Analisis Data 1. Metode Analisis Deskriptif 2. Analisis Analitik Hierarki Proses Teknik Metode

Pemilihan responden dari pihakstaf Tumaritis dilakukan secara sengaja Purposive dengan pertimbangan responden adalah pelaku Individu yang mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan yaitu pimpinan utama perusahaan, menguasai atau mengetahui informasi yang dibutuhkan, sedangkan responden dari konsumen dipilih melalui metode Convenience sampling dengan pendekatan Non–probability sampling, yaitu ketika responden yang dijadikan contoh sedang berada pada lokasi penelitian.

4.4. Metode Pengolahan Data

Data maupun informasi yang diperoleh akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Data ini akan diolah dengan menggunakan program Microsoft excell, dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan diuraikan secara narasi, sedangkan untuk AHP akan diolah dengan menggunakan program Expert Choice 2000. Tabel 1. Alat pengolahan data yang Tepat No. Tujuan Penelitian Alat Analisis 1 Faktor-faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi pemasaran pada Perusahaan Tumaritis. Digunakan alat analisis AHP Analitik Hierarki Proses 2 Alternatif strategi pemasaran apakah yang paling tepat untuk dilaksanakan sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki oleh Tumaritis. Digunakan alat analisis AHP Analitik Hierarki Proses 3 Menyusun rekomendasi alternatif strategi pemasaran dan strategi harga yang paling tepat bagi Perusahaan Tumaritis sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki Rekomendasi alternatif strategi pemasaran dan strategi harga yang paling tepat dalam meningkatkan penjualan

4.5. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.

4.5. 1. Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data serta proses penetapan strategi keputusan. Metode ini menggunakan tabulasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan suatu kategori data primer tertentu. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang telah dijalankan perusahaan juga dianalisis secara deskriptif.

4.5. 2. Analisis Analitik Hierarki Proses

Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor bagi penyusun alternatif prioritas strategi pemasaran yang tepat pada Tumaritis adalah dengan pendekatan AHP untuk pengambilan keputusan. Menurut Saaty 1980, metode AHP adalah cara menganalisis situasi yang rumit dan tidak terstruktur, mengatur bagian-bagian kedalaman suatu hierarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, mensintesis berbagai kriteria yang ada guna menetapkan alternatifpilihan yang memiliki tingkat prioritas paling tinggi serta bertindak untuk mempengartuhi hasil pada situasi tersebut. Dalam menerapkan metode AHP, yang diutamakan adalah kualitas dari responden, bukan pada kuantitas tertentu. Data yang diperoleh dari responden kemudian diproses dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000. Program ini merupakan program yang disusun oleh Asian Institute of Technology dan Microsoft Co.

4.6. Teknik Metode

Analitik Hierarki Proses AHP Kerangka kerja AHP pada dasarnya terdiri dari delapan langkah utama Saaty, 1993, yaitu :

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria, kreativitas dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Komponen sistem dalam hierarki dapat diidentifikasi berdasar kemampuan para analisis untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem dan dapat dilakukan dengan memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang sedang dihadapi.

2. Membuat struktur dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.

Penyusunan hierarki berdasarkan pada jenis keputusan yang akan diambil. Setiap set elemen dalam hierarki mendudukki suatu tingkat hierarki. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat berikutnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok yang homogen, yang berjumlah antara lima atau sembilan elemen agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang akan diikut sertakan dalam hierarki. Elemen-elemen tersebut dapat berupa faktor-faktor, pelaku- pelaku, aktivitas, tujuan, skenario, alternatif dan lain-lain.

3. Menyusun matriks banding berpasangan

Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan kriteria di tingkat yang lebih tinggi, dimulai dari puncak hierarki untuk fokus G Goal, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kiri suatu elemen di puncak matriks pembanding pertama dilakukan pada level kedua terhadap fokus G.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan

berpasangan antar elemen pada langkah 3. Setelah matriks pembandingan berpasangan selesai dibuat, maka langkah berikutnya adalah melakukan pembandingan berpasangan antara elemen pada kolom ke- i dengan setiap elemen pada baris ke- j yang berhubungan dengan fokus G. Pembanding berpasangan antara elemen dilakukan dengan pertanyaan: seberapa kuat elemen baris ke- i didominasi atau dipengaruhi oleh fokus G dibandingkan dengan kolom ke- j. Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Skala Banding Berpasangan NILAI SKALA DEFINISI PENJELASAN 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen di atas lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibandingkan dengan elemen yang lain Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 7 Suatu elemen sangat lebih penting dibanding elemen yang lainnya Satu elemen dengan disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen yang lainnya Sokongan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan Kebalikan nilai-nilai di atas Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, 14, ..., 19 digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A Sumber: Saaty, 1980

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama dan

di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan sifat Fj. Sedangkan bila Fi kurang mendominasi sifat G dibandingkan sifat Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F 13 memiliki nilai 6, maka nilai elemen F 31 adalah 16.

