Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai Variabel Moderating (Pada Direktorat Pelabuhan Perikanan DJPT Kementerian Kelautan dan Perikanan RI)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN

KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(PADA DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN DJPT KEMENTERIANKELAUTAN DAN

PERIKANAN RI)

OLEH

EDRIA HOTMAIDA 110503155

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai Variabel Moderating (Pada Direktorat Pelabuhan Perikanan DJPT Kementerian Kelautan dan Perikanan RI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Data yang saya peroleh dari lembaga dan saya kutip dari hasil karya penulis lain telah mendapatkan izin serta telah dicantumkan sumbernya secara jelas menurut norma dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya berikut ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2015 Yang Membuat Pernyataan

Edria Hotmaida NIM: 110503155


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN

KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(PADA DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN DJPT KEMENTERIANKELAUTAN DAN

PERIKANAN RI)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris. Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat survey. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat Eselon II, III, dan IV yang bekerja di Direktorat Pelabuhan Perikanan DJPT Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dengan jumlah responden sebanyak 104. Teknik pengumpulan data dengan teknik survey dengan menyebarkan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan bantuan Statistical Package For Social Science 21 (SPSS 21).

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda diketahui variabel kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran secara simultan signifikan dalam mempengaruhi variabel kinerja manajerial. Pengaruh yang terjadi antara kejelasan sasaran anggaran dengan variabel kinerja manajerial secara parsial signifikan. Pengaruh yang terjadi antara partisipasi anggaran dengan variabel kinerja manajerial secara parsial juga signifikan. Untuk pengujian moderasi, diketahui variabel karakteristik sistem akuntansi manajemen signifikan dalam memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial, dan ukuran perusahaan signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.

Kata kunci: Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen, Kinerja Manajerial.


(4)

ABSTRACT

EFFECT OF CLARITY AND PARTICIPATION BUDGET BUDGET TARGETS TO PERFORMANCE CHARACTERISTICS OF THE MANAGERIAL ACCOUNTING

INFORMATION SYSTEM MANAGEMENT AS MODERATING VARIABLE (DIRECTORATE OF FISHING PORTS DGPT MINISTRY OF MARINE

AND FISHING RI)

This study aimed to analyze the effect of variable budget goal clarity and budget participation on managerial performance characteristics of management accounting system as moderating variable. This study collects empirical evidence. This type of research that is classified in the research survey. The population in this study is Echelon II, III, and IV were working in the Directorate of Fishery Port DJPT Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, the number of respondents as many as 104. The data collection technique by technique survey by distributing questionnaires. The analytical method used is multiple regression analysis with the help of Statistical Package For Social Science 21 (SPSS 21).

Based on the results of data processing using multiple linear regression method known variable budget goal clarity and participation in the budget simultaneously significantly affect managerial performance variables. Influences that occur between budget goal clarity with partially variable managerial performance significantly. Influences that occur between budgetary participation and managerial performance partially variable is also significant. For testing moderation, unknown variable management accounting system characteristics significant in moderating the relationship between budget goal clarity on managerial performance, and the size of the company's significant in moderating the relationship between budgetary participation and managerial performance.

Keywords: Goal clarity Budget, Budget Participation, Characteristics of Management Accounting Systems, Managerial Performance..


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengatur dan memberi petunjuk. Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat-Nya atas limpahan Rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai Variabel Moderating (Pada Direktorat Pelabuhan Perikanan DJPT Kementerian Kelautan dan Perikanan RI)” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta Ayahanda Edy Suwarso, Ibunda Dameria Siagian, adik Rio Halomoan Kusumo Dewo dan Daniswara Salim Hawali yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berdoa dan berusaha memberikan yang terbaik selama ini, selama perkuliahan dan terlebih dalam pada penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Dapartemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan selaku Dosen Pembimbing penulis yang memberikan, bimbingan, kritik dan


(6)

saran dalam penulisan skripsi ini serta Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen penguji dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak. selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para sahabat yang penulis banggakan (Riski, Selly, Wirdha, Ruthmita, Elya, Rafika, Widhy, Ahmad, Gordon, Sadid, HMA FEB USU Periode 2014/2015, Keluarga Besar HMI FE USU), serta seluruh teman-teman angkatan 2011 S1 Akuntansi FEB USU dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terimakasih atas motivasi dan doa kalian selama ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2015 Peneliti

Edria Hotmaida NIM: 110503155


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ... 13

2.1.1 Pengertian Anggaran ... 13

2.1.2 Fungsi Anggaran ... 13

2.1.3 Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran ... 15

2.1.4 Kejelasan Sasaran Anggaran ... 16

2.1.5 Partisipasi Anggaran ... 18

2.1.6 Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen ... 19

2.1.7 Kinerja Manajerial ... 22

2.1.8 Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 24

2.1.9 Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manjemen ... 26

2.1.10 Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen ... 28

2.2 Penelitian Terdahulu ... 36

2.3 Kerangka Konseptual ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

3.3 Batasan Operasional ... 39

3.4 Definisi Operasional ... 40


(8)

3.4.2 Partisipasi Anggaran ... 40

3.4.3 Kinerja Manajerial ... 41

3.4.4 Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen ... 42

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 43

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.7 Jenis Data ... 45

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.9.1 Uji Validitas ... 46

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 46

3.10 Teknik Analisis ... 46

3.10.1 Analisis Deskriptif ... 46

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 47

3.10.2.1 Uji Normalitas Data ... 47

3.10.2.2 Uji Heteroskedasitas ... 47

3.10.2.3 Uji Multikolinearitas ... 48

3.10.2.4 Uji Autokorelasi ... 48

3.10.3 Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Instansi ... 53

4.1.1 Sejarah Ringkas ... 53

4.1.2 Visi dan Misi ... 57

4.2 Data Penelitian ... 60

4.2.1 Gambaran Umum Responden ... 60

4.2.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... ...62

4.3 Uji Kualitas Data ... 63

4.3.1 Uji Validitas ... 63

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 64

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 65

4.4.1 Uji Normalitas ... 65

4.4.2 Uji Multikolinieritas ... 68

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.4.4 Uji Autokorelasi ... 70

4.5 Pengujian Hipotesis ... 71

4.5 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Keterbatasan ... 79

5.3 Saran ... 80


(9)

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 36

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 44

Tabel 4.1 Demografi Responden ... 61

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 62

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 63

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 64

Tabel 4.5 Uji Normalitas ... 65

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas ... 68

Tabel 4.7 Uji Autokorelasi ... 71

Tabel 4.8 Uji F-test ... 72

Tabel 4.9 Uji T-test ... 73

Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi ... 74

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Karakteristik SAM Dalam Memoderasi Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 75

Tabel 4.12 Uji Signifikansi Karakteristik SAM Dalam Memoderasi Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 76


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 38

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 66

Gambar 4.2 Grafik Normal ... 67


(12)

ABSTRAK

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN

KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(PADA DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN DJPT KEMENTERIANKELAUTAN DAN

PERIKANAN RI)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris. Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat survey. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat Eselon II, III, dan IV yang bekerja di Direktorat Pelabuhan Perikanan DJPT Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dengan jumlah responden sebanyak 104. Teknik pengumpulan data dengan teknik survey dengan menyebarkan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan bantuan Statistical Package For Social Science 21 (SPSS 21).

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda diketahui variabel kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran secara simultan signifikan dalam mempengaruhi variabel kinerja manajerial. Pengaruh yang terjadi antara kejelasan sasaran anggaran dengan variabel kinerja manajerial secara parsial signifikan. Pengaruh yang terjadi antara partisipasi anggaran dengan variabel kinerja manajerial secara parsial juga signifikan. Untuk pengujian moderasi, diketahui variabel karakteristik sistem akuntansi manajemen signifikan dalam memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial, dan ukuran perusahaan signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.

Kata kunci: Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen, Kinerja Manajerial.


