Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu 1 mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan 2 mengacu pada asumsi
yang tidak dinyatakan. 5
Dugaan dan Keterpaduan Supposition and Integration Tahap ini terbagi menjadi dua indikator 1 mempertimbangkan dan
memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa
ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan 2 menggabungkan kemampuan-
kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mem- pertahankan sebuah keputusan.
2.5 Kerangka Berpikir
Pelajaran sejarah selama ini sering dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena pelajaran sejarah hanya berhubungan dengan rangkaian
peristiwa dan rentetan angka tahun, ditambah lagi metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang inovatif, dalam pembelaran sejarah seringkali guru
menggunakan metode ceramah. Padahal dalam pelaksanaan metode ceramah kurang efektif karena pembelajaran hanya berpusat pada guru, peserta didik hanya menerima
materi yang diajarkan guru tanpa ada peran aktif. Kemampuan berpikir kritis peserta didik juga turut mempengaruhi keefektifan pembelajaran.
Dari pengalaman di lapangan kemampuan berpikir kritis peserta didik bisa dikatakan rendah, hal ini terlihat dalam proses pembelajaran ketika guru menjelaskan
materi pelajaran sedikit sekali peserta didik yang mengajukan pertanyaan ataupun menanggapi pernyataan yang diungkapkan oleh guru. Agar pembelajaran menjadi
lebih efektif perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Pendekatan Problem Posing Learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir kritis yang diawali dengan pengajuan masalah atau soal dari peserta didik.
Secara umum pendekatan Problem Posing Learning pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan masalahsoal yang
dari masalahsoal tersebut dapat menggali ide-ide dan kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk mempermudah menyelesaikan masalahsoal tersebut.
Dalam hal ini penulis mengatakan jika terdapat dua kelas berbeda yaitu: kelas eksperimen, kelas yang diajar dengan pendekatan Problem Posing Learning dan
kelas yang diajar dengan merode ekspositori, maka diduga hasil belajar kelas yang diajar dengan pendekatan Problem Posing Learning lebih baik dibandingkan dengan
kelas yang diajar dengan metode ekspositori. Dengan ketercapaian KKM kelas yang diajar dengan pendekatan Problem
Posing Learning lebih dari atau sama dengan 85 dari banyaknya peserta didik di kelas tersebut.
Untuk lebih jelasnya berikut bagan kerangka berpikir Bagan kerangka berpikir 2.1
2.6 Hipotesis Penelitian