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugus dalam hierarki.

Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat dalam hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. Ada dua macam matriks pembandingan yang dipakai dalam AHP, yaitu : a. Matriks Pendapatan Individu MPI pada tabel 2, merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu dimana elemennya disimbolkan oleh a ij , yaitu elemen matriks baris ke –i dan kolom ke-j. Nilai-nilai dalam MPI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, namun apabila ada MPI yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi maka MPI tersebut tidak diikutsertakan dalam analisis. Tabel 3. Matriks Pendapatan Individu MPI G A1 A2 A3 ... An A1 A2 A3 ... ... An a11 a21 a31 . . an1 a12 a22 a32 . . an2 a13 a23 a33 . . an3 ... ... ... . . .. a1n a2n a3n . . Ann b. Matriks Pendapatan Gabungan MPG pada Tabel 3, merupakan matriks baru yang elemennya G ij berasal dari rata-rata geometrik pendapatan yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0,1 dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan yang lainnya tidak terjadi konflik. Syarat-syarat MPG yang bebas dari konflik adalah : 1 Pendapatan masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat individu yang tertinggi dengan yang terendah. 2 Tidak terdapat angka kebalikan resiprokal pada baris dan kolom yang sama. Tabel 4. Matriks Pendapatan Gabungan MPG G G1 G2 G3 ... Gn G1 G2 G3 ... Gn g11 g21 g31 ... g1n g12 g22 g32 ... gn2 g13 g23 g33 ... gn2 ... ... ... ... ... g1n g2n g3n ... gnn Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah : Gij = m m k ij a ∏ =1 k Dimana: Gij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j a ij k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m m k ∏ =1 = perkalian elemen ke- i sampel ke-m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas Menggunakan organisasi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Pengolahan kedua matriks di atas terdiri dari dua tahap, yaitu : a. Pengolahan horizontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang persis berada satu tingkat di atas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas Rasio Vektor Eigen, uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah : - Perkalian baris Z atau Vektor Eigen VE dengan rumus : Zi = n n i k ij a ∏ = i, j = 1, 2,...., n - Perhitungan Vektor Prioritas VP atau Rasio Vektor Eigen adalah: VPi = ∑ ∏ ∏ = = = n i n n k ij n n k ij a a 1 1 1 VP = VP i , untuk i = 1, 2, 3....., n - Perhitungan nilai Eigen Maks λ maks , dengan rumus : VA = a ij x VA dengan VA = Va i VB = i VP VA dengan VB = Vb i dan λ maks = n 1 ∑ = n i i vb 1 untuk i = 1, 2, 3,...,n - Perhitungan indeks Inkonsistensi CI dengan rumus : CI = 1 − − n n maks λ - Perhitungan Rasio Inkonsistensi CR adalah : RI CI CR = RI = indeks acak random indeks yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sd 15 yang menggunakan sample berukuran 100 Tabel 5. Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat . Tabel 5. Nilai Indeks Acak Orde n Indeks Acak RI Orde N Indek Acak RI 1 0,00 8 1,41 2 0,00 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 12 1,56 7 1,32 14 1,57 Sumber : Saaty, 1993 b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengeruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila C Vij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka : 1 , − = ∑ i t CH CV ij ij x VWt i – 1 Untuk : i = 1, 2, 3,...,n ; j = 1, 2, 3,...,n ; t = 1, 2, 3,...,n Dimana : CH ij t,i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal. VWti-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke- t pada tingkat ke-i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal. P = jumlah tingkat hierarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i-1

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas- prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai lebih besar dari 0,1 maka mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat perbandingan berpasangan atau melakukan pengisian ulang kuesioner. Pengolahan data dari langkah satu sampai enam tidak dilakukan secara manual, sehingga tidak diperoleh matriks pendapat gabungan MPG. Setelah MPG diperoleh dilanjutkan dengan langkah ketujuh dan delapan dengan menggunakan komputer Expert choice 2000 secara horizontal. Hasil olahan komputer ini diperoleh rasio inkonsistensi. Jika rasio inkonsistensi lebih dari 10 persen, maka mutu informasi ditinjau kembali dan dapat diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan menyampaikan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuisioner dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuisioner. Jika rasio inkonsistensi kurang dari 10 persen, maka akan diperoleh prioritas kebijakan yang diutamakan. Pengolahan vertikal didapat setelah pengolahan horisontal. Prioritas inilah yang akan diajukan sebagai alternatif prioritas strategi pemasaran kepada pihak Tumaritis.

4.7. Batasan Pengukuran Data