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF CLARITY AND PARTICIPATION BUDGET BUDGET TARGETS TO PERFORMANCE CHARACTERISTICS OF THE MANAGERIAL ACCOUNTING

INFORMATION SYSTEM MANAGEMENT AS MODERATING VARIABLE (DIRECTORATE OF FISHING PORTS DGPT MINISTRY OF MARINE

AND FISHING RI)

This study aimed to analyze the effect of variable budget goal clarity and budget participation on managerial performance characteristics of management accounting system as moderating variable. This study collects empirical evidence. This type of research that is classified in the research survey. The population in this study is Echelon II, III, and IV were working in the Directorate of Fishery Port DJPT Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, the number of respondents as many as 104. The data collection technique by technique survey by distributing questionnaires. The analytical method used is multiple regression analysis with the help of Statistical Package For Social Science 21 (SPSS 21).

Based on the results of data processing using multiple linear regression method known variable budget goal clarity and participation in the budget simultaneously significantly affect managerial performance variables. Influences that occur between budget goal clarity with partially variable managerial performance significantly. Influences that occur between budgetary participation and managerial performance partially variable is also significant. For testing moderation, unknown variable management accounting system characteristics significant in moderating the relationship between budget goal clarity on managerial performance, and the size of the company's significant in moderating the relationship between budgetary participation and managerial performance.

Keywords: Goal clarity Budget, Budget Participation, Characteristics of Management Accounting Systems, Managerial Performance..


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi persaingan yang semakin ketat merupakan tantangan dan peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar negara yang semakin terbuka menuntut pemerintah di Indonesia untuk dapat meningkatkan kinerja dan mengimplementasikan strategi bersaing yang tepat dalam setiap sektor pemerintahannya.

Kinerja merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi sektor publik, karena melalui kinerja tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi dapat dilihat. Untuk mengetahui kinerja suatu organisasi telah berjalan efektif atau tidak, dapat dilakukan uji perbandingan terhadap anggaran. Anggaran merupakan titik awal yang baik dalam menilai kinerja. Perencanaan dan penganggaran merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhitungkan dengan baik oleh pemerintah.

Kinerja sektor publik ini sebagian besar dipengaruhi oleh kinerja aparat atau manajerial. Tika (2006:121) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Mahoney dkk. (1963:106), kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf,


(15)

negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara keseluruhan. Kedua definisi ini menunjukkan bahwa setiap individu mempunyai peran yang strategis di dalam kegiatan manajerial sehingga setiap instansi dituntut untuk dapat mengoptimalkan kinerja manajerial demi tercapainya tujuan organisasi.

Kinerja sektor publik ini sebagian besar dipengaruhi oleh kinerja aparat atau manajerial. Tika (2006:121) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Mahoney dkk. (1963:106), kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara keseluruhan. Kedua definisi ini menunjukkan bahwa setiap individu mempunyai peran yang strategis di dalam kegiatan manajerial sehingga setiap instansi dituntut untuk dapat mengoptimalkan kinerja manajerial demi tercapainya tujuan organisasi.

Dalam aktivitas organisasi, anggaran merupakan dokumen rencana penggunaan dana untuk membiayai aktivitas suatu organisasi. Anggaran dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kerja, arahan penggunaan sumber daya dalam rangka pencapaian target tertentu, sarana komunikasi dan koordinasi antar karyawan/pegawai yang meliputi suatu periode waktu tertentu. Suatu organisasi, baik sektor swasta maupun pemerintah selaku organisasi sektor publik, tidak ada yang memiliki anggaran yang tidak terbatas sehingga proses penyusunan anggaran merupakan hal yang penting dalam sebuah proses perencanaan. Perencanaan sendiri merupakan pandangan ke


(16)

depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan organisasi.

Anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan dan pengendalian, tetapi juga sebagai alat koordinasi, komunikasi, evalusi kinerja dan motivasi (Hansen dan Mowen, 2000) serta alat untuk mendelegasikan wewenang atasan kepada bawahan (Hofstede, 1968). Menurut Hanson (1996), pengendalian dalam anggaran mencakup pengarahan dan pengaturan orang-orang dalam organisasi. Proses penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran, dimana pihak-pihak yang berkaitan diberi peran untuk melaksanakan kegiatan pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

Menurut Mardiasmo (2004), anggaran merupakan pernyataaan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses untuk mempersiapkan suatu anggaran. Lebih lanjut Mardiasmo (2004) mengemukakan bahwa anggaran memiliki fungsi sebagai alat penilaian kinerja. Kinerja akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Tercapainya target anggaran yang telah ditetapkan mengindikasikan adanya kinerja yang baik, demikian pula sebaliknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran anggota organisasi dalam tahap penganggaran menjadi sangat penting, karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja dapat menyimpang dari tujuan dan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Kenis (1979) mengungkapkan salah satu karakteristik sistem penganggaran adalah kejelasan sasaran anggaran yang menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran


(17)

ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Sasaran anggaran yang jelas akan membantu aparat pelaksana anggaran dalam mencapai target realisasi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kejelasan sasaran anggaran dimaksudkan untuk meningkatkan tanggung jawab setiap individu dan organisasi dalam pencapaian sasaran anggaran. Dengan ini, organisasi diharapkan agar melakukan perencanaan dan penyusunan anggaran dengan sebaik mungkin. Anggaran merupakan alat perencanaan dan pengendalian yang sangat penting bagi suatu organisasi, sehingga proses penyusunan anggaran merupakan aspek penting dalam pencapaian keberhasilan dari suatu organisasi. Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan organisasi, maka diperlukan kerjasama yang baik antara bawahan dan atasan, pegawai, dan manajer dalam penyusunan anggaran yang dinamakan dengan partisipasi anggaran.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran, yaitu top down, bottom up dan pendekatan lain yang merupakan gabungan dari kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan partisipasi. Dalam sistem penganggaran top down, rencana kerja dan anggaran bagi organisasi secara keseluruhan disusun dan ditetapkan oleh atasan/manajer puncak, dan kemudian membaginya kepada bawahan. Keuntungan menerapkan sistem tersebut adalah proses penyelenggaraan perencanaan menjadi lebih efisien karena tidak melibatkan partisipasi bawahan. Namun di sisi lain penerapan sistem penganggaran

top down dapat mengakibatkan kinerja bawahan menjadi tidak efektif karena atasan/manajer puncak kurang mengetahui potensi dan kendala yang dihadapi oleh


(18)

bawahan sehingga sering memberikan target melebihi kapasitas yang dimiliki bawahan.

Pada perkembangannya, organisasi mulai menerapkan proses penyusunan anggaran partisipatif yang merupakan kombinasi dari pendekatan top down dengan pendekatan bottom up. Penganggaran partisipatif merupakan pendekatan penganggaran yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan tersebut melibatkan bawahan dalam penyusunan anggaran yang terkait pekerjaannya sehingga tercipta kesepakatan antara rencana kerja dan anggaran dengan atasannya. Keterlibatan bawahan dalam pembuatan anggaran dipandang dapat menciptakan rasa tanggung jawab pegawai karena menselaraskan tujuan organisasi dengan tujuan para pegawainya. Tanggung jawab dan tantangan dalam proses tersebut memberikan insentif non finansial yang mengarah pada peluang pencapaian tingkat kinerja yang lebih tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazaruddin (1998), menyatakan bahwa dengan tingginya tingkat ketersediaan informasi akuntansi manajemen pada suatu organisasi, kinerja manajerial akan semakin optimal. Sebaliknya dengan rendahnya tingkat ketersediaan informasi akuntansi manajemen pada suatu organisasi, kinerja manajerial kurang optimal. Hasil penelitian dari Kunwaviah (2010) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial sedangkan Ahmad dan Fatima menunjukkan hubungan yang positif secara langsung antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Namun hasil-hasil penelitian seperti Tsui (2001), Eker (2009), dan Cheng (2012) dalam Indriani dan Nadirsyah (2014) menggunakan sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating antara


(19)

partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan berbagai hasil penelitian. Hasil penelitian Tsui (2001) menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi anggaran dan sistem akuntansi manajemen negatif untuk para manajer di wilayah China dan positif bagi para manajer di wilayah Barat. Hasil penelitian Eker (2009) dalam Indriani dan Nadirsyah (2014) menyatakan bahwa interaksi anatara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial memiliki pengaruh pada kinerja manajerial, dimana karyawan yang memiliki kinerja yang lebih tinggi memiliki lebih banyak menggunakan sistem akuntansi manajemen. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Cheng (2012) menyatakan bahwa ruang lingkup yang luas sistem akuntansi manajemen berinteraksi tidak monoton terhadap kinerja manajerial. Salah satu fungsi dari sistem akuntansi manajemen adalah sebagai sumber informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan aktivitasnya guna mencapai tujuan. Informasi manajemen sebagai salah satu poduk sistem akuntansi manajemen memiliki peranan dalam memprediksi konsekuensi yang terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan pada berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan.

Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa penganggaran sektor publik di Indonesia berdasarkan pada penganggaran berbasis kinerja, yang berarti anggaran tersebut disusun berdasarkan partisipasi aktif unit-unit organisasi pemerintah mulai level bawah sampai atas dalam menyampaikan target anggaran dan target kinerja yang disusun. Keikutsertaaan bawahan/pelaksana anggaran dalam penyusunan dan penentuan anggaran tersebut diharapkan dapat mencapai keputusan yang lebih realistis dan selaras dengan tujuan


(20)

organisasi. Selanjutnya dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, menyebutkan bahwa penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) harus menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu: penganggaran terpadu (unified budget), kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran berbasis kinerja.

Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah Indonesia merupakan suatu organisasi sektor publik yang mempunyai tujuan menyediakan layanan kepada publik dan kinerjanya merupakan jawaban dari tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Pemerintah di masa sekarang ditantang untuk memenuhi harapan kelompok pemangku kepentingan yang menuntut profesionalisme di segala bidang dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu pendorong institusi publik di masa sekarang untuk mengedepankan pengukuran kinerja sebagai salah satu gambaran profesionalisme. Kinerja sektor publik ini sebagian besar dipengaruhi oleh kinerja aparat atau manajerial. Tika (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Mahoney dkk. (1963), kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara keseluruhan. Kedua definisi ini menunjukkan bahwa setiap individu mempunyai peran yang


(21)

strategis di dalam kegiatan manajerial sehingga setiap instansi dituntut untuk dapat mengoptimalkan kinerja manajerial demi tercapainya tujuan organisasi.

Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini yakni kinerja kepala pelabuhan, kepala bidang, dan kepala seksi. Kinerja manajerial dapat menggambarkan sejauh mana tingkat pencapaian sasaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang ada dalam kementerian yang selanjutnya dapat mengindikasikan seberapa besar tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah.

Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu intitusi publik di Indonesia, telah merasakan semakin pentingnya pengelolaan kinerja di organisasinya. Hal tersebut dibuktikan dengan peran serta aktif pimpinan dalam menjadikan pengukuran kinerja sebagai suatu agenda utama kegiatan pimpinan. Rapat Pimpinan (Rapim) yang dilakukan setiap semester telah menjadi suatu ajang pembahasan materi strategis di tingkat kementerian, termasuk materi penyusunan dan penggunaan anggaran.

Peneliti telah mengamati beberapa unit-unit kerja horizontal di lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu pada Direktorat Pelabuhan Perikanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa unit kerja Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu Direktorat Pelabuhan Perikanan telah melibatkan para pegawainya, mulai dari level staf/pelaksana, kepala seksi, kepala bagian sampai dengan kepala pelabuhan dalam proses penyusunan anggaran, yaitu Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL). Hasil penyusunan anggaran yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi di Direktorat Pelabuhan


(22)

Perikanan diusulkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan akan dilanjutkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan setiap tahunnya untuk ditelaah dan ditetapkan.

Penelitian ini akan menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan sistem akuntansi manjemen sebagai variabel moderating. Dan penelitian ini akan diberi judul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Direktorat Pelabuhan Perikanan DJPT Kementerian Kelautan dan Perikanan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh positif atau negatif dan signifikan terhadap kinerja manajerial di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan secara simultan maupun parsial?

2. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif atau negatif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan?


(23)

3. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif atau negatif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan secara parsial maupun simultan.

2. Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3. Untuk mengetahui pengaruh partispasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada kantor Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian


(24)

Kelautan dan Perikanan yang beralamat di Gedung Mina Bahari II Lantai 12 Jalan Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan bagi Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengetahui arti pentingnya kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating.

Sedangkan bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama dalam kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, dan juga kinerja manajerial.

Penelitian bagi penulis juga diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta lebih mendalami dan memahami lagi mengenai kinerja manajerial, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata I pada Universitas Sumatera Utara.

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menjadi bahan acuan dan referensi dalam penelitian sejenis.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1 Pengertian Anggaran

Anthony dan Govindarajan (2005) mendefinisikan anggaran sebagai sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup periode satu tahun dan merupakan alat-alat untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian dalam organisasi. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009), anggaran adalah “rencana keuangan untuk masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya”.

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Sedangkan anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2004:61). Menurut Haryanto (2007) anggaran sektor publik merupakan rencana kegiatan dan keuangan periodik biasanya dalam satu tahun (tahun anggaran) yang berisi program dan kegiatan dan jumlah dana yang diperoleh (pendapatan dan belanja) dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1.2 Fungsi Anggaran

Mardiasmo (2004) mengemukakan bahwa anggaran memiliki fungsi sebagai alat penilaian kinerja. Anthony dan Govindarajan (2005) mendefinisikan anggaran sebagai sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup periode satu tahun


(26)

dan merupakan alat-alat untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian dalam organisasi. Perencanaan mencakup pengembangan tujuan untuk masa depan, sedangkan pengendalian berfungsi untuk menjamin agar seluruh fungsi manajemen dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Dalam kaitannya dengan organisasi sektor publik, lebih lanjut Mardiasmo (2004) mengemukakan beberapa fungsi anggaran sektor publik, antara lain : 1. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan

dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

2. Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kepada publik.

3. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian organisasi.

4. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

5. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.


(27)

Anthony dan Govindarajan (2005) mengemukakan tiga pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran, yaitu top down, bottom up dan satu pendekatan lain yang merupakan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan partisipasi. Pada pendekatan top down, atasan/manajemen puncak menetapkan anggaran yang harus dilaksanakan oleh bawahan, yaitu manajemen pusat pertanggung jawaban/pegawai. Karena tidak melibatkan bawahan, keuntungan dalam penerapan pendekatan ini adalah waktu penyusunan anggaran yang efisien, dan proses yang sepenuhnya mudah dikendalikan oleh atasan/manajemen puncak. Sedangkan kelemahannya adalah atasan/manajemen puncak kurang mengetahui kapasitas bawahan, kepentingan bawahan yang tidak terakomodir, dan kurangnya tanggung jawab dari bawahan selaku pelaksana anggaran.

Pada pendekatan bottom up, para pegawai melalui manajer pusat pertanggung jawaban, mengajukan usulan terkait anggaran kepada manajemen puncak untuk ditelaah dan ditetapkan. Keuntungan menerapkan pendekatan ini adalah adanya komunikasi dan koordinasi antar lini manajemen selama proses penyusunan sehingga lebih memungkinkan untuk mencapai kesepakatan anggaran antara atasan dan bawahan. Penerapan pendekatan bottom up ini juga mempunyai kelemahan, yaitu (i) memakan waktu yang lama, (ii) sering terjadi ketegangan dalam prosesnya dan (iii) berpotensi terjadi ketidaksesuaian antara target anggaran yang diusulkan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Untuk meminimalisir hal tersebut dibutuhkan perhatian dan pengendalian yang lebih efektif dari manajemen puncak dalam proses penelaahan dan penetapannya.


