Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor, (Kasus Di BNI Jakarta)

(1)

(KASUS DI BNI JAKARTA)

YUDHA IMAN SULISTYA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :

“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2007

Yudha Iman Sulistya F052044065


(3)

Hubeis as chairman and Fransisca R. Zakaria as a member.

In the middle of 1997 Indonesia’s economic was destroyed by a long economy crisis which had influenced the US foreign currency (USD) against Rupiah (IDR). On the other side, Small and Medium Enterprises (SME) still survives and grows absorbing more than 35 million labors active in agriculture sectors. Up to this time, almost 60% of domestic earnings bruto comes from SME commerce and agriculture. SME is expected to expand, from what initially in the form of a small industry unit into a middle industry unit and hereinafter become a big industry unit. Along with the growth of entrepreneurs of SME, the number of absorbed labors also increased equal to 20% per year consisting of small industries 15,9% and middle industries 4,1%.

The objective of this research is to analize the characteristic and behavior of SME having effect on financial pattern, study constraints in giving working capital loan, determining fiancial pattern according to characteristics of SME, and also compile strategy for BNI in improving market compartment and facing competition in banking industry. Data analysis was done with methods of descriptive qualitative and analysis of strenghts, weaknesses, opportunities and threats (SWOT).

According to the responses stated in the questionnaire by the clients of BNI, 84.5% expressed that working capital loan was proper to SME’s, 82,5% expressed easy access to bank and there was relationship between bank and SME’s important. Meanwhile 77,5% expressed constraints in distribution and application of working capital loan from BNI.

According to the analysis of chi square with db = 14, and expected result frequency (fh), working capital loan was proper to UKM with highly significant effect with chi square = 26,72, and easy access to bank influenced the distribution of working capital loan to UKM with highly significant effect with chi square = 25,48. There were constraint in distribution of working capital loan which was also highly significant with chi square = 28,55.

The results of total and internal strategic factor score and strategic factor score of external with total score of IFAS = 2,55 and EFAS = 2,30 by matrix of IE indicates that BNI resides in condition of growth or of stability. The result of SWOT analysis, showed that there were alternative strategies to improve BNI performances, including : opening more SKC in and outside Java, cooperation with local government and upgrading services.


(4)

ABSTRAK

YUDHA IMAN SULISTYA. Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta). Dibimbing oleh H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Fransisca R. Zakaria sebagai Anggota.

Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%.

Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal kerja kepada UKM, serta menyusun strategi bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis dilakukan dengan

metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses, opportunities dan

threats (SWOT).

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.

Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh) berbeda tiap kelas, didapatkan bahwa pemberian persetujuan kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Debitur UKM setuju bahwa penyaluran kredit modal kerja berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI (sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48). Hal lainnya, debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan (sangat nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55).

Dari analisis total skor faktor strategik internal dan total skor faktor strategik eksternal dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan EFAS = 2,30 didapatkan matriks IE yang menunjukkan bahwa posisi BNI berada pada kondisi growth atau stability. Dari analisis SWOT didapatkan alternatif strategi, yaitu strategi SO dengan membuka SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar dan menjalin kerjasama dengan pemda setempat; strategi WO dengan meningkatkan mutu pelayanan, ATM dan teknologi, meningkatkan upaya promosi produk dan layanan BNI, mempersingkat waktu proses tanpa menyampingkan aspek prudence and complience; strategi ST dengan coorporate image BNI sebagai institusional positioning, meningkatkan keterampilan melalui pelatihan, mempermudah prosedur dan proses pembiayaan; strategi WT dengan menjalin kemitraan dengan BPR dan BPD pesaing, meningkatkan program pemasaran produk pinjaman.


(5)

MENENGAH BERORIENTASI EKSPOR

(KASUS DI BNI JAKARTA)

YUDHA IMAN SULISTYA

Laporan Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

Judul Laporan Akhir : Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor, (Kasus Di BNI Jakarta).

Nama Mahasiswa : Yudha Iman Sulistya

Nomor Pokok : F052044065

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, Februari 2007 Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. Fransiska R. Zakaria, Msc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS


(7)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :

“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2007

Yudha Iman Sulistya F052044065


(8)

RINGKASAN

Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%.

Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal kerja kepada UKM, serta menyusun strategi alternatif bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis

dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses,

opportunities dan threats (SWOT).

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI sebanyak 100 responden, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.

Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh), didapatkan bahwa setuju kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Dalam hal ini, debitur UKM setuju dengan penyaluran kredit modal kerja yang berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48; debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan dan nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55.


(9)

Dalam memasarkan produk kredit usaha kecil, selain dengan menggunakan

skema channelling, penyaluran kredit sangat terbantu oleh dukungan dari Sentra

Kredit Kecil (SKC) BNI yang telah beroperasi penuh pada tahun 2005, dengan jumlah 45 sentra kredit di 12 wilayah operasional BNI untuk mempercepat proses evaluasi kredit mulai pada saat aplikasi kredit diajukan untuk mendapatkan persetujuan sampai saat penyaluran kredit kepada debitur.

Hambatan-hambatan yang terjadi didalam pelaksanaan pemberian kredit modal kerja terutama ditemui dan berada pada diri debitur, baik perorangan maupun perusahaan, antara lain diantaranya masalah legalitas perusahaan UKM, sistem administrasi yang sangat sederhana di perusahaan UKM, adanya penilaian yang negatif terhadap pengusaha UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul dikemudian hari serta besarnya jaminan yang ditetapkan oleh bank yang memberatkan pengusaha UKM. Selain itu banyaknya tawaran tunai cepat (instant cash) dari bank lain dengan persyaratan rang ringan, bahkan tidak memerlukan jaminan apapun.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara membuat suatu skim kredit khusus UKM dengan persyaratan yang mudah, proses cepat dan jaminan yang diserahkan sesuai kemampuan UKM, namun maksimal kredit yang deberikan tidak melebihi kemampuan UKM tersebut.

Dari analisis total skor faktor strategik internal dan total skor faktor strategik eksternal dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan EFAS = 2,30 didapatkan matriks IE yang menunjukkan bahwa posisi BNI berada pada kondisi growth atau stability. Dari analisis SWOT didapatkan alternatif strategi, yaitu strategi SO dengan membuka SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar, menjalin kerjasama dengan pemda setempat; strategi WO dengan meningkatkan mutu pelayanan, ATM dan teknologi, meningkatkan upaya promosi produk dan layanan BNI, mempersingkat waktu proses tanpa menyampingkan aspek prudence and complience; strategi ST dengan coorporate image BNI sebagai institusional positioning, meningkatkan keterampilan melalui pelatihan, mempermudah prosedur dan proses pembiayaan; strategi WT dengan menjalin kemitraan dengan BPR dan BPD pesaing, meningkatkan program pemasaran produk.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 November 1971 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari ayah H. Soenarto (alm) dan ibu Hj. Etty Kusmiaty. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pancasila Jakarta, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2005 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijazah S1 Manajemen, penulis diterima bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 1995 dengan pangkat Assisten Administrasi, ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta Kota. Tahun 2001 penulis dipindahkan ke Divisi Pengendalian Keuangan sebagai Analis Sistem Akuntansi dan Perpajakan pada Kelompok Sistem Akuntansi dan Perpajakan.

Menikah pada tanggal 26 September 1998 dengan Vidia Quintawaty dan pada tahun 1999, tepatnya tanggal 15 Agustus 1999 dikaruniai seorang putri yang bernama Revinda Syahniza Renata.


(11)

(KASUS DI BNI JAKARTA)

YUDHA IMAN SULISTYA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :

“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2007

Yudha Iman Sulistya F052044065


(13)

Hubeis as chairman and Fransisca R. Zakaria as a member.

In the middle of 1997 Indonesia’s economic was destroyed by a long economy crisis which had influenced the US foreign currency (USD) against Rupiah (IDR). On the other side, Small and Medium Enterprises (SME) still survives and grows absorbing more than 35 million labors active in agriculture sectors. Up to this time, almost 60% of domestic earnings bruto comes from SME commerce and agriculture. SME is expected to expand, from what initially in the form of a small industry unit into a middle industry unit and hereinafter become a big industry unit. Along with the growth of entrepreneurs of SME, the number of absorbed labors also increased equal to 20% per year consisting of small industries 15,9% and middle industries 4,1%.

