tersendiri.Hingga pada tahun 2011, CEO Apple digantikan oleh Tim Cook , dikarenakan mundurnya Steve Jobs dari jabatannya pada tanggal 24 Agustus 2011. Kemudian, pada tanggal 5 Oktober 2011, Steve Jobs yang merupakan mantan CEO dan pendiri Apple meninggal dunia karena kanker pankreas.

4.1.2 Sejarah Singkat Departemen Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU

Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pertama kali dibuka pada tahun akedemik 2009-2010. Dasar berdirinya departemen ini adalah Surat Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara tentang pembentukan departemen S-1 Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis di Universitas Sumatera Utara. Dengan surat keputusan tersebut dibukalah Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(60)

Universitas Sumatera Utara. Tenaga pengajar yang digunakan Departemen Administrasi Niaga/Bisnis adalah bersumber dari tenaga pengajar internal Departemen Ilmu Administrasi beserta dengan Departemen lain dalam lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan tenaga pengajar dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara (Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA), serta tenaga pengajar yang berada di luar lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penerimaan perdana mahasiswa dilakukan melalui Seleksi Penerimaan Lokal yang diikuti kurang lebih 900 calon mahasiswa dan 180 orang diantaranya dinyatakan lulus menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis angkatan pertama. Kegiatan mahasiswa selain mengikuti perkuliahan juga diwajibkan mengikuti kegiatan ekstra.

4.1.3 Jumlah Keseluruhan Mahasiswa

Jumlah mahasiswa di Departemen Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU tercatat secara keseluruhan berjumlah 815 mahasiswa berdasarkan stambuk tahun 2009 sampai dengan stambuk tahun 2014 yang secara rinci dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1Jumlah Mahasiswa Administrasi Niaga/Bisnis

NO. STAMBUK JUMLAH MAHASISWA

1. 2009 114

2 2010 109

3. 2011 123

4. 2012 133

5. 2013 204

6. 2014 132

Total 815


(61)

4.1.4 Visi dan Misi

Adapun visi yang ingin dicapai Departemen Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU adalah “Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat”. Sedangkan Misi Departemen Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU antara lain :

1. Menghasilkan alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip


(62)

persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.

4.2 Penyajian Data

Penyajian data pada bab ini merupakan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU berjumlah 85 orang. Alasan dilakukan penelitian pengumpulan data dari mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU agar dapat dilihat bagaimana pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.

4.2.1 Identitas Responden

Data identitas responden yang disajikan adalah data yang mencakup menurut jenis kelamin, stambuk, semester, tipe iPhone yang digunakan dan lama menggunakan iPhone. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka identitas responden dapat di uraikan sebagai berikut. Berdasarkan jenis kelamin, data responden dapat dilahat pada tabel dibawah ini:


(63)

Tabel 4.2

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki- laki 29 34,11

2. Perempuan 56 65,88

Total 85 100

Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 56 orang atau sejumlah 65,88% sedangkan responden laki-laki sebanyak 29 orang atau sejumlah 34,11%.

Tabel 4.3

Identitas Responden Berdasarkan Stambuk No. Stambuk Jumlah Persentase (%)

1. 2011 24 28,23%

2. 2012 30 35,29%

3. 2013 12 14,11%

4. 2014 19 22,35%

Total 85 100

Sumber :Data primer, 2015

Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa dari 85 responden dari segi stambuk mayoritas adalah stambuk 2012 sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 35,29%, stambuk 2011 sebanyak 24 orang dengan persentase sebesar 28,23%, stambuk 2014 sebanyak 19 orang dengan persentase 22,35% dan stambuk 2013 sebanyak 12 orang dengan persentase 14,11%.


(64)

Tabel 4.4

Identitas Responden Berdasarkan Semester

No. Semester Jumlah Persentase (%)

1. Semester I - -

2. Semester II 19 22,35%

3. Semester III -

4. Semester IV 12 14,11%.

5. Semester V - -

6. Semester VI 30 35,29%,

7. Semester VII - -

8. Semester VIII 24 28,23%

Total 85 100

Sumber :Data primer, 2015

Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa dari 85 responden dari mayoritas tingkat semester paling banyak yaitu semester VI sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 35,29%, semester VIII sebanyak 24 orang dengan persentase sebesar 28,23%, semester II sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 22,35% dan semesterIV sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 14,11%.

Tabel 4.5

Identitas Responden Berdasarkan Tipe iPhone yang Digunakan

Sumber: Data Primer, 2015 No. Tipe

iPhone

Jumlah Persentase(%)

1. iPhone 4G 14 16,47

2. IPhone 4S 21 24,70

3. IPhone 5 23 27,05

4. IPhone 5S 24 28,23

5. IPhone 6 3 3,52

6. IPhone 6+ - -


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)