(28)

Pendekatan yang dipandang paling efektif dan mulai banyak diterapkan adalah pendekatan partisipatif, yang merupakan kombinasi antara pendekatan top down dan bottom up. Pendekatan ini melibatkan interaksi yang efektif antara manajemen puncak dan manajemen pusat pertanggung jawaban dalam menyusun anggaran. Anggaran disusun oleh setiap manajemen pusat pertanggung jawaban dengan berpedoman pada visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan organisasi. Pendekatan partisipatif dipandang menimbulkan rasa tanggung jawab dan tantangan pada pelaksana anggaran, dan dapat mengurangi kelemahan pendekatan

top down dan bottom up karena anggaran yang telah disusun dan ditetapkan terdapat kontribusi dirinya.

2.1.4 Kejelasan Sasaran Anggaran

Kenis (1979) mengungkapkan salah satu karakteristik sistem penganggaran adalah kejelasan sasaran anggaran yang menunjukkan tujuan anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Sasaran anggaran yang jelas ini tentunya akan membantu aparat pelaksana anggaran untuk mencapai target realisasi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran anggaran yang jelas juga akan mempermudah untuk menyusun target anggaran. Kemudian, target-target anggaran yang disusun akan disesuaikan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah pusat.

Penentuan sasaran anggaran secara spesifik akan membuat suatu organisasi menjadi lebih produktif dibandingkan jika tidak ada penentuan sasaran. Hal


(29)

tersebut akan mendorong pegawai untuk dapat melakukan kinerja yang terbaik. Kesenjangan anggaran merupakan tindakan bawahan yang mengecilkan kapasitas produktifnya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kinerjanya. Hal ini menyebabkan perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organisasi.

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang, dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti (Suhartono dan Mochammad, 2006).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kejelasan sasaran anggaran menggambarkan seberapa luas suatu sasaran anggaran yang selanjutnya dinyatakan secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya. Sasaran anggaran yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan, dan ketidakpuasan dari pegawai yang akan berdampak buruk terhadap kinerja manajerial.

2.1.5 Partisipasi Anggaran

Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dianggap sebagian orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi dari para anggota organisasi. Keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka


(30)

yang membuatnya. Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkat bawah memiliki suara dalam proses manajemen. Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, di mana para individual terlibat dan mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut (Supomo dan Indriantoro, 1998).

Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses demokratis dan oleh karena itu tidaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi yang otoriter. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses di mana para individu, yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982). Hampir semua studi mengenai partisipasi dalam proses manajemen menyimpulkan bahwa partisipasi menguntungkan organisasi. Namun, Backer dan Green menemukan bahwa ketika hal tersebut diterapkan dalam situasi yang salah, partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.6 Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen

Secara umum, penggunaan sistem akuntansi manajemen terbatas hanya pada informasi keuangan internal yang berorientasi historis. Namun, saat ini meningkatnya peran sistem akuntansi manajemen untuk membantu peran manajer dalam perencanaan, pengarahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan telah mengakibatkan perubahan pada sistem akuntansi manajemen. Saat ini dalam perkembangannya pada sistem akuntansi manajemen terdapat perubahan dengan


(31)

memasukan data eksternal dan non keuangan ke dalam informasi yang berorientasi masa depan. Kriteria tersebut fleksibel dan berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai manajemen. Sistem akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan umum, yaitu (1) menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, (2) menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan dan (3) menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan satuan ukuran uang, dan digunakan untuk membantu pelaksanaan operasional perusahaan (Mulyadi, 1999). Akuntansi manajemen merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengandalian organisasi. Disamping menghasilkan informasi keuangan masa lalu, akuntansi manajemen juga menyediakan informasi keuangan masa yang akan datang sebagai salah satu dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan.

Menurut Artkinson et al. (dikutip dari Atria, 2012), akuntansi manajemen menghasilkan informasi yang berguna bagi manajer dalam pembuatan keputusan yang baik. Banker et al (dalam Atris, 2012), mengemukakan secara tradisional informasi sistem akuntansi manajemen tidak hanya didominasi oleh keuangan saja, namun ada perkembangan informasi non keuangan yang juga menentukan.

Kriteria umum mengenai karakteristik informasi yang baik adalah


(32)

tidak terdapat indikator pasti mengenai karakteristik informasi yang baik, namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa karakteristik informasi yang baik menurut persepsi manajemen adalah (Chenhall dan Morris, 1986; Gul dan Chia 1994; Chia 1995; Nazaruddin 1998) :

1. Scope

Dalam melakukan tugasnya manajer membutuhkan informasi dari berbagai sumber yang sifatnya luas (Robbins, 1994). Karena itu manajer membutuhkan informasi yang memiliki cakupan yang luas dan lengkap (completeness) yang biasanya meliputi aspek ekonomi (pangsa pasar, produk domestik bruto (PDB), total penjualan) dan aspek non ekonomi misalnya kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, demografi (Chia, 1995).

2. Agregasi

Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri (Bodnar 1995). Informasi yang teragregasi akan berfungsi sebagai masukan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan, karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk mengevaluasinya, sehingga meningkatkan efisiensi kerja manajemen (Chia, 1995).

3. Integrasi

Informasi yang mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain (Nazaruddin, 1998). Informasi yang terintegrasi berperan sebagai koordinator dalam mengendalikan pengambilan keputusan yang beraneka ragam (Chia, 1995). Manfaat informasi yang terintegrasi


(33)

dirasakan penting saat manajer dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan yang akan berdampak pada bagian atau unit yang lain. 4. Timeliness

Menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai suatu kejadian. Informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut mencerminkan kondisi terkini dan sesuai dengan kebutuhan manajer (Bodnar, 1995). Informasi yang tepat waktu akan membantu manajer dalam pengambilan keputusan (Chusing, 1994)

2.1.7 Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial merupakan hasil evaluasi terhadap aktivitas manajerial yang efektif yang dilakukan melalui atasan langsung, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan. Menurut Mahoney et al (1963) dalam Ahmad dan Fatima (2008) aktivitas manajerial tersebut terdiri dari delapan dimensi mulai dari proses perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, kepegawaian, negosiasi dan perwakilan.

Variabel kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen self rating yang dikembangkan oleh Mahoney (1963), di mana setiap responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam delapan dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan, serta satu dimensi pengukuran kinerja seorang kepala dinas, kepala bagian dan kepala bidang secara keseluruhan. Kinerja manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Kinerja manajerial ini diukur dengan menggunakan indikator Mahoney (1963).


(34)

1. Perencanaan

Adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran, dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

2.Investigasi

Merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagian-bagian lain dalam organisasi melalui tukar- menukar informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja.

3. Koordinasi

Menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

4.Evaluasi

Adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.


(35)

5. Supervisi

Yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan.

6. Staffing

Yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan, dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya.

7. Negosiasi

Yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan, atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.

8. Representasi

Yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan- kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.

2.1.8 Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial

Pada sebuah kementerian dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kebutuhan publik dan mampu menanggapi lingkungannya. Pelayanan publik yang baik tercermin dalam pengukuran kinerja manajerial. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Menurut Bangun (2009:48), kinerja manajerial didefinisikan sebagai hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan dan penganggaran, penatausahaan, pelaporan,


(36)

pertanggungjawaban, dan staffing. Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah melakukan informasi akuntansi terutama untuk menentukan indikator kinerja. Indikator tersebut dapat berupa finansial maupun non finansial. Indikator kinerja yang bersifat finansial tercemin dalam anggaran. Anggaran menjadi rencana manajerial untuk menerapkan strategi organisasi dalam mengkomunikasikan tujuan organisasi, mengkoordinasikan kegiatan, dan mengevaluasi kinerja manajer publik.

Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa target yang berhasil ia capai, dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan dan dapat diukur melalui pencapaian aktivitas-aktivitas yang dibiayai oleh negara. Suatu organisasi sektor publik dikatakan mempunyai kinerja yang baik jika segala kegiatannya berada dalam kerangka anggaran dan tujuan yang ditetapkan serta mampu mewujudkan strategi yang dimiliki.

Kenis (dalam Pratiwy, 2013:3) mengungkapkan salah satu karakteristik sistem penganggaran adalah kejelasan sasaran anggaran yang menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Adanya sasaran anggaran yang jelas akan membantu aparat pelaksana anggaran dalam dalam mencapai target realisasi anggaran yang telah diitetapkan sebelumnya. Sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan untuk menyusun target anggaran. Kemudian, target-target anggaran yang disusun akan disesuaikan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah.


(37)

Penelitian mengenai partisipasi anggaran dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial merupakan suatu bidang penelitian yang banyak mengalami perdebatan dalam literatur akuntansi perilaku selama empat dasawarsa terakhir (Slamet Riyadi, 2000), sehingga banyak menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hubungan tersebut (Nur Indrianto, 1993; bambang Supomo, 1998). Kern dan Liao (1998) menyatakan bahwa partisipasi anggaran akan mempengaruhi kinerja manajerial dengan tiga cara yaitu : (1) melalui perancangan tujuan anggaran yang lebih tinggi, (2) melalui peningkatan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran serta (3) melalui keuntungan kognitif yang berasal dari pembagian informasi selama partisipasi. Pengumpulan informasi pribadi dalam proses penyusunan anggaran dari manajer tingkat bawah dapat membuat anggaran lebih akurat dan pencapaian tujuan anggaran tersebut kemungkinan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari sudut pandang perusahaan (Walter, 1988). Sehingga hipotesis yang dapat diajukan untuk pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh langsung terhadap kinerja manajerial

2.1.9 Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen

Anggaran merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari agent atau pemerintah serta merupakan proses akuntabilitas


(38)

publik (Yuhertiana, 2003). Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran. Selain itu, anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian organisasi karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi. Kenis (1979) dalam Suhartono dan Solichin (2006 : 3) mengatakan terdapat beberapa karakteristik sistem penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran.

Dalam konteks ini telah disebutkan bahwa informasi sangat dibutuhkan dalam kejelasan sasaran anggaran, adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran. Manfaat informasi menurut Romney dkk. (1992, dalam Mareta, 2012) adalah mengurangi ketidakpastian, mendukung keputusan dan mendorong lebih baik dalam hal perencanaan dan penjadwalan aktivitas kerja. Informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh manajer harus merupakan informasi yang memiliki kualitas atau karakteristik informasi yang baik sehingga pengambilan keputusan tepat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja secara kesuluruhan dan target-target yang ada dalam anggaran tercapai karena kinerja meningkat karena adanya informasi yang baik. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi.

H2 : Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen dapat memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial


(39)

2.1.10 Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen

Ada beberapa teori yang digunakan oleh para peneliti akuntansi manajemen dalam menjelaskan sistem akuntansi manajemen diantaranya teori rasional teknikal (technical-rational theory), teori kontinjensi (contingency theory) dan teori institusional (institutional theory). Teori rasional teknikal atau sering disebut juga dengan pendekatan technical rational adalah pendekatan yang umum terdapat pada buku-buku teks akuntansi manajemen (Houqe, 2003:9). Pendekatan ini didasarkan pada teori ekonomi neo klasik. Pendekatan ini menganggap akuntansi manajemen sebagai alat perhitungan (a computational decision-making tools) dalam pembuatan keputusan yang dapat membantu memaksimumkan tujuan organisasi. Menurut Anthony dalam Houqe, (2003:8) pendekatan technical rational menurut para ahli pengendalian manajemen (management control theorists) merupakan pendekatan yang dapat membantu manajer dalam membuat berbagai keputusan untuk memaksimumkan tujuan organisasi. Haque (2003:9) menyebutkan ada beberapa hal penting dalam pendekatan technical rational

diantaranya; 1) preset goal or consistent goal set,2) akuntansi digunakan sebagai alat pembuat keputusan internal (internal decision-making tool) yang digunakan untuk mengukur efisiensi alokasi sumber daya pada setiap level organisasi, 3) fokus pada birokrasi, pengendalian yang hirarkis dan alokasi sumber daya yang optimal. Pada pendekatan technical rational informasi akuntansi digunakan untuk rasionalisasi pembuatan keputusan, misalnya dengan menggunakan sistem pengendalian anggaran melalui penetapan standar. Teori kontinjensi dalam


(40)

organisasi menyatakan tidak ada model universal yang dapat diterima sebagai suatu rancangan sistem organisasi. Gordon dan Miller (1976) menyarankan untuk menggunakan teori kontinjensi dalam pengembangan sistem akuntansi manajemen. Pengembangan sistem informasi akuntansi tergantung pada lingkungan, organisasi dan gaya pembuat keputusan (Gordon dan Miller, 1976). Dengan demikian ada dua faktor yang mempengaruhi efektifitas sistem akuntansi manajemen yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Efektifitas tersebut juga sangat tergantung pada kesesuaian karakteristik sistem akuntansi manajemen dan berbagai faktor yang mempengaruhi organisasi untuk mencapai berbagai tingkat efektivitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas tersebut diantaranya faktor lingkungan dan teknologi (Waterhouse dan Tiessen, 1978); strategi bisnis (Simon, 1987). Perubahan dalam lingkungan ekternal organisasi harus merubah sistem akuntansi manajemen (Atkinson et al., 1997; Haldma dan Laats, 2002; Waweru et al., 2004). Perubahan ini dibutuhkan karena para manajer memerlukan sistem akuntansi manajemen dalam bentuk khusus yang dapat membantu untuk membuat keputusan pada ketidakpastian lingkungan dan membantu memonitor kemajuan strategi yang dilakukan. (Baines dan Langfield-Smith , 2003).

Teori institusional, Burn dan Scapens (2000) menyatakan perubahan dalam akuntansi manajemen disebabkan karena perubahan peraturan dan rutinitas dalam organisasi. Menurut Burn dan Scapens (2000) sistem akuntansi manajemen terdapat dalam rutinitas dan peraturan organisasi. Akuntansi manajemen berpotensial menjadi hal yang melembaga, perubahan dan stabilitas bukan sesuatu yang independen melainkan keduanya simultan dalam proses yang sama. Doyle


(41)

(2008) melakukan pengujian dengan menggunakan dasar pemikiran Burn dan Scapens (2000). Pada sektor publik praktik akuntansi manajemen yang baru menjadi melembaga (intitutionalized) dengan perubahan rutin dan aturan organisasi, sedangkan pada privat sektor akuntansi manajemen tidak menjadi melembaga (Doyle, 2008). Berdasarkan berbagai teori yang digunakan untuk menjelaskan sistem akuntansi manajemen memperlihatkan bahwa sistem akuntansi manajemen tidak dapat dijelaskan oleh satu teori tunggal. Penggunaan berbagai teori menjadi saling melengkapi sehingga pemahaman terhadap sistem akuntansi manajemen menjadi lebih konprehensif.

Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang terdiri atas scope, timelines, integration, dan aggregation digunakan untuk memahami informasi dari perspektif pengguna (Chenhall dan Morris,1986). Karakteristik tersebut menurut Soobaroyen and Poorundersing (2008) merupakan pengukuran yang dapat dipercaya (reliable) terhadap kualitas sistem akuntansi manajemen dan juga menggambarkan kecanggihan.