The objective of this research is to analize the characteristic and behavior of SME having effect on financial pattern, study constraints in giving working capital loan, determining fiancial pattern according to characteristics of SME, and also compile strategy for BNI in improving market compartment and facing competition in banking industry. Data analysis was done with methods of descriptive qualitative and analysis of strenghts, weaknesses, opportunities and threats (SWOT).

According to the responses stated in the questionnaire by the clients of BNI, 84.5% expressed that working capital loan was proper to SME’s, 82,5% expressed easy access to bank and there was relationship between bank and SME’s important. Meanwhile 77,5% expressed constraints in distribution and application of working capital loan from BNI.

According to the analysis of chi square with db = 14, and expected result frequency (fh), working capital loan was proper to UKM with highly significant effect with chi square = 26,72, and easy access to bank influenced the distribution of working capital loan to UKM with highly significant effect with chi square = 25,48. There were constraint in distribution of working capital loan which was also highly significant with chi square = 28,55.

The results of total and internal strategic factor score and strategic factor score of external with total score of IFAS = 2,55 and EFAS = 2,30 by matrix of IE indicates that BNI resides in condition of growth or of stability. The result of SWOT analysis, showed that there were alternative strategies to improve BNI performances, including : opening more SKC in and outside Java, cooperation with local government and upgrading services.


(14)

ABSTRAK

YUDHA IMAN SULISTYA. Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta). Dibimbing oleh H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Fransisca R. Zakaria sebagai Anggota.

Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%.

Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal kerja kepada UKM, serta menyusun strategi bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis dilakukan dengan

metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses, opportunities dan

threats (SWOT).

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.

Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh) berbeda tiap kelas, didapatkan bahwa pemberian persetujuan kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Debitur UKM setuju bahwa penyaluran kredit modal kerja berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI (sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48). Hal lainnya, debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan (sangat nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55).

Dari analisis total skor faktor strategik internal dan total skor faktor strategik eksternal dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan EFAS = 2,30 didapatkan matriks IE yang menunjukkan bahwa posisi BNI berada pada kondisi growth atau stability. Dari analisis SWOT didapatkan alternatif strategi, yaitu strategi SO dengan membuka SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar dan menjalin kerjasama dengan pemda setempat; strategi WO dengan meningkatkan mutu pelayanan, ATM dan teknologi, meningkatkan upaya promosi produk dan layanan BNI, mempersingkat waktu proses tanpa menyampingkan aspek prudence and complience; strategi ST dengan coorporate image BNI sebagai institusional positioning, meningkatkan keterampilan melalui pelatihan, mempermudah prosedur dan proses pembiayaan; strategi WT dengan menjalin kemitraan dengan BPR dan BPD pesaing, meningkatkan program pemasaran produk pinjaman.


(15)

MENENGAH BERORIENTASI EKSPOR

(KASUS DI BNI JAKARTA)

YUDHA IMAN SULISTYA

Laporan Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(16)

Judul Laporan Akhir : Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor, (Kasus Di BNI Jakarta).

Nama Mahasiswa : Yudha Iman Sulistya

Nomor Pokok : F052044065

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, Februari 2007 Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. Fransiska R. Zakaria, Msc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS


(17)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :

“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2007

Yudha Iman Sulistya F052044065


(18)

RINGKASAN

Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%.

Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal kerja kepada UKM, serta menyusun strategi alternatif bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis

dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses,

opportunities dan threats (SWOT).

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI sebanyak 100 responden, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.

Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh), didapatkan bahwa setuju kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Dalam hal ini, debitur UKM setuju dengan penyaluran kredit modal kerja yang berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48; debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan dan nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55.


(19)

Dalam memasarkan produk kredit usaha kecil, selain dengan menggunakan

skema channelling, penyaluran kredit sangat terbantu oleh dukungan dari Sentra

Kredit Kecil (SKC) BNI yang telah beroperasi penuh pada tahun 2005, dengan jumlah 45 sentra kredit di 12 wilayah operasional BNI untuk mempercepat proses evaluasi kredit mulai pada saat aplikasi kredit diajukan untuk mendapatkan persetujuan sampai saat penyaluran kredit kepada debitur.

Hambatan-hambatan yang terjadi didalam pelaksanaan pemberian kredit modal kerja terutama ditemui dan berada pada diri debitur, baik perorangan maupun perusahaan, antara lain diantaranya masalah legalitas perusahaan UKM, sistem administrasi yang sangat sederhana di perusahaan UKM, adanya penilaian yang negatif terhadap pengusaha UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul dikemudian hari serta besarnya jaminan yang ditetapkan oleh bank yang memberatkan pengusaha UKM. Selain itu banyaknya tawaran tunai cepat (instant cash) dari bank lain dengan persyaratan rang ringan, bahkan tidak memerlukan jaminan apapun.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara membuat suatu skim kredit khusus UKM dengan persyaratan yang mudah, proses cepat dan jaminan yang diserahkan sesuai kemampuan UKM, namun maksimal kredit yang deberikan tidak melebihi kemampuan UKM tersebut.

Dari analisis total skor faktor strategik internal dan total skor faktor strategik eksternal dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan EFAS = 2,30 didapatkan matriks IE yang menunjukkan bahwa posisi BNI berada pada kondisi growth atau stability. Dari analisis SWOT didapatkan alternatif strategi, yaitu strategi SO dengan membuka SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar, menjalin kerjasama dengan pemda setempat; strategi WO dengan meningkatkan mutu pelayanan, ATM dan teknologi, meningkatkan upaya promosi produk dan layanan BNI, mempersingkat waktu proses tanpa menyampingkan aspek prudence and complience; strategi ST dengan coorporate image BNI sebagai institusional positioning, meningkatkan keterampilan melalui pelatihan, mempermudah prosedur dan proses pembiayaan; strategi WT dengan menjalin kemitraan dengan BPR dan BPD pesaing, meningkatkan program pemasaran produk.


(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 November 1971 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari ayah H. Soenarto (alm) dan ibu Hj. Etty Kusmiaty. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pancasila Jakarta, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2005 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijazah S1 Manajemen, penulis diterima bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 1995 dengan pangkat Assisten Administrasi, ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta Kota. Tahun 2001 penulis dipindahkan ke Divisi Pengendalian Keuangan sebagai Analis Sistem Akuntansi dan Perpajakan pada Kelompok Sistem Akuntansi dan Perpajakan.

Menikah pada tanggal 26 September 1998 dengan Vidia Quintawaty dan pada tahun 1999, tepatnya tanggal 15 Agustus 1999 dikaruniai seorang putri yang bernama Revinda Syahniza Renata.


(21)

RINGKASAN iii

RIWAYAT HIDUP ix

PRAKATA x

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

I. PENDAHULUAN

A. Sejarah Perusahaan 1

B. Produk dan Layanan Perusahaan 4

C. Kondisi Lingkungan Perusahaan 6

II. ANALISIS MASALAH

A. Prinsip analisis 11

1. Tujuan 11

2. Implementasi Praktis 11

B. Metode analisis 17

1. Metode 17

2. Kelebihan/kekurangan metode 26

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan umum 27

1. Nama BNI 27

2. Usaha Kecil Menengah 29

3. Kajian Teori Perkreditan 30

4. Fungsi Kredit Modal Kerja 32

5. Pelaksanaan Pemberian Kredit Modal Kerja 34

6. Proses Pemberian Kredit Modal Kerja di BNI 38

7. Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit Modal Kerja 43

8. Strategi Pemasaran Kredit Modal Kerja di BNI………..

viii


(22)

B. Hal yang Dikaji 48

1. Karakteristik UKM 48

2. Perilaku UKM 51

3. Sistem Pembiayaan UKM 52

4. Hambatan Yang Ditemukan dan Cara Mangatasinya 57

5. Analisis Khi Kuadrat 63

6. Analisis SWOT 68

7. Implementasi Strategi 73

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan 77

2. Saran 79

DAFTAR PUSTAKA 80

LAMPIRAN 83


(23)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Saldo pokok kredit modal kerja segmen usaha kecil per 31 Desember

