Pengolahan dan Analisa Data

pengusaha. Informasi status nasabah sebagai pengusaha didapat pada saat bertransaksi maupun setelah bertransaksi. Namun karena keberadaannya yang menyebar di DKI Jakarta, maka akan diambil sebanyak 50 responden atau sebanyak 20 dari pengusaha kecil menengah pengguna layanan BNI Phoneplus yang melakukan transaksi perbankan sebanyak ≥ 20 transaksi dalam sebulan. Selain itu juga 20 pengusaha kecil menengah bukan pengguna layanan BNI Phoneplus 50 responden. Penentuan responden didasarkan pada penilaian subjektif bahwa responden tersebut dapat mewakili populasi dalam kajian ini. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement sampling, yaitu sampel yang tidak berdasarkan probabilitas, dimana dilakukan penilaian judgement untuk memilih anggota populasi yang dinilai paling tepat sebagai sumber informasi yang akurat Kotler, 1997.

c. Pengolahan dan Analisa Data

Dalam mengukur perilaku pengusaha kecil menengah terhadap penggunaan layanan BNI Phoneplus, akan digunakan pendekatan multiatribut model Fishbein, dengan atribut yang telah ditentukan sebelumnya. Atribut-atribut tersebut disusun dalam format tipe Likerts yang digunakan sebagai survei kepada responden. Pertanyaan terbagi dalam lima bagian yang masing-masing mempunyai kepentingan pengukuran yang berbeda. Pada bagian pertama yaitu data demografi, menunjukkan identitas responden. Bagian ke dua menyangkut komponen evaluasi evaluation yang berkenaan dengan transaksi perbankan secara umum dan komponen keyakinan belief yang berkenaan dengan penggunaan layanan BNI Phoneplus, dengan menggunakan skala Likert untuk meminta persetujuan responden. Bagian ke tiga, untuk mengetahui sikap responden terhadap layanan BNI Phoneplus secara umum. Bagian ke empat, untuk mengetahui penilaian responden terhadap tingkat kepentingan atribut-atribut BNI Phoneplus, serta bagian ke lima berisi saran dan tanggapan responden terhadap layanan BNI Phoneplus. Model Sikap Multiatribut Fishbein secara singkat menyatakan bahwa sikap seorang konsumen atau nasabah terhadap suatu objek ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Model ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap konsumen atau nasabah terhadap berbagai jenis merek atau layanan dari suatu produk barang atau jasa. Komponen e i mengukur evaluasi kepentingan atribut-atribut yang dimiliki objek tersebut. Konsumen atau nasabah belum memperhatikan layanan suatu produk dan jasa ketika mengevaluasi tingkat kepentingan atribut tersebut. Komponen b i mengukur kepercayaan konsuemen atau nasabah terhadap atribut yang dimiliki oleh masing-masing produk jasa tersebut. Konsumen atau nasabah memperhatikan layanan suatu produk jasa ketika mengevaluasi atribut yang dimiliki oleh masing-masing layanan tersebut Sumarwan, 2003. Model sikap Fishbein mengemukakan penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada perangkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut objek bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut. Secara simbolis rumus model sikap Fishbein diformulasikan dalam rumus sebagai berikut : ∑ = = n i i e i b o A 1 Dimana : Ao = sikap keseluruhan konsumen terhadap obyek yaitu BNI Phoneplus b i = kekuatan kepercayaan konsumen bahwa BNI Phoneplus memiliki atribut i e i = evaluasi konsumen mengenai atribut i n = jumlah atribut yang relevan Atribut adalah karakteristik dari objek sikap Ao. Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa suatu produk memiliki atribut tertentu. Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap berbagai atribut yang dimiliki suatu merek dan produk yang dievaluasinya, langkah ini digambarkan oleh bi yang mengukur kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki BNI Phoneplus. Evaluasi adalah evaluasi baik atau buruknya suatu atribut yaitu menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi konsumen. Atribut-atribut yang akan dievaluasi adalah atribut yang sudah diuji dengan uji validitas. Setelah diidentifikasi atribut yang menonjol dari BNI Phoneplus, kemudian dilakukan pengukuran b i dan e i yang tepat. Komponen e i menggambarkan evaluasi atribut, yaitu komponen yang menjelaskan seberapa besar sikap penilaian konsumen terhadap atribut secara menyeluruh, contohnya atribut BNI Phoneplus secara keseluruhan. Evaluasi biasanya diukur secara khas pada sebuah skala evaluasi 7- angka yang berjajar dari sangat setuju, setuju, agak setuju, ragu-ragu, agak tidak setuju, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju. Contohnya : Bank yang baik tidak terdapat antrian yang panjang sehingga membuang waktu nasabah sangat setuju 7 6 5 4 3 2 1 sangat tidak setuju Evaluasi ini dilakukan untuk masing-masing atribut yang diteliti. Komponen b i menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa BNI Phoneplus memiliki atribut yang diberikan. Atribut yang digunakan untuk komponen b i harus sama dengan atribut yang digunakan untuk menghitung komponen e i . Kepercayaan biasanya diukur pada skala dengan 7-angka dari kemungkinan yang disadari yang berjajar dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : Bank yang baik tidak harus berteknologi tinggi sangat setuju 7 6 5 4 3 2 1 sangat tidak setuju Respon rataan dikalkulasikan untuk b i dan e i . Dalam menafsirkan hasil skala b i dan e i berkisar dari skor maksimum 7 hingga skor minimum 1. Untuk mengestimasi penilaian sikap terhadap BNI Phoneplus dengan menggunakan indeks Σb i e i , setiap skor kepercayaan b i harus terlebih dahulu dikalikan dengan skor evaluasi e i yang sesuai, dan kemudian dijumlahkan. Dari hasil penjumlahan diperoleh total skor penilaian sikap konsumen. Penilaian sikap konsumen terhadap BNI Phoneplus dapat dibandingkan dengan total skor maksimum dari komponen evaluasi yang ada, yaitu dengan mengalikan skor kepercayaan b i yang ideal dengan skor evaluasi e i yang sudah ada. Sebelum dilakukan interpretasi terhadap hasil penilaian konsumen tersebut, terlebih dahulu ditentukan rentang skala penilaian, termasuk skor minimum dan skor maksimum penilaian yang mungkin diberikan oleh konsumen. Rentang skala ditentukan dengan persamaan Simamora, 2002 : b n m RS − = dengan : m = angka tertinggi dalam pengukuran n = angka terendah dalam pengukuran b = banyak kelas interpretasi yang akan dibentuk Angka tertinggi untuk menentukan interpretasi adalah 490 yaitu nilai jawaban tertinggi 7 dari komponen tingkat kepercayaan b i yang dipilih oleh responden, dikalikan dengan nilai jawaban tertinggi 7 dari komponen evaluasi e i , dikalikan dengan jumlah atribut 10. Sedangkan angka terendah adalah 10, yaitu jika responden memilih angka 1 untuk seluruh atribut. Banyaknya kelas interpretasi yang akan dibentuk adalah lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu : 96 5 10 490 = − = R Jadi skala penilaiannya adalah : 10 - 106 = sangat buruk 106,01 - 202 = buruk 202,01 - 298 = biasa 298,01 - 394 = baik 394,01 - 490 = sangat baik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum

a. Gambaran Umum Perusahaan

1 Sejarah Perkembangan Bank BNI Sejalan dengan dikeluarkannya UU Perbankan No. 17 tahun 1992, fungsi bank- bank pemerintah diarahkan untuk menjadi bank umum swasta yang saham-sahamnya masih tetap seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah sehingga badan hukumnya berbentuk persero. Dan dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 1992 tertanggal 29 April 1992, tentang penyesuaian bentuk hukum, bentuk hukum Bank Negara Indonesia 1946 berubah menjadi PT. Bank Negara Indonesia Persero, dengan sebutan Bank BNI. Dalam rangka penawaran umum, telah dilakukan perubahan status Bank BNI berdasarkan keputusan menteri kehakiman RI No.02.8290 HT.01.04 tahun 1996 dari yang semula perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka. Dengan perubahan status tersebut resmilah nama perusahaan Perseroan Persero PT. Bank Negara Indonesia Terbuka, disingkat PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk dengan akta perubahan anggaran dasar perseroan tanggal 2 Agustus 1996, dibuat oleh Notaris Adam Kasdarmadji,SH. Pada tanggal 28 Oktober 1996 PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk telah memasuki tahap “Go Publik”. Tahun 1997 Krisis moneter melanda Indonesia. Sebagaimana bank-bank lain, BNI juga terkena imbas krisis tersebut, yang terlihat dari menurunnya kinerja usaha yang kemudian tahun 1999 BNI memperoleh tambahan modal melalui program rekapitalisasi. Dalam tahun yang sama, BNI memperoleh sertifikat ISO 9002 sebagai pengakuan standar kualitas yang meliputi Unit Pemrosesan Bersama UPB. Pada tahun 2000 pasca program rekapitalisasi dilakukan restrukturisasi operasional menyeluruh dengan fokus peningkatan efisiensi dan efektifitas. Selain itu diterapkan praktek perbankan penuh kehati-hatian prudent banking dan tata-kelola usaha yang baik good corporate governance, sehingga pada tahun 2002 pengakuan independen terhadap kinerja dan standar kualitas pelayanan BNI bertambah dengan berbagai penghargaan antara lain dari majalah Business Week, Indonesian Business,