Berikut ini akan dijelaskan setiap karakteristik: Scope rangkaian kesatuan antara ruang lingkup yang sempit disatu sisi dan ruang lingkup yang luas disisi lain (Bouwens dan Abernethy, 2000). Chong dan Eggleton (2003) menyatakan informasi yang disediakan sistem akuntansi manajemen dapat dibagi menjadi dua yaitu informasi ruang lingkup yang sempit (narrow-scope information) dan informasi yang memiliki ruang lingkup yang luas (broad-scope information). Sistem akuntansi manajemen dengan informasi yang sempit hanya menggambarkan data historis dan keuangan yang hanya berfokus pada


(42)

kejadian-kejadian dalam organisasi. Informasi yang sempit hanya memadai untuk fungsi perkerjaan statis karena hanya ada aturan dan prosedur yang hanya cukup untuk efektifitas kinerja. Informasi semacam ini berfungsi untuk membuat keputusan lingkungan organisasi yang dapat diprediksi, stabil dan untuk pekerjaan- pekerjaan rutin. Biasanya informasi yang sempit dihasilkan oleh sistem akuntansi tradisional.

Broadscope information, terdiri dari data internal, eksternal, kuantitatif, kualitatif, keuangan dan non keuangan yang berorientasi masa lalu dan masa yang akan datang (Gordon, 2000; Mia dan Winata, 2008).Informasi yang memenuhi karakteritik tersebut adalah informasi yang diperlukan oleh manajer dalam membuat keputusan manajerial yang bersifat tidak rutin karena tidak dapat memprediksi lingkungan yang sangat dinamis (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi yang demikian juga mampu membuat para manajer memahami hubungan antar input dan output (Abernethy dan Guthrie, 1994) dan juga dapat dijadikan penilaian tujuan antara setiap bagian konsisten satu sama lain.

Broadscope information juga dapat membantu manajer membandingkan biaya dari berbagai alternatif keputusan, mengarahkan pengembangan strategi, mengevaluasi strategi yang ada, fokus pada usaha yang mengarah pada perbaikan kinerja dan mengevaluasi kontribusi dan kinerja unit organisasi dan anggota yang berpartisipasi dalam proses anggaran (Kaplan, 1998; Sprinkle, 2003). Ruang lingkup luasnya informasi dapat digunakan sebagai informasi “pengarah perhatian” atau “attention directing” dan sebagai informasi untuk “memecahkan masalah” atau “problem solving” (Chenhall dan Morris; 1986; Tsui , 2001) yang dapat membantu para manajer. Informasi yang digambarkan oleh sistem akuntansi


(43)

manajemen dapat dikatagorikan ke dalam tiga parameter; yaitu fokus, kuantifikasi dan horizon waktu (Gordon dan Miller, 1976; Gordon dan Narayanan, 1984; Chenhall dan Morris, 1986). Broadscope information menfasilitasi pengendalian dan evaluasi melalui pelaporan data non financial yang berkaitan dengan perilaku bawahan. Informasi non financial ini yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan fungsi pengendalian bagi setiap karyawan dalam memenuhi target organisasi (Lillis, 2002).

Timelines merupakan informasi yang tepat waktu (timelines)

menggambarkan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan dan mengambarkan frekuensi pelaporan informasi. Karakteristik timelines, ini dapat mengurangi ketidakpastian (uncertainty) karena mampu membuat manajer secara terus menerus menyesuaikan aktivitasnya untuk merespon perubahan yang diinginkan oleh setiap bahagian dalam organisasi. Sistem akuntansi manajemen dengan informasi yang tepat waktu akan mampu melaporkan kejadian-kejadian dan menyediakan informasi secepat mungkin sebagai umpan balik untuk membuat keputusan (Chenhall dan Morris, 1986).

Agregation menyediakan ringkasan informasi pada area fungsional (seperti ringkasan laporan kegiatan unit usaha lain, atau fungsi lain dari organisasi), selama periode tertentu (misalnya bulan, tahun) atau melalui model keputusan (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi diagregasikan pada tingkat fungsional yang ada baik informasi mengenai outcome ataupun hasil dari keputusan yang telah dibuat oleh bagian yang lain.Dimensi ini membuat para manajer mampu memproses informasi dalam jumlah yang besar, mempadatkan informasi dalam format yang dapat


(44)

diproses secara cepat dan dapat meningkatkan jumlah informasi yang diproses dalam waktu tertentu serta dapat mengurangi informasi yang overload. Informasi yang memenuhi karakteristik ini memungkinkan manajer mempertimbangkan beberapa alternatif dan membuat pemahaman yang lebih baik terhadap hubungan input dan output baik di dalam departemen maupun antar departemen. Dengan demikian kemungkinan solusi pemecahan masalah ditemukan yang akan mengoptimalkan organisasi secara keseluruhan.

Integration memberikan peran koordinasi antar sub unit yang saling ketergantungan. Informasi yang terintegrasi dapat mengurangi ketidakpastian, mendorong pembelajaran, mendapatkan ide-ide. Hal ini juga memungkinkan bagi para manajer untuk belajar bagaimana menyesuaikan produk dan metode produksi yang sesuai dengan departemen lainnya dan juga memungkinkan manajer memahami tujuan yang berbeda, pada unit pengambilan keputusan yang berbeda secara lebih baik (Bouwens dan Abernethy, 2000).

Dalam penelitian ini hubungan sistem akuntansi manajemen dengan kinerja dapat dijelaskan melalui teori technical rational. Pada teori technical rational

informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi manajemen, terutama pada organisasi pemerintahan, dapat membantu alokasi sumber daya secara efisien dan efektif (Houge, 2003). Pada pendekatan ini mengambarkan, apabila organisasi berubah maka, sistem akuntansi manajemen juga akan berubah. Sistem akuntansi manajemen yang baru akan memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat keputusan (Moll, 2000). Oleh karena itu, sistem akuntansi manajemen


(45)

merupakan bagian, struktur, dan elemen organisasi yang membentuk sistem pengendalian manajemen (Simon, 1990).

Kinerja manajerial adalah kinerja manajer dalam memimpin unitnya yang dapat diukur dari bagaimana manajer tersebut menjalankan fungsi manajerialnya seperti planning, organizing, staffing, leading and controlling (Weihrich & Koontz, 2000). Kinerja manajerial mengambarkan derajat kesuksesan yang dicapai oleh seorang individu (Mahoney, Jerdee dan Carroll, 1963). Penekanan teori

technical rational terlihat pada manfaat pengunaan sistem akuntansi manajemen yaitu memberikan informasi untuk membantu para pembuat keputusan (manajemen) dalam melaksanakan fungsinya, seperti planning, organizing, staffing, leading and controlling, sehingga, mengidentifikasi kinerja manajerial menurut pandangan teori ini, sekaligus menunjukkan fungsi sistem akuntansi manajemen. Untuk memastikan bahwa sistem akuntansi manajemen yang ada, dapat membantu manajemen, maka diperlukan karakteristik tertentu yang mengambarkan kualitas sistem akuntansi manajemen tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua karakteristik broadscope, timelines, agregation dan integration mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial (Mia dan Clarke, 1999; Chia, 1995; dan Soobaroyen dan Poorundersing, 2008). Karakteristik broadscope dan timelines mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial (Tsui, 2001; Eker, 2009; Etemadi et al, 2009). Karakteristik broadscope dan agregatian (Gul dan Chia, 1994) dan karakteristik broad scope mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial (Mia 1993; Chong dan Chong (1997). Beberapa peneliti lainnya menyatakan sistem


(46)

informasi bertindak sebagai sistem pembelajaran bagi perbaikan kinerja manajer (Ferris dan Haskins, 1988), kinerja yang tinggi diakibatkan dari ketersediaan informasi yang dibutuhkan (Hiromoto, 1988). Penelitian yang dilakukan Macintosh dan Williams (1992) pada sektor publik juga menyimpulkan bahwa sistem informasi dan akuntansi sangat bernilai untuk menjalankan berbagai peran manajerial.