2005 8

2. Peringkat bank berdasarkan kredit 9

3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah 11

4. Tarif suku bunga pinjaman BNI 14

5. Matriks SWOT 19

6. Faktor strategis eksternal 21

7. Faktor strategis internal 22

8. Matriks Internal - Eksternal 23

9. Jumlah outlet BNI 28

10. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran kredit modal kerja 50

11. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran pembiayaan 52

12. Hasil isian kuesioner mengenai kendala penyaluran kredit 54

13. Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan UKM 62

14. Penyaluran kredit modal kerja kepada UKM 63

15. Kendala dalam penyaluran kredit modal kerja kepada UKM 64

16. Faktor strategis internal dan eksternal BNI 68

17. Matriks Internal – Eksternal BNI 69

18. Matriks SWOT BNI 70


(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Flow chart penyaluran KMK………. 41


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

2. Kuesioner kajian………. 81

3. Struktur organisasi Sentra Kredit Kecil... 92

4. Data hasil kuesioner ………. 93


(26)

I. PENDAHULUAN

A. Sejarah Perusahaan

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), pada mulanya didirikan selang satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 memiliki peran sebagai bank sentral yang bertanggung jawab dalam menerbitkan dan mengelola mata uang Rupiah.

Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 1968, Bank Negara Indonesia ditetapkan oleh pemerintah menjadi bank komersial dengan status bank umum milik negara, dan nama resminya diubah menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”. Fungsi yang diemban adalah merupakan salah satu bank yang bergerak di bidang jasa keuangan/perbankan, berfungsi sebagai bank umum dengan usaha dan tugas pokok yang diarahkan kepada perbaikan ekonomi rakyat dan sebagai Agent of Development.

Bank Negara Indonesia 1946 pada tahun 1986 melakukan restrukturisasi operasional dengan menyusun Performance Improvement Program yang bertujuan untuk menjadikan BNI lebih dinamis dalam menyikapi kondisi lingkungan yang senantiasa berubah. Program ini mencakup berbagai aspek di dalam tubuh BNI seperti pembenahan visi dan misi perusahaan, penyempurnaan rencana strategis, pengembangan teknologi informasi terkini dan sumber daya manusia, serta membangun budaya perusahaan yang baru.

Pada tahun 1992 nama resmi Bank Negara Indonesia berubah menjadi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Seiring dengan perubahan tersebut, logo BNI mengalami perubahan. Citra baru BNI digambarkan sebagai bahtera berlayar di tengah samudera yang merefleksikan harapan, sekaligus


(27)

perlindungan dan penolong. Secara bertahap, BNI mengembangkan jaringan cabang dan menerapkan sistem penunjang operasional cabang secara on line system dengan tujuan untuk memudahkan nasabah bertransaksi.

Pada tanggal 28 Oktober 1996, BNI menjadi perusahaan publik melalui penawaran umum perdana atas saham kepada masyarakat melalui pasar modal. BNI merupakan bank pertama di Indonesia yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Jumlah lembar saham yang ditawarkan sebanyak 1.085.032.000 lembar saham seri B dengan nilai nominal sebesar Rp.500 (nilai penuh) setiap saham dan harga penawaran sebesar Rp.850 (nilai penuh) setiap saham kepada masyarakat di Indonesia (BNI, 2005).

Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai di paruh kedua tahun 2004. Bulan Juli 2004, sesuai jadwalnya, BNI memperkenalkan identitas perusahaan baru yang menggambarkan prospek masa depan lebih baik dan sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah melalui tahun yang memprihatinkan. Disamping itu, sebagai bagian dari strategi bisnisnya, BNI meningkatkan cakupan dan ragam jalur distribusi, memperkuat pengelolaan risiko, dan membenahi seluruh Strategic Business Unit (SBU) yang ada. Untuk meningkatkan nilai tambah Perseroan, BNI menjalin kemitraan strategis dengan beberapa lembaga terkemuka pada tahun 2004, termasuk antara lain dengan Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Garuda Indonesia, Indosat dan Pos Indonesia.

Hasil-hasil operasional BNI tahun buku 2004 mencerminkan keberhasilan upaya-upaya tersebut. Laba bersih meningkat 278,25% atau Rp 3,14 triliun, terutama akibat kenaikan 37,63% pada pendapatan bunga bersih dan 35,68% pada pendapatan operasional lainnya. Setelah pencadangan penuh


(28)

3

atas kerugian akibat kasus Letter of Credit (L/C) fiktif di tahun 2003, BNI berupaya keras meningkatkan pendapatan di tahun 2004 untuk mengkompensasi kerugian tersebut, dengan hasil yang menggembirakan. Pencapaian tersebut lebih nyata bila mengingat kontributor terbesar adalah pendapatan bunga dari kredit. Ini mencerminkan komitmen BNI dalam mengurangi ketergantungan pada Obligasi Pemerintah dan meningkatkan fungsi BNI di bidang intermediasi keuangan.

Seiring dengan perkembangan dunia usaha dan pasar yang sangat dinamis, maka telah terjadi perubahan Visi dan Misi BNI berikut :

Visi : Menjadi bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja. Visi tersebut dapat dijabarkan secara lengkap, yaitu menjadi bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer.

Misi : Memaksimalkan steakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer

Dalam rangka untuk mencapai visi dan misi tersebut, BNI telah memiliki strategi jangka pendek dan jangka panjang yang tertuang di dalam “Peta Navigasi BNI” . Dalam peta navigasi tersebut telah ditetapkan langkah-langkah yang akan diambil BNI untuk mencapai target jangka menengah (5 tahun), yaitu sebagai bank yang unggul dalam layanan, jangka panjang (10 tahun), yaitu sebagai bank yang unggul dalam kinerja dan 15 tahun mendatang menjadi bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja.


(29)

Selaras dengan perubahan Visi dan Misi BNI tersebut, maka BNI melakukan perubahan logo yang didasari oleh nilai-nilai yang terkandung di dalam tubuh BNI, yaitu layanan yang unggul, kedekatan dengan nasabah, pemikiran yang kreatif dan kinerja yang handal. Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan

berdasarkan prinsip syariah (BNI, 2005 a). Sampai dengan saat ini, BNI memiliki

12 kantor wilayah yang membawahi 916 kantor cabang dan cabang pembantu dalam negeri dan juga 31 kantor cabang syariah. Selain itu, jaringan BNI juga meliputi lima kantor cabang luar negeri yaitu Singapore, Hong Kong, Tokyo, London dan New York. Pada tahun 2003, BNI telah menutup cabang Cayman Island dan telah menerima surat persetujuan penutupan cabang dari Cayman Island Monetary Authority dan memberitahukan kepada Bank Indonesia.

B. Produk dan Layanan Perusahaan

Sebagaimana bank komersial lainnya, BNI memberikan kemudahan kepada nasabahnya yang berupa layanan Automatic Teller Machine (ATM), dimana apabila nasabah ingin bertransaksi baik penarikan, pemindahbukuan, transfer dengan sesama pemegang rekening BNI, pembayaran tagihan-tagihan (kartu kredit BNI, kartu kredit bank lain, telepon dan lain-lain), bahkan dapat digunakan untuk melakukan setor tunai ke rekening tidak perlu mengantri ke


(30)

5

teller. Sebagai alat pengamannya, kepada setiap nasabah diberikan Personal Identification Number (PIN) yang dapat diubah sesuai dengan keinginan nasabah.

Sampai dengan saat ini BNI memiliki 2.272 ATM yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, berada di lokasi pertokoan, perkantoran, hotel, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya yang mudah dijangkau oleh nasabah. Jaringan ATM BNI juga terhubung langsung dengan jaringan ATM lainnya, baik lokal maupun Internasional seperti Cirrus, Plus, Link, Visa, Master Card dan ATM Bersama. Selain fasilitas ATM, BNI juga telah memiliki fasilitas phone banking dan mobile banking. Sedangkan untuk internet banking masih dalam tahap pembangunan.

Disamping itu, BNI memiliki produk-produk layanan lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah, yaitu :

1. Simpanan dalam bentuk Rekening Giro, baik perusahaan maupun perorangan, dalam mata uang Rupiah dan Valuta Asing.

2. Simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, Deposit on Call (DOC) dalam mata uang Rupiah dan Valuta Asing.

