a Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum belajar diperlukan adanya pengukuran
antara perilaku sebelum dan sesudah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan perilaku, misalnya terjadi perubahan perilaku dari perilaku
buruk menjadi perilaku baik, dari perubahan perilaku tersebut menunjukan bahwa telah terjadi proses belajar
. Dalam kegiatan belajar disekolah, mengacu
pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan peserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai diajarkan oleh
guru. b Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
Pengalaman dalam pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial.
c Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang sukar untuk diukur.
Perilaku itu dapat berlangsung selama satu hari, satu bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Dari beberapa pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah Perilaku atau tindakan kompleks yang dilakukan seseorang berkaitan dengan proses
praktek atau pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang kemudian bisa merubah perilaku seseorang yang melakukan kegiatan belajar itu sendiri.
2.1.2 Teori-Teori Belajar
1. Teori Gestalt
Teori Gestalt dikemukakan oleh Koffika dan Kohler dari Jerman, dalam teori ini terdapat hukum pengamatan dan hukum dalam belajar. Inti dari teori ini adalah
sesuatu yang penting dalam belajar yaitu adanya response yang tepat untuk memecahkan problem atau masalah yang dihadapi. Terdapat prinsip-prinsip belajar
yang berjumlah delapan prinsip. Keseluruhan prinsi-prinsip tersebut berkaitan dengan proses belajar yang menekankan bahwa belajar merupakan kegiatan mengtransfer
pengetahuan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkembang Slameto, 2010: 9.
2. Teori Belajar Menurut J.Bruner Dalam teori J. Bruner lebih menekankan pada lingkungan tempat belajar
peserta didik, dalam hal ini sekolah dituntut untuk menyediakan lingkungan belajar yang bisa memberikan kesempatan kepada peserta didik dapat dengan cepat
menyesuaikan kemampuan dengan mata pelajaran yang dipelajari. Lingkungan yang dimaksud oleh J. Bruner yaitu “ discovery learning environment ” yang merupakan
suatu tempat dimana peserta didik bisa melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru Slameto, 2010: 11. Misalnya dalam sebuah pelajaran mengharuskan peserta
didik untuk melakukan praktek membuat website, maka sekolah harus menyediakan suatu ruangan yang memungkinkan peserta didik bisa membuat website, seperti lab.
Komputer. Sedangkan dalam pelajaran sejarah agar peserta didik lebih bisa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, sekolah dituntut membuat history
room yang berisi replika peninggalan sejarah, miniature candi atau hal-hal yang
berkiatan dengan sejarah agar peserta didik bisa melihat secara langsung peninggalan sejarah dan tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
3. Teori Belajar dari Piaget Teori belajar Piaget menekankan pada perkembangan proses belajar anak
berbeda dengan orang dewasa, karena anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa, mereka mempunyai cara untuk menyatakan kenyataan dan
menghayati dunia sekitarnya. Terdapat tahapan-tahapan perkembangan mental anak yang dalam proses
perkembanganya setiap anak mempunyai perkembangan mental yang berbeda. Secara garis besar ada tiga tahapan yaitu: berpikir intutif, beroperasi secara konkret dan
beroperasi secara formal Slameto, 2010: 12. 4. Teori Belajar Gagne
Teori ini mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dan penguasaan pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan
tingkah laku. Segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu: keterampilan motoris, informasi verbal, kemampuan intelektual,
strategi kognitif dan sikap Slameto, 2010: 13. 5. Teori belajar Konstruktivistik
Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Seymour Papert. Awalnya teori ini kurang mendapat perhatian, karena adanya pandangan bahwa anak yang bermain
dipandang tidak memiliki tujuan apapun. Akan tetapi dewasa ini teori konstruktivistik mempunyai pengaruh yang luas dalam pendidikan modern. Inti dari teori ini peserta
didik menemukan dan mentransfer informasi kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Teori ini menggambarkan bagaimana belajar itu
terjadi pada individu Anni, 2009: 226. Teori belajar ini sering dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran yang meningkatkan kegiatan belajar aktif.
Penelitian ini menggunakan teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dan Gestalt, Gagne yang mengatakan belajar merupakan proses dimana individu
memperoleh motivasi dan penguasaan pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Sedangkan teori gestalt yang mengatakan bahwa perlu adanya respons
yang tepat untuk memecahkan masalah yang ada. Teori-teori tersebut tetap digunakan dalam penelitian ini, karena isi dari teori tersebut sesuai dengan pemikiran peneliti,
dimana dalam proses pembelajaran tentunya terdapat pengetahuan baru yang didapatkan oleh peserta didik, disisi lain dalam proses pembelajaran tidak selalu
berjalan efektif. Hal ini disebabkan karena prosesnya terdapat masalah-masalah yang menjadikan pembelajaran tidak efektif. Dalam penelitian ini dikatakan pembelajaran
sejarah yang dilakukan di SMA N 8 Semarang tidak berjalan efektif karena kemampuan berpikir kritis peserta didik tergolong rendah, hal ini menyebabkan
proses pembelajaran berjalan hanya satu arah. Melihat masalah tersebut peneliti berusaha memecahkan masalah dalam pembelajaran sejarah dengan menerapkan
pendekatan Problem Posing Learing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Diharapkan dengan kemampuan berpikir kritis yang tinggi dari peserta
didik bisa menjadikan pembelajaran sejarah lebih efektif.
2.2 Problem Posing Learning