Hasil penelitian Tsui (2001) menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi anggaran dan sistem akuntansi manajemen negatif bagi manajer berkebangsaan China dan positif bagi manajer barat. Hasil penelitian Eker (2009) menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi anggaran dan sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial dimana karyawan yang memiliki kinerja yang lebih tinggi, lebih banyak menggunakan sistem akuntansi manajemen. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cheng (2012) menyatakan

broadscope sistem akuntansi manajemen berinteraksi secara non- monotonik terhadap kinerja manajerial. Broadscope sistem akuntansi manajemen memoderasi secara positif hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial jika broad scope sistem akuntansi manajemen tinggi dan broad scope

sistem akuntansi manajemen memoderasi secara negatif jika broad scope sistem akuntansi manajemen rendah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa secara umum sistem akuntansi manajemen memoderasi hubungan antara partispasi anggaran dan kinerja manajerial. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:


(47)

H3 : Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen dapat memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.

2.2 Penelitian Terdahulu

Review atas penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1 Kunwaviah Nurcahyani (2010) Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Variabel Independen: Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Variabel Dependen: Kinerja SKPD

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, komitmen organisasi juga tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu. 2 Atria Maharani (2011) Pengaruh Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial dengan Ketidakpastian Lingkungan dan Strategi Bisnis Sebagai Variabel Moderating Variabel Independen: Pengaruh Partisipasi Anggaran, Variabel Dependen: Kinerja Manajerial Variabel Moderasi: Ketidakpastia n Lingkungan dan Strategi Bisnis

Peneliti menemukan hubungan yang positif antara karakteristik informasi akuntansi manajemen dengan kinerja manajerial, namun dengan adanya pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Strategi Bisnis terhadap

hubungan informasi akuntansi manajemen dan kinerja manajerial menjadi saling menguatkan.


(48)

3 Suhartono (2006) Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi PEMDA Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi Variabel Independen: Kejelasan Sasaran Anggaran Variabel Dependen: Sasaran Anggaran Variabel Moderasi: Komitmen Organisasi

kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif signifikan terhadap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah sehingga adanya kejelasan sasaran anggaran akan mengurangi terjadinya

senjangan anggaran. Selain itu, komitmen organisasi berperan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran instansi pemerintah daerah.

4 Ahmad dan

Fatima (2008) Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Variabel Independen: Partisipasi Anggaran Variabel Dependen: Kinerja Manajerial

Panelitian ini dilakukan kepada 111 pengelola anggaran di Kementerian Pertahanan Malaysia dengan tingkat respon sebesar 74 %. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif secara langsung antara partisipasi anggaran dan kinerja.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti. Model penelitian ini menunjukkan pengaruh antara fakto-faktor sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating dalam hubungannya antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Bahwa manajemen dengan sistem akuntansi manajemen yang baik akan mempengaruhi kinerja manajerial. Partisipasi anggaran merupakan mekanisme komunikasi dan pertukaran informasi yang memungkinkan manajemen untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang pekerjaan mereka. Partisipasi memungkinkan mereka memperbaiki kesalahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajerial.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


(49)

H3

H1 H2

Partsipasi Anggaran (X2)

Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi

Manajemen (X3)

Kinerja Manajerial (Y)

Kejelasan Sasaran Anggaran


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang berguna untuk mengukur hubungan antara variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan apakah ada pengaruh antara partisipasi anggaran sebagai variabel independen dan karakteristik sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating terhadap kinerja manajerial di Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebagai variabel dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara langsung pada kantor Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang beralamat di Gedung Mina Bahari II Lantai 12 Jalan Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat. Dengan jangka waktu penelitian bulan September 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesalahan dalam membahas dan menganalisis permasalahan dqqalam penelitian ini, dapat dibagi dalam suatu batasan operasional, antara lain:


(51)

b. Variabel moderating (X2) adalah Partisipasi Anggaran c. Variabel moderating (X3) adalah Karakteristik SAM d. Variabel dependen (Y) adalah Kinerja Manajerial.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah operasionalisasi konsep agar dapat diteliti atau diukur melalui gejala-gejala yang ada. Definisi operasional yang digunakan untuk penelitian ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris yang meliputi:

3.4.1 Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan salah satu karakteristik sistem penganggaran yang menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Sasaran anggaran yang jelas akan membantu aparat pelaksana anggaran dalam mencapai target realisasi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. (Kenis, 1979).

3.4.2 Partisipasi Anggaran

Partisipasi merupakan konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya. Partisipasi anggaran diukur dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh Milani (1975) yang diadopsi dari penelitian Mirna dan Nadirsyah (2014). Terdiri dari enam pertanyaan terkait dengan partisipasi


(52)

responden pada penyusunan anggaran. Variabel partisipasi anggaran dalam penelitian ini merupakan variabel konstruk yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu variabel independen ini diukur oleh indikator-indikator pertanyaan dalam bentuk skala Likert (Ghozali, 2007). Jawaban responden didesain menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban dari satu sampai dengan lima untuk setiap pertanyaan. Alternatif jawaban 1 menunjukkan partisipasi yang rendah sedangkan alternatif jawaban 5 berarti memiliki partisipasi tinggi.

3.4.3 Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial merupakan hasil evaluasi terhadap aktivitas manajerial yang efektif yang dilakukan melalu atasan langsung, rekan kerja, diri sendiri dan bawahan dalam organisasinya. Untuk mengukur kinerja manajerial dalam penelitian ini akan menggunakan instrumen pertanyaan yang dikembangakan oleh Mahoney et al. (1965) yang di adopsi dari penelitian Mirna dan Nadirsyah (2014). Pertanyaan ini terdiri dari sembilan pertanyaan yang diukur dari delapan dimensi kinerja sebagai berikut : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara keseluruhan.


(53)

Menurut Artkinson et al (1963), sistem akuntansi manajemen didefinisikan sebagai sistem informasi yang mengumpulkan, memproses, menyimpan dan melaporkan data operasional dan keuangan kepada pengguna informasi. Informasi sistem akun tansi manajemen didefinisikan sebagai suatu informasi formal yang telah didesain untuk mempermudah pengambilan keputusan dan mengevaluasi aktivitas manajerial dan memenuhi karakteristik informasi SAM yaitu broad scope, timeliness, agregation, dan integration (Chenhall). Untuk mengukur karakteristik sistem akuntansi manajemen dalam penelitian ini akan menggunakan instrumen pertanyaan yang dikembangakan oleh Chenhall dan Morris yang di adopsi dari penelitian Mirna dan Nadirsyah (2014). Variabel informasi sistem akuntansi manajemen dapat diukur dengan menggunakan dua puluh satu item pertanyaan yang akan diajukan kepada responden dan jawaban pertanyaan didesain menggunakan skala likert, skala yang digunakan satu sampai dengan lima.

Dari variabel-variabel (X1, X2, X3, dan Y) di atas, maka dirancang kuesioner mengenai partisipasi anggaran, karakteristik sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Indikator-indikatornya dapat dilihat dalam tabel operasionalisasi variabel pada Tabel 3.1. berikut ini:

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Kejelasan

Sasaran Anggaran

(X1)

Kejelasan sasaran anggaran merupakan salah satu karakteristik sistem penganggaran yang

menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan

1.Tujuan 2.Kinerja 3.Standar 4.Jangka Waktu 5.Sasaran Prioritas 6.Tingkat Kesulitan 7.Koordinasi Likert


(54)

dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.

Partisipasi Anggaran

(X2)

Partisipasi merupakan konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu

bersama atasannya.

1.Keterlibatan dalam penyusunan anggaran 2. Keterlibatan dalam merevisi anggaran 3.Pemberian opini dalam menyusun anggaran 4. Pengaruh pada anggaran yang telah ditetapkan

5.Kontribusi dalam penganggaran 6. Pemberian opini bawahan terhadap atasan dalam menyusun anggaran Likert Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen (X3)

Karakteristik Informasi SAM yang terdiri atas broadscope, timeliness, integration, dan

aggregation digunakan untuk memahami informasi dari perspektif pengguna.

1.Broadscope

2.Timeliness

3.Level of Agregation

4.Integrative Likert

Kinerja Manajerial

(Y)

Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negoisasi, perwakilan, dan kinerja secara keseluruhan.