3. Tabungan BNI Taplus + BNI Card. 4. Tabungan BNI Haji.

5. Tabungan Pendidikan Anak Sekolah BNI Tapenas 6. Kartu Kredit BNI (Visa dan Mastercard).

7. BNI Debit Card.

8. BNI Griya (Kredit Kepemilikan Rumah)

9. Kiriman uang, baik dalam maupun luar negeri (incoming dan outgoing transfer) dan inkaso.


(31)

11. Safe Deposit Box (SDB).

12. Jasa Luar Negeri, yang meliputi transaksi Impor dan Ekspor, penukaran valuta asing, Travellers Cheque dan BNI Remittance.

13. Surat Keterangan Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), khusus digunakan untuk bertransaksi di wilayah pabean Indonesia.

14. Automatic Teller Machine (ATM)

15. Cash Deposit Machine (CDM), digunakan untuk melakukan setoran tunai ke rekening nasabah tanpa harus memalui teller.

16. Memberikan berbagai macam kredit berikut : a. Kredit Investasi (KI).

b. Kredit Modal Kerja (KMK). c. Kredit Kelayakan Usaha. d. Kredit Multi Guna.

e. Kredit Pemilikan Rumah (BNI Griya).

f. Kredit Profesi.

g. Kredit Usaha Kecil.

h. Kredit Koperasi.

i. Cash Collateral Credit.

C. Kondisi lingkungan perusahaan

1. Lingkungan Internal

Sebagai bank yang telah berusia lebih dari setengah abad dan telah memiliki jaringan hampir disetiap kota kabupaten di Indonesia serta lima cabang di Luar Negeri dan dengan total aset per 31 Desember 2005 sebesar Rp.147,81 trilyun, naik 8,22% dibandingkan pada tahun 2004, merupakan bank terbesar ketiga di Indonesia setelah Bank Mandiri dan BCA. Pada saat


(32)

7

ini BNI didukung dengan sistem teknologi informasi baru yang disebut Integrated and Centralized On Line System (ICONS) dengan 12 Kantor Wilayah dan 916 cabang. Dengan didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berpengalaman, maka tidaklah sulit bagi BNI untuk mengembangkan bisnisnya, terutama dalam hal menyalurkan pembiayaan bagi pengusaha kecil menengah berorientasi ekspor.

Komitmen untuk mewujudkan visi dan misi baru BNI, terutama dalam hal menyalurkan pembiayan bagi pengusaha kecil dan menengah, dibentuk Strategic Bussiness Unit (SBU) komersial BNI untuk segmen usaha menengah dan usaha kecil. Sedangkan untuk segmen usaha mikro dilayani secara tidak langsung melalui beberapa skema kredit bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti Perguruan Tinggi dalam hal ini Institut Pertanian Bogor (IPB), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi.

Jumlah total kredit yang disalurkan oleh SBU Komersial BNI mencapai Rp. 25,20 trilyun atau sama dengan 40,54% dari total portofolio kredit BNI pada akhir tahun 2005. Segmen usaha menengah SBU Komersial memberikan kontribusi Rp. 12,92 trilyun dari jumlah kredit tersebut pada akhir tahun 2005 dengan pertumbuhan 9,77% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu gabungan segmen usaha kecil dan mikro menghasilkan Rp. 12,29 trilyun pada periode yang sama. Hal ini menunjukan

adanya diversifikasi portofolio yang baik diantara kredit UKM (BNI, 2005 b).

Berdasarkan data di BNI khususnya segmen usaha kecil (retail), jumlah kredit modal kerja yang disalurkan kepada UKM sampai dengan tanggal 31 Desember 2005 drinci berdasarkan produk, mata uang dan kolektibilitas (Tabel 1).


(33)

Tabel 1. Saldo pokok kredit modal kerja segmen usaha kecil per 31 Desember 2005

Valuta Produk Kredit Kolektibilitas Pokok

Jumlah debitur

IDR KMK KL Efektif IDR 1 24,196,811,094 23

IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 1 89,452,296,807 943

IDR KMK BNI Efektif IDR 1 7,601,018,919,566 21,557

USD KMK BNI Efektif IDR 1 0 1

SGD KMK BNI Efektif SGD 1 34,090,031,779 13

USD KMK BNI Efektif USD 1 107,301,002,187 40

IDR KMK TSL Efektif IDR 1 10,215,645,866 45

USD KMK TSL Efektif USD 1 5,480,893,440 4

IDR KMK KL Efektif IDR 2 6,278,940,607 18

IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 2 7,553,072,742 78

IDR KMK BNI Efektif IDR 2 551,152,559,979 1,317

USD KMK BNI Efektif USD 2 8,077,955,357 4

IDR KMK TSL Efektif IDR 2 135,343,978 1

IDR KMK KL Efektif IDR 3 139,595,280 4

IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 3 586,424,829 9

IDR KMK BNI Efektif IDR 3 96,935,521,725 364

USD KMK BNI Efektif USD 3 835,550,000 1

IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 4 797,000,000 9

IDR KMK BNI Efektif IDR 4 90,084,800,227 225

IDR KMK TSL Efektif IDR 4 20,000,000 1

IDR KMK KL Efektif IDR 5 576,806,633 33

IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 5 911,539,832 11

IDR KMK BNI Efektif IDR 5 407,912,871,716 1,403

USD KMK BNI Efektif USD 5 41,363,735,837 8

IDR KMK TSL Efektif IDR 5 148,742,090 3

Sumber : EIS BNI, 2005 (data diolah kembali) Keterangan :


(34)

9

2. Lingkungan eksternal

Sebagai bank konvensional, BNI dalam menyalurkan kreditnya tidak sendirian, tetapi juga melakukan hal yang sama dengan beberapa bank lain dalam menyalurkan kreditnya kepada pengusaha kecil menengah (Tabel 1) Tabel 2. Peringkat bank berdasarkan kredit per Desember 2005

No. Nama Bank Total Kredit

(dalam jutaan Rupiah)

Pangsa total kredit Bank (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Bank Mandiri

Bank Rakyat Indonesia Bank Negara Indonesia Bank Central Asia Bank Danamon Bank Niaga Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank Tabungan Negara

Pan Indonesia Bank

100.780 75.352 62.375 54.125 35.896 29.362 22.218 20.318 15.360 15.143 14,49 10,83 8,97 7,78 5,16 4,22 3,19 2,92 2,21 2,18 Sumber : Bank Indonesia, 2005 (data diolah kembali)

Masing-masing bank tersebut menawarkan berbagai macam kemudahan dalam proses persetujuan dan memberikan bunga yang cukup menarik bagi pengusaha, serta jasa dan pelayanan perbankan lainnya. Mengingat posisi BNI berada pada urutan ketiga setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI), maka hal ini menjadi tantangan bagi BNI untuk lebih


(35)

meningkatkan pelayanan kepada calon debitur agar mau mengajukan permohonan kreditnya ke BNI.

Melihat kondisi persaingan yang sangat ketat diantara bank-bank tersebut, BNI menganggap bank-bank tersebut bukan sebagai pesaing, namun sebagai mitra kerja, karena masing-masing bank memiliki target pasar dan jangkauan operasional berbeda, ditentukan oleh kemudahan bertransaksi, jenis dan fitur produk yang ditawarkan, serta teknologi informasi yang digunakan oleh bank bersangkutan.

Selain lembaga keuangan tersebut di atas, yang menjadi tantangan bagi BNI dalam menyalurkan kreditnya adalah :

a. Bank Umum Syariah

b. BPR, baik konvensional maupun syariah

c. Bank Pembangunan Daerah (BPD), baik konvensional maupun syariah d. Kartu Kredit dan Pinjaman Tanpa Agunan (KTA) dalam bentuk tunai

cepat (instant cash), dengan bunga dan cicilan flat (tetap) setiap bulannya.

e. Adanya rentenir di daerah-daerah yang menawarkan kemudahan dalam pemberian pinjaman, walaupun dengan bunga tinggi.


(36)

II. ANALISIS MASALAH

A. Prinsip Analisis

1. Tujuan

Tujuan analisis adalah :

a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap pola pembiayaan yang paling sesuai.

b. Mengkaji kendala-kendala dalam pemberian kredit modal kerja kepada UKM berprospek dan berorientasi ekspor.

c. Menentukan strategi alternative bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan.

2. Implementasi Praktis

Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR).

Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang dinilai banyak pihak akan berguguran akibat skala usahanya yang terbatas, ternyata memiliki kekebalan/resistensi tinggi terhadap krisis yang terjadi. Bahkan IKM tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan.


(37)

Jika ditinjau dari pengertiannya, IKM adalah merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau badan, bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, dengan nilai penjualan per tahun lebih besar dari Rp. 1 milyar, namun kurang dari Rp. 50 milyar. Produk barang ataupun jasa yang diperniagakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Dalam Negeri, tetapi untuk

dipasarkan ke pasar luar negeri (Depperindag, 2002a).

IKM berorientasi ekspor merupakan industri yang telah memiliki tingkat kompetitif yang cukup, sehingga produknya dapat dijual ke Luar

Negeri, baik dilakukan sendiri maupun oleh mediator (Depperindag, 2002b).

IKM merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional yang dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa serta

memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 2005a).

Tabel 3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah pada tahun 2000-2004 (unit)

NO URAIAN 2000 2001 2002 2003 2004

1. 2. 3. 4. 5. IKM Pangan IKM Sandang IKM Kimia IKM logam IKM Kerajinan 897.629 213.497 548.278 59.634 1.005.632 950.325 303.767 536.760 57.733 1.037.235 978.834 312.880 552.863 61.853 995.024 1.008.199 322.267 569.449 63.730 1.024.874 1.038.445 331.935 586.533 65.669 1.055.621

Jumlah IKM 2.724.670 2885.820 2.901.454 2.988.519 3.078.202


(38)

13

Tabel 3 merupakan perkembangan jumlah unit usaha IKM secara umum sejak tahun 2000 yang mengalami peningkatan tajam. Hal tersebut merupakan indikasi positif bahwa IKM melaju lebih cepat. Perkembangan tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan pangsa pasar dan mutu hasil produksinya, serta memiliki keunggulan baik komparatif maupun kompetitif yang erat kaitannya dengan spesialisasi industri yang dinamis dan keberlanjutan pendapatan yang dapat meningkatkan Product Domestic Bruto (PDB) negara (Hubeis, 2005 b).

IKM harus dapat berkembang, yang pada awalnya berupa unit usaha kecil berkembang menjadi usaha menengah dan selanjutnya menjadi usaha besar. Seiring dengan perkembangan jumlah pengusaha IKM, jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1% (Depperindag, 2002).

Sampai dengan saat ini, pengusaha IKM masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dan memiliki peran yang sangat penting, sehingga dapat dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional dari potensi yang dimilikinya (Wiyono, 2003), yaitu :

a. Populasi usaha kecil dan mikro bersifat massal dan terdistribusi dimana-mana.

b. Bergerak diberbagai sektor kegiatan ekonomi (pertanian, peternakan, industri, kerajinan dan jasa), baik di kota maupun di desa.

c. Usaha mikro dan kecil sebagai mata pencaharian pokok, sehingga sangat tekun dan ulet dalam menjalankan usahanya.

d. Dapat dipercaya dan memiliki lalu lintas likuiditas usaha yang cukup lancar


(39)

e. Pola pembiayaan usaha relatif sederhana dapat menjadikan tingkat keuntungan yang diperoleh cukup tinggi.

Perkembangan pengusaha tersebut tentunya tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan modal dari dalam, tetapi membutuhkan bantuan tambahan modal dari bank berupa kredit. Pengertian kredit dimaksud adalah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2000). Di dalam pengertian kredit tersebut termasuk pula kredit yang berasal dari garansi bank, L/C (Letter of Credit), atau fasilitas lainnya yang tidak dapat diselesaikan (wanprestasi) dan dialihkan menjadi kredit, serta cerukan atau overdraft (Bank Indonesia, 2001).

Dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/bahan mentah, bahan penolong/bahan pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain diperlukan suatu fasilitas kredit modal kerja (Rivai, 2006). Kegunaan dari kredit modal kerja tersebut adalah untuk membiayai kegiatan pengusaha IKM berorientasi ekspor agar dapat berkembang, dalam hal ini untuk membiayai kegiatan produksi atau pengumpulan/penyiapan barang untuk di ekspor, yaitu melalui pemberian fasilitas kredit modal kerja ekspor.

Persyaratan yang diperlukan agar pengusaha IKM dapat memperoleh fasilitas kredit ekspor tersebut sebagai berikut (BNI, 2004) : 1. Pemohon memiliki izin usaha dan izin lainnya dan berpengalaman dalam


(40)

15

2. Adanya L/C ekspor dari pembeli

3. Perjanjian jual beli atau bukti pesanan dari importir di luar negeri

4. Adanya rencana produksi atau pengumpulan barang untuk diekspor yang didukung oleh pengalaman ekspor debitur

5. Jangka waktu paling lama satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

Namun terdapat kendala yang dihadapi oleh pengusaha IKM, diantaranya masalah pengalaman dalam kegiatan ekspor. Pada umumnya pengusaha IKM memiliki pengalaman ekspor yang sangat minim atau bahkan belum berpengalaman sama sekali, terutama dalam hal pemenuhan kelengkapan dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam L/C dan masalah tingkat bunga pinjaman yang cukup tinggi (14,75%-15,75% per tahun), sedangkan suku bunga diskonto wesel ekspor dalam mata uang asing berkisar 4,385% per tahun (Tabel 4).

Tabel 4. Tarif suku bunga pinjaman BNI per tahun 2005

NO. SEGMEN PASAR TARIF SUKU BUNGA

1. Usaha besar/Korporasi (wholesale) 14,50% p.a s/d 16,75% p.a

2. Usaha menengah (middle) 14,75% p.a s/d 16,75% p.a

3. Usaha kecil (retail), dibagi berdasarkan jenis kreditnya sebagai berikut :

a. Kredit Kelayakan Usaha (KKU) b. Kredit Usaha Kecil (KUK) c. Non KUK

15,75% p.a 15,75% p.a 15,50% p.a Sumber : BNI, 2005.


(41)

Selain pengalaman ekspor dan bunga pinjaman, bagi BNI masalah jaminan juga harus dipenuhi oleh pengusaha IKM untuk memenuhi aspek prudent banking, mengingat risiko kredit yang akan timbul apabila pinjaman yang diberikan tersebut macet di kemudian hari dan tunduk kepada peraturan Bank Indonesia (BNI, 2005). Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh pengusaha IKM tersebut, diperlukan peran aktif dari lembaga perbankan (BNI) dengan memberikan bantuan kemudahan berupa pembinaan kepada pengusaha IKM berprospek dan berorientasi ekspor, memberikan bantuan permodalan dengan tingkat bunga rendah dan persyaratan pinjaman, terutama jaminan diperlunak.

Proses pemberian kredit kepada calon debitur di BNI, dimulai dari tahapan pengumpulan data, verifikasi, analisa kredit, persetujuan kredit, pengikatan jaminan dan pemantauan kredit. Dalam proses analisa kredit, dilakukan analisa terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah, dikenal dengan istilah 5C’s + C, yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of Economic,Collateral dan Constraint. Selain itu juga dilakukan analisa terhadap manajemen perusahaan dan analisa laporan keuangan berdasarkan Laporan Neraca dan Laporan Laba/Rugi. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan apakah suatu permohonan kredit layak diberikan atau ditolak (BNI, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan-pemasalahan pada kajian ini, yaitu :

1. Jenis pembiayaan apa yang paling sesuai dengan UKM ?

2. Kendala apa saja yang ditemukan dalam pemberian kredit modal kerja kepada UKM di BNI ?


(42)

17

3. Strategi alternatif apa saja yang diperlukan BNI dalam meningkatkan pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan ?