1.Perencanaan 2.Investigasi 3.Pengkoordinasian 4.Evaluasi 5.Pengawasan 6.Pemilihan Staff 7.Negosiasi 8.Perwakilan Likert

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan penulis adalah menggunakan skala likert, yaitu dengan menyusun pertanyaan atau pernyataan yang masing – masing item diberi range skor. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi


(55)

seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Skala likert menggunakan lima tingkat jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Skala Score

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono (2010)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat eselon II, III, dan IV yang paling berperan dalam proses penyusunan anggaran, dan telah menjabat sebagai Kepala Pelabuhan, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera dan Pelabuhan Perikanan Nusantara, Direktorat Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.


(1)

DATA RESPONDEN

1. Nama

:

2. Umur

:

Tahun

3. Jenis Kelamin

:

Laki-laki

Perempuan

4. Pendidikan Ditamatkan

: Diploma 3

Strata 1

Strata 2

Lainnya

5. Lama Bekerja

:

Tahun/bulan

6. Bagian/Departemen

:

7. Jabatan/Pekerjaan

:

8. Masa kerja pada jabatan sekarang :

Tahun/bulan

Petunjuk Pengisian

:

a.

Isilah semua nomor dalam angket ini dan sebaiknya jangan ada yang terlewatkan.

b.

Pengisian jawaban cukup dengan memberi tanda (X) pada pernyataan yang

dianggap sesuai dengan pendapat responden (satu jawaban dalam setiap nomor

pernyataan).

c.

Pilhan jawaban :

1. Sangat Setuju (SS)

2. Setuju (S)

3. Ragu-Ragu (RR)

4. Tidak Setuju (TS)

5. Sangat Tidak Setuju (STS)


(2)

No.

Pertanyaan

SS

S

RR

TS

STS

1

Bapak/Ibu memahami persis apa yang

harus Bapak/Ibu lakukan dalam pekerjaan

Bapak/Ibu.

2

Bapak/Ibu mengerti tujuan Rencana Kerja

dan Anggaran (RKA) yang didefinisikan

secara jelas dan komprehensif.

3

Bapak/Ibu menyadari bahwa tujuan

Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

merupakan hal yang penting dan perlu

diprioritaskan.

4

Tujuan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) secara umum cukup jelas dan tidak

membingungkan.

5

Jika Bapak/Ibu mempunyai lebih dari satu

sasaran untuk dicapai, Bapak/Ibu

mengetahui mana yang paling penting dan

yang kurang penting.

6

Menurut Bapak/Ibu, tujuan Rencana Kerja

dan Anggaran (RKA) disesuaikan dengan

Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

7

Dalam instansi ini, tim bekerja sama untuk

mencapai sasaran.

Partisipasi Anggaran

No.

Pertanyaan

SS

S

RR

TS

STS

1

Dalam menyusun anggaran, program dan

kegiatan, semua pihak ikut dilibatkan.

2

Bapak/Ibu diberikan banyak kesempatan

untuk ikut dalam penyusunan anggaran.

3

Bapak/Ibu memberikan banyak informasi

dalam pelaksanaan anggaran.

4

Seluruh pihak dalam organisasi terlibat

dalam partisipasi anggaran sangat besar.


(3)

5

Bapak/Ibu memiliki pengaruh yang kuat

terhadap proses penyusunan rencana

anggaran.

6

Pendapat Bapak/Ibu diterima ketika

menetapkan perencanaan anggaran di

satuan unit kerja.

7

Karena kendala waktu, Bapak/Ibu sering

menetapkan anggaran yang tidak sesuai

dengan rencana anggaran di satuan unit

kerja.

KarakteristikSistemAkuntansi Manajemen

Broadscope

No.

Pertanyaan

SS

S

RR

TS

STS

1

Bapak/Ibu selalu menerima informasi yang berkaitan dengan program baru di

departemen masing-masing.

2

Bapak/ Ibu menerima informasi non ekonomi, seperti keinginan publik, lembaga swadaya masyarakat dan tuntutan masyarakat.

3

Bapak/Ibu menerima informasi produktivitas, seperti bagaimana pelayanan yang diberikan pada masyarakat.

4

Bapak/ Ibu mengolah informasi layanan publik seperti luasnya layanan yang dapat diberikan.

5

Bapak/Ibu menerima informasi mengenai kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang (dalam bentuk probabilitas dan estimasi)

Timelines

No.

Pertanyaan

SS

S

RR

TS

STS

1

Bapak/Ibu memberikan informasi yang tersedia seketika diminta

oleh publik.


(4)

2

Bapak/ibu menerima informasi secara otomatis dan informasi tersebut diterima dari sistem informasi.

3

Bapak/Ibu memberikan laporan secara berkala, misalnya harian, mingguan, bulanan dsb.

4

Bapak/Ibu menerima informasi yang diberikan oleh departemen lain berupa ringkasan laporan yang diperlukan yang berkaitan dengan departemen Bapak/Ibu.

5

Tidak ada penundaan waktu antara apa yang

terjadi dengan informasi yang relevan yang diberikan kepada bapak/ibu

Agregation

No.

Pertanyaan

SS

S

RR

TS

STS

1

Bapak/Ibu memberikan informasi mengenai dampak kegiatan yang dilakukan pada periode waktu tertentu (misalnya bulanan, triwulan, tahunan, dan dalam perbandingan)

2

Bapak/Ibu menerima informasi laporan

analisis aliran kas (rancangan anggaran kas).

3

Bapak/Ibu membuat laporan analisis

incremental dan analisis marginal dalam proses penyusunan anggaran (misalnya alasan penambahan atau pengurangan anggaran).

4

Bapak/Ibu menerima informasi mengenai

kebijakan yang ditetapkan

5

Bapak/Ibu memungkinkan menganalisa keputusan yang akan diambil.

Integration

No.

Pertanyaan

SS

S

RR

TS

STS

1

Bapak/Ibu memberikan informasi mengenai dampak keputusan depratemen lain pada departemen yang menjadi tanggungjawab bapak/ ibu.

2

Bapak/Ibu memberikan informasi akibat dari keputusan departemen lain dan tersedia di seluruh bagian.


(5)

3

Bapak/Ibu menerima informasi mengenai target semua kegiatan pada setiap departemen dalam organisasi bapak/ibu.

4

Bapak/Ibu menerima informasi mengenai dampak keputusan yang bapak/ibu lakukan terhadap kinerja organisasi bapak/ibu.

Kinerja Manajerial

No. Pertanyaan SS S RR TS STS

1 Bapak/Ibu berperan dalam penentuan tujuan, kebijakan, rencana kegiatan seperti

penjadwalan kerja, penyusunan anggaran, dan penyusunan program.

2 Bapak/Ibu berperan dalam pengumpulan dan penyiapan informasi yang biasanya berbentuk catatan dan laporan.

3 Bapak/Ibu ikut berperan dalam tukar menukar informasi dalam organisasi untuk

mengkoordinasikan dan menyesuaikan laporan.

4 Bapak/Ibu berperan dalam mengevaluasi dan menilai rencana kerja yang diamati pada unit/sub unit saya.

5 Bapak/Ibu berperan dalam mengevaluasi dan menilai laporan kinerja yang diamati pada unit/sub unit saya.

6 Bapak/Ibu berperan dalam mengevaluasi dan menilai kinerja yang diamati pada unit/sub unit saya.

7 Bapak/Ibu berperan dalam mewakilkan organisasi saya untuk berhubungan dengan pihak lain diluar organisasi.

8 Bapak/Ibu

melaksanakan berbagai kegiatan

dalam masyarakat dalam rangka


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening pada Kawasan Industri Medan

2 63 137

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Keadilan Distributif Terhadap Kinerja Manajerial

3 17 66

Pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial

1 9 499

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dengan komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi

0 3 24

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 5 98

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.Pismatex).

0 2 8

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 2 21

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA SURABAYA.

0 0 88