B. Metode Analisis

1. Metode

Untuk keperluan analisis dalam membahas permasalahan pembiayaan IKM, akan dilakukan pencarian dan pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penulisan dan studi kepustakaan yang menyangkut teori-teori tentang pengembangan produk-produk perbankan, terutama mengenai produk-produk yang berkaitan dengan para pengusaha IKM. Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data utama yang digunakan dalam kajian ini berupa hasil kuesioner (Lampiran 1) yang disebarkan kepada para debitur BNI di beberapa cabang BNI, yaitu di Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin (Singarimbun dan Effendi, 1987).

Mengingat banyaknya debitur BNI yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, maka dalam pengumpulan data primer ini yang dijadikan responden adalah sebanyak 100 responden di 6 cabang BNI. Selain data hasil kuesioner, data primer diperoleh dengan metode wawancara dengan pegawai Divisi Usaha Kecil (USK), Cabang dan nasabah.

Data sekunder merupakan data tambahan dan digunakan untuk menunjang analisis, yaitu data portofolio pembiayaan BNI berdasarkan jenis pembiayaan yang sudah disalurkan, data mengenai perkembangan


(43)

perbankan dan pangsa pasarnya dalam perbankan nasional. Data lain secara kualitatif dapat diperoleh dari majalah/surat kabar, literatur-literatur yang berkaitan dengan pola penyaluran kredit serta ulasan-ulasan para pakar ekonomi yang dipublikasikan dalam buletin, jurnal-jurnal ilmiah atau melalui sarana internet.

Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan metode analisis sebagai berikut :

a. Tabulasi Silang

Metode analisis lainnya yang digunakan adalah dengan menggunakan metode tabulasi silang yang merupakan analisis hubungan antara karakteristik dan perilaku dengan jumlah penyaluran kredit modal kerja, penentuan penyaluran pembiayaan dan hambatan-hambatannya dengan peubah-peubah yang dianalisa.

b. Khi Kuadrat (

χ

²

)

Khi Kuadrat (

χ

²), merupakan teknik statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan contohnya besar. Yang dimaksud hipotesis deskriptif disini bisa merupakan estimasi/dugaan terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu dan kategori lain dalam sebuah contoh tentang sesuatu hal. Tes Khi Kuadrat dapat digunakan untuk menguji perbedaan nyata antara banyak data yang diamati dan obyek atau jawaban yang masuk dalam masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan berdasarkan hipotesis nol (Sugiyono, 2002).


(44)

19

Rumus dasar Khi Kuadrat adalah : k

χ

²

=

Σ

Σ

(fo - fh)

²

fh

i = 1

Keteragan : χ² = Khi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan

c. Deskriptif Kualitatif

Metode yang akan digunakan untuk menganalisa kajian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan gabungan dari sumber data primer dan data sekunder, sehingga data yang diperoleh lengkap dan aktual. Dalam hal ini digunakan analisa deskriptif kualitatif. Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2002). Metode analisis deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk memaparkan atau deskripsi statistik peubah-peubah ukuran analisis yang meliputi karakteristik, perilaku dan sistem pembiayaan. Dalam hal ini digunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) (Muljono, 2001) yang meliputi :

i. Kekuatan (Strenghts) dalam menerobos pasar. Hal ini dapat diukur dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah dana yang siap dipasarkan, nasabah-nasabah debitur maupun nasabah giro yang telah dikuasai, dan sebagainya.

ii. Kelemahan (Weaknesses) yang dilihat dari kekurangan administrasi dan sistem prosedurnya, serta keterbatasan jenis kredit yang dimiliki.


(45)

iii. Peluang usaha (Opportunities) yang dimanfaatkan dalam rangka menerobos pasar dana (kredit).

iv. Ancaman (Threats) yang ada, seperti besarnya market share dari pesaing.

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal strenghts dan weaknesses, serta lingkungan eksternal oportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis ini didahului dengan identifikasi posisi perusahaan/institusi melalui nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal (Marimin, 2005).

Analisis SWOT (Hubeis, 2005b) adalah analisis faktor eksternal

dan internal perusahaan yang menghasilkan faktor pendorong, penghambat dan potensi (Tabel 5). Masing-masing komponen penyusun SWOT diartikan : Kekuatan (Strengths) adalah sumber daya atau kapasitas organisasi yang dapat digunakan secara efektif dalam mencapai tujuannya; Kelemahan (Weaknesses) adalah keterbatasan, toleransi ataupun cacat dari organisasi yang dapat menghambat pencapaian tujuannya; Peluang (Opportunities) adalah situasi mendukung dalam suatu organisasi yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan produk/jasa; Ancaman (Threats) adalah situasi tidak


(46)

21

mendukung dalam lingkungan organisasi yang berpotensi untuk merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan masalah. Tabel 5. Matriks SWOT

IFAS EFAS Strength (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Strategi S – O

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W – O

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi S – T

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W – T

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2006.

Keterangan :

IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary

EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi (Rangkuti, 2006), yaitu :

i. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

ii. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

iii. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


(47)

iv. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

Evaluasi faktor strategi eksternal menggunakan matriks faktor strategi eksternal (Tabel 5) dan dilakukan dengan langkah-langkah berikut (Rangkuti, 2006) :

i. Menyusun EFAS.

ii. Melakukan pembobotan terhadap EFAS dengan skala mulai 1,00 (paling penting) sampai 0,00 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan.

iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1 sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan bersangkutan.

iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating.

Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategik eksternal.


(48)

23

Tabel 6. Faktor strategik eksternal (Opportunities dan Threats) Faktor Strategis Eksternal Bobot

(a)

Rating (b)

Skor c = (a x b)

Opportunities

1. 2. 3.

Threats

1. 2. 3.

Jumlah 1,00

Sumber : Rangkuti, 2006.

Evaluasi faktor strategik internal menggunakan matriks faktor strategik internal (Tabel 6) dan dilakukan dengan langkah-langkah (Rangkuti, 2006) :

i. Menyusun IFAS.

ii. Melakukan pembobotan terhadap IFAS dengan skala mulai 1,00 (paling penting) sampai 0,00 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan.

iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1 sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan bersangkutan.

iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategik internal.


(49)

Tabel 7. Faktor strategik internal (Strengths dan Weaknesses) Faktor Strategis Internal Bobot

(a)

Rating (b)

Skor c = (a x b)

Strengths

1. 2. 3.

Weaknesses

1. 2. 3.

Jumlah 1,00

Sumber : Rangkuti, 2006.

Total skor faktor strategis eksternal dan internal menghasilkan Matriks Internal-Eksternal (IE) yang mengindikasikan sembilan sel strategi (Tabel 7), tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama (Rangkuti, 2006), yaitu :

i. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).

ii. Strategi Stabilitas (Stability Strategy) adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan (sel 4 dan 5). iii. Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy) adalah usaha

memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6, dan 9).


(50)

25

Tabel 8. Matriks IE

Sumber : Rangkuti, 2006.

Selain analisa SWOT, juga digunakan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Strategi ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kegiatan yang terkendali sebatas kemampuan perusahaan untuk mencapai objectives pemasaran yang sudah ditetapkan (Sameto, 2004). Adapun pokok kebijakan dalam strategi ini dikenal dengan istilah 4P (Kotler and Amstrong, 1991), yaitu :

i. Produk (Product). Produk perkreditan di BNI harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pengusaha IKM.

ii. Harga (Price). Dalam hal ini tingkat suku bunga kredit yang berlaku secara umum di BNI.

iii. Tempat (Place) meliputi lokasi penyaluran kredit, kemudahan untuk dijangkau oleh nasabah.

iv. Promosi (Promotion) bertujuan agar para calon nasabah mengenal dan memahami produk dan layanan yang dihasilkan BNI.

1 Growth 2 Growth 3 Retrenchment 4 Stability 5 Growth Stability 6 Retrenchment 7 Growth 8 Growth 9 Retrenchment

4,0 3,0 1,0

Total skor fa

ktor strategik eksterna

l

Total skor faktor strategik internal

3,0

2,0

2,0

Kuat Rata-rata Lemah

Tinggi

Menengah

Rendah 1,0


(51)

2. Kelebihan/kekurangan metode

a. Kelebihan metode

Kelebihan metode pengumpulan data adalah :

1) Mudah dan cepat, karena data yang berkaitan dengan masalah penyaluran kredit kepada IKM tersedia di Kantor Besar Divisi Usaha Kecil (USK), demikian pula para pakar pembiayaan BNI.

2) Hemat biaya, karena dengan menyebar kuesioner melalui Kantor Besar Divisi USK, maka tidak perlu mendatangi ke Cabang di daerah-daerah yang debiturnya dijadikan sebagai responden, serta hasil kuesioner secara lengkap dapat diterima kembali dan telah terisi.

3) Dengan analisis deskriptif kualitatif tidak ada uji nyata, tidak ada taraf kesalahan, karena tidak dimaksudkan untuk generalisasi.

b. Kekurangan metode

Kekurangan metode pengumpulan data adalah :

1) Banyaknya referensi mengenai pola penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BNI kepada sektor UKM.

2) Khusus untuk kuesioner, mengingat penyebaran kuesioner kepada debitur dilakukan melalui cabang-cabang BNI, maka dapat dipertanyakan mengenai tingkat distorsinya.

3) Lambatnya pengembalian isian hasil kuesioner dari debitur, sehingga jangka waktu penelitian menjadi lebih lama.


(52)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum 1. Nama BNI

Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri sejak 5 Juli 1946, dan merupakan bank pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak berdirinya, nama resmi BNI dari masa ke masa mengalami perubahan. Seperti halnya perbankan lainnya, BNI juga mengalami masa pasang surut yang disebabkan karena adanya perubahan iklim ekonomi makro.

Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai pada paruh kedua tahun 2004. BNI memperkenalkan identitas perusahaan baru yang menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah melalui tahun-tahun yang memprihatinkan. Identitas baru BNI tercermin pada logo baru yang memiliki makna sebagai berikut :

a. Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain

Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.


(53)

b. Huruf BNI

Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik.

c. Simbol “46”

Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

d. Palet Warna

Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar.

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern (BNI, 2005).

Seiring dengan era transformasi yang dilaksanakan tersebut, istilah kantor Cabang mengalami penyesuaian nama menjadi outlet. Sampai dengan bulan Desember 2005, jumlah outlet BNI berjumlah 955


(54)

29

outlet yang tersebar diseluruh pelosok nusantara dan Luar Negeri

(Singapore, Hong Kong, Tokyo, London dan New York). Adapun perinciannya disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Outlet BNI per Desember 2005

Outlet Cabang KLN KCP KM KK Total

Konvensional Syariah Luar Negeri 216 19 5 173 --405 15 --25 --97 -- -- 916 34 5

Total 240 173 420 25 97 955

Sumber : BNI, 2005 Keterangan :

KLN = Kantor Layanan

KCP = Kantor Cabang Pembantu KM = Kas Mobil

KK = Kantor Kas

2. Usaha Kecil Menengah

Meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia kurang kondusif pada semester kedua tahun 2005, segmen pasar UKM tetap merupakan salah satu segmen pasar yang paling bergairah dalam perekonomian Indonesia saat ini. Daya tahan dan keuletan segmen pasar ini telah teruji dan terbukti selama krisis moneter Asia dan tetap menonjol dalam kondisi pasar yang kurang mengguntungkan saat ini.

Dari segi kualitas aset kredit dan profitabilitas, selama tiga tahun terakhir, BNI telah memperoleh sebagian dari portofolio kredit terbaiknya melalui segmen usaha kecil. Sejalan dengan pertumbuhan usaha kecil portofolio kredit usaha kecil juga berkembang menjadi Rp. 12,29 trilyun


(55)

pada tahun 2005. Jenis kredit yang disalurkan berupa kredit investasi dan kredit modal kerja (BNI, 2005).

3. Kajian Teori Perkreditan

Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat yang memerlukannya. Peranan kredit merupakan kegiatan paling utama dalam operasi suatu bank, karena dari sinilah bank memperoleh pendapatan yang paling diandalkan. Dengan pendapatan tersebut, bank dapat menutup berbagai biaya, baik biaya operasional maupun non operasional dalam tahun akuntansi bersangkutan (Reksoprayitno, 1992).

Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi bisnis utama dari suatu bank adalah kepercayaan (trust), sehingga dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan Permata, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit kepada masyarakat, mengingat bahwa :

a. bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik

b. pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca bank

c. perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank


(56)

31

d. bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara masyarakat suplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana.

Debitur merupakan orang yang meminjam sejumlah dana dengan jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui suatu perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar dan aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan, bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan dikemudian hari (Compton, 1991).

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA).

Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari, suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu, suatu hak yang dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.


(57)

Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari sektor perkreditan menurut Muljono (2001) adalah sebagai berikut :

a. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak.

b. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).

c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang.

4. Fungsi Kredit Modal Kerja

Di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan pada umumnya, fungsi kredit modal kerja tidak terlepas dari fungsi-fungsi kredit secara umum. Garis besarnya fungsi kredit tersebut adalah :

a. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang.

Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank akan dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha produksi maupun perdagangan.

b. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang.

Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit, para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian, pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.


(58)

33

c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit yang disalurkan melalui rekening pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro dan sebagainya. Peredaran uang kartal dan giral akan lebih berkembang, karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku money creator.

d. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

e. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi,

Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang sangat penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh tarhadap hajat hidup masyarakat.

f. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan


(59)

keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut, orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik, juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang nantinya akan akan mendatangkan devisa bagi negara.

g. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat ringan, yaitu bunga yang relatif murah dan jangka waktu penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui bantuan antar negara yang disebut “G to G” (Government to Government). Hubungan antarnegara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.

5. Pelaksanaan Pemberian Kredit Modal Kerja

Pada dasarnya setiap pemberian fasilitas kredit akan menimbulkan risiko baik yang terjadi sebagai akibat penyalah gunaan kredit yang diberikan kepada debitur maupun risiko yang ditimbulkan karena kurang telitinya bank dalam melakukan analisa terhadap permohonan kredit ataupun sebagai akibat tidak efektifnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh bank terhadap jalannya kredit yang telah diberikan kepada debitur.


(60)

35

Hal ini sering terjadi benturan antara bank yang harus memberikan pelayanan terbaik bagi calon nasabahnya, yaitu dengan proses permohonan kredit dilakukan dengan cepat dan unsur kehati-hatian dalam proses pencairannya. Terkadang calon debitur enggan untuk mengajukan permohonan kreditnya di bank “X” dengan alasan prosesnya lama dan bertele-tele. Namun di sisi bank “X” tersebut harus menjalankan aturan dan kebijakan yang ditetapkan baik oleh internal maupun ekternal yang dalam hal ini adalah peraturan dari Bank Indonesia selaku bank sentral.

Untuk menghindari terjadinya risiko terhadap kredit yang diberikannya, dalam menentukan nilai kredit, bank akan melakukan analisa terhadap calon debitur. Dalam analisa tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan formulasi 4 P’s, yaitu :

a. Personality

Bank perlu mengetahui dengan sebaik-baiknya tentang diri pribadi calon debitur, terutama yang menyangkut pendidikan, pergaulan dan kebiasaannya. Dengan diketahuinya kepribadian calon debitur, maka bank akan dapat memutuskan sejauhmana calon debitur itu layak untuk diberikan fasilitas kredit.

b. Purpose

Bank perlu menganalisa tentang keperluan kredit yang diajukan oleh calon debitur, agar dapat diketahui apakah keperluan kredit tersebut dapat dibiayai oleh bank yang bersangkutan sesuai dengan sektor pembiayaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.


(1)

Lampiran 2. Struktur Organisasi Sentra Kredit Kecil

PEMIMPIN

PEMIMPIN DIVISI USAHA KECIL

KANTOR WILAYAH

DIVISI

KREDIT CABANG

RISIKO KREDIT KECIL

BRANCH QUALITY ASSURANCE

Sumber : BNI Divisi Perencanaan Strategis, 2005

96

UNIT

FIELD OFFICE

UNIT PEMBIAYAAN KREDIT PROGRAM

UNIT

PEMASARAN APRAISALUNIT

UNIT ADMINISTRASI

UNIT KREDIT KHUSUS

FUNGSI ADMINISTRASI


(2)

Lampiran 3. Data hasil kuesioner

97

Jenis pertanyaan

Jawab (%) Ya Tidak 1. Apakah BNI sudah melakukan pola kerja sesuai dengan

ketentuan dalam perbankan ? 80 20

2. Apakah Anda memilih BNI karena nama dan reputasinya

sudah dikenal baik ? 85 15

3. Apakah hanya BNI yang menyakurkan fasilitas kredit

modal kerja kepada UKM ? 85 15

4. Apakah ada perbedaan bunga pinjaman antara BNI

dengan Bunga pada lain ? 84 16

5. Apakah Anda lebih menyukai sistem Bunga dalam

berhubungan dengan dunia perbankan ? 90 10 6. Apakah Anda mengetahui dengan jelas sistem

pembiayaan pada BNI ? 90 10

7. Jika ada Bank lain melakukan hal yang sama dengan BNI, apakah Anda akan menjadi nasabah bukan BNI ? 88 12 8. Menururt Anda, apakah prinsip penyaluran kredit modal

kerja di BNI sudah sesuai dengan UKM ? 80 20 9. Menurut Anda, apakah sistem pembiayaan modal kerja di

BNI lebih memberi keuntungan pada UKM ? 84 16 10. Menurut Anda, apakah sistem pembiayaan modal kerja di

BNI lebih menjamin kelangsungan UKM ? 90 10 11. Menurut Anda, apakah persyaratan jaminan yang

disyaratkan memberatkan UKM ? 90 10 12. Apakah sistem administrasi sistem bunga lebih mudah ? 90 10 13. Apakah sistem bank konvensional lebih menguntungkan

dalam pengembangan UKM ? 85 15

14. Apakah sistem konvensional menjamin permodalan UKM

Anda lebih baik ? 85 15

15. Apakah sistem pelayanan BNI sudah memuaskan Anda

selaku nasabah/debitur ? 89 11

16. Apakah debitur UKM kebanyakan menghendaki one day

service ? 70 30

17. Apakah debitur UKM kebanyakan menginginkan

keputusan langsung ditempat ? 82 18

18. Jika dibandingkan dengan bank lain, apakah pelayanan di

BNI sudah memuaskan anda ? 85 15

19. Apakah ada perbedaan bunga pinjaman antara BNI dengan Bunga pada lain ? 84 16 20. Apakah lokasi kantor cabang BNI jauh dari tempat usaha

saudara ? 90 10

21.

Seandainya disekitar wilayah saudara ada bank lain apakah anda tetap mengajukan permohonan kredit modal kerja ke BNI ?

80 20

22. Apakah sebelumnya anda telah mengetahui mekanisme persyaratan peminjaman kredit melalui bank ? 88 12 23. Menururt Anda, apakah dalam pengajuan kredit modal

kerja ke BNI prosesnya lama ? 65 35

24. Menurut Anda, apakah dengan maksimal 14 hari kerja


(3)

Lampiran 3. Data hasil kuesioner

98

25. Jika permohonan pembiayaan telah disetujui, apakah anda

akan menggunakan jasa perbankan BNI lainnya ? 95 5 26. Respon debitur saat didatangi petugas bank baik atau tidak

? 90 10

27. Bila petugas bank datang ke lokasi debitur, disambut baik

atau tidak ? 91 9

28. Bila nasabah diundang ke BNI, apakah disambut dengan

baik ? 85 15

29. Apakah debitur keberatan bila petugas bank sering datang

ke lokasi usaha anda ? 85 15

30. Apakah menurut anda produk dan layanan di BNI sudah

lengkap ? 90 10

31. Apakah letak jauh-dekat Cabang BNI dari tempat tinggal Anda merupakan salah satu kedala ? 70 30 32. Apakah penyerahan jaminan kepada BNI merupakan

kendala ? 88 12

33. Apakah lama perprosesan dalam permohonan

pembiayaan modal kerja merupakan kendala ? 90 10 34. Apakah legalitas usaha Anda merupakan kendala dalam

permohonan pembiayaan modal kerja di BNI ? 84 16 35. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mendapatkan

fasilitas pembiayaan modal kerja dari BNI ? 90 10 36. Apakah pola administrasi UKM Anda merupakan kendala

dalam permohonan pembiayaan di BNI ? 85 15 37.

Apakah besar kecilnya pembiayaan modal kerja yang dikucurkan oleh BNI merupakan hambatan dalam pengembangan usaha Anda ?

88 12

38. Apakah jangkauan pasar BNI merupakan hambatan dalam

penyaluran pembiayaan kepada UKM ? 60 30 39.

Apakah tempat tinggal (di desa atau di kota) mempengaruhi jumlah pembiayaan modal kerja yang diterima dari BNI ?

85 15

40. Apakah sistem BNI saat ini menunjang program

peningkatan kinerja UKM Anda secara keseluruhan ? 95 5 41.

Apakah pola administrasi yang diterapkan oleh BNI menghambat dalam permohonan pembiayaan modal kerja untuk UKM Anda ?

90 10

42. Apakah permodalan merupakan kendala utama dalam

pengembangan UKM Anda ? 95 5

43.

Apakah penilaian negatif terhadap sejumlah UKM merupakan kerugian bagi Anda dalam mendapatkan pembiayaan modal kerja dari BNI ?

85 15


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner para nasabah UKM sebanyak 100 responden di BNI, dapat dilihat bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan bahwa adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting dalam membina hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan adalah 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala adalah 77,5%.

Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh), didapatkan bahwa setuju kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Dalam hal ini, debitur UKM setuju dengan penyaluran kredit modal kerja yang berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48; debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan dan nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55.

Hambatan-hambatan yang terjadi didalam pelaksanaan pemberian kredit modal kerja terutama ditemui dan berada pada diri debitur, baik perorangan maupun perusahaan, antara lain diantaranya masalah legalitas perusahaan UKM, sistem administrasi yang sangat sederhana di perusahaan UKM, adanya penilaian yang negatif terhadap pengusaha UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul dikemudian hari serta besarnya jaminan yang ditetapkan oleh BNI yang memberatkan pengusaha UKM.


(5)

78

Selain itu banyaknya tawaran tunai cepat (instant cash) dari bank lain

dengan persyaratan yang ringan, bahkan tidak memerlukan jaminan apapun. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara membuat suatu skim kredit khusus UKM dengan persyaratan yang mudah, proses cepat dan jaminan yang diserahkan sesuai kemampuan UKM, namun maksimal kredit yang diberikan tidak melebihi kemampuan UKM tersebut.

Dari beberapa alternatif strategi yang ditetapkan dalam matriks SWOT, maka dipilih beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh BNI sesuai posisi dengan BNI di industri perbankan dalam mendukung strategi pertumbuhan. Strategi pertumbuhan dapat dilakukan dengan tetap mengandalkan kekuatan dan peluang yang ada, serta mengatasi segala kelemahan dan ancaman dengan mengembangkan strategi yang mempengaruhi :

a. Produk (Product)

Dengan dukungan teknologi BNI ICONS diharapkan produk-produk BNI

dapat lebih dikembangkan lagi.

b. Harga (Price)

Penetapan biaya harus kompetitif terhadap bank pesaing.

c. Tempat (Place)

Dengan menempatkan cabang dan capem serta ATM BNI ditempat yang strategis dan potensial.

d. Promosi (Promotion)

Promosi produk pinjaman kepada masyarakat umumnya dan UKM khususnya harus lebih gencar melalui media cetak maupun elektronik


(6)

79

2. Saran

a. BNI hendaknya lebih memberi kemudahan akses dan pelayanan yang baik kepada debitur UKM dalam pengajuan pembiayaan kredit modal kerja sampai dengan permohonan tersebut disetujui.

b. BNI agar lebih intensif dalam memberi bimbingan dan pelatihan-pelatihan kepada pengusaha UKM terutama dalam hal ekspor.

c. BNI hendaknya lebih meringankan persyaratan jaminan atas kredit modal kerjanya agar tidak memberatkan UKM, namun dengan tanpa

mengesampingkan aspek prudent kepada peraturan Bank Indonesia.

d. BNI harus lebih gencar mempromosikan produk fasilitas pinjaman, yang berupa kredit modal kerja maupun kredit investasi kepada masyarakat pada umumnya dan UKM pada khususnya, baik melalui media cetak maupun elektronik.