Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING SEBAGAI SOLUSI
OPTIMAL DALAM PENYUSUNAN RENCANA PRODUKSI
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
(FICTOR WARDIN C.TAMPUBOLON) (040403054)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
PT. Gold Coin Indonesia Medan-Mill adalah perusahaan yang memproduksi makanan ternak dimana volume produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar dengan jenis diversifikasi produk tidak terlalu beragam dan produk yang dihasilkan sudah dibakukan. Menurut aliran operasi dan variasi produk PT. Gold Coin Indonesia Medan-Mill menganut sistem produksi flow shop dimana sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan (product layout) serta mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus (special purpose
machines) untuk menghasilkan produk.
Pada kenyataan dilapangan permintaan produk pakan ternak cukup berfluktuatif sehingga pihak perusahaan melakukan salah satu strategi untuk mengendalikan permintaan dengan cara mengendalikan jumlah persediaan. Oleh karena itu pihak perusahaan membutuhkan perencanaan yang tetap agar tidak terjadi loss opportunity baik karena kekurangan (under estimate) atau kelebihan
(over estimate) produksi yang berkenaan dengan biaya produksi dan biaya inventory sehingga sangat dibutuhkan satu sistem perencanaan secara agregasi
guna meminimumkan biaya.
Penerapan Metode Dynamic Programming akan mampu menentukan jumlah produksi dan jumlah persediaan optimal pada setiap bulannya. Hal ini disebabkan Dynamic Programming memiliki sifat yang unik dibandingkan dengan metode-metode perencanaan produksi lainnya. Dynamic programming menyelesaikan masalah perencanaan produksi dengan membagi satu periode perencaanan produksi menjadi 12 tahap perencanaan. Setiap tahapan dibangun oleh dua variabel yaitu variabel masukan (input variable) yang disebut sebagai
state terdiri dari peramalan permintaan, biaya variabel produksi, biaya inventory.
Variabel kedua yaitu variabel penentu keputusan yaitu penentuan alokasi jumlah produksi optimal setiap tahap perencanaan. Variabel keputusan ini dibuat berdasarkan satu aturan dan keputusan yang telah ditetapkan pada stage sebelumnya yang disebut sebagai fungsi return, sedangkan fungsi return dengan hasil yang diperoleh dari tahap sebelumnya disebut dengan fungsi rekursif yang akan menghasilkan solusi optimal pada setiap tahap (periode) produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan Metode
Dynamic Programming akan didapatkan jumlah produksi dan jumlah persediaan
optimal sehingga dapat menghasilkan jadwal produksi kotor optimal pada setiap bulannya sehingga pihak perusahan mampu meredam fluktuasi permintaan. Perusahaan juga akan mampu meminimisasi total biaya produksi dan biaya persediaan sebesar 32,33 % per bulan.
(3)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur atau industri saat ini banyak bermunculan. Dalam perkembangannya perusahaan tersebut menghadapi persaingan bisnis yang ketat. Kekhawatiran perusahaan akan terjadinya permintaan yang cenderung berubah-ubah akan berdampak pada penentuan jumlah produk yang dihasilkan. Industri-industri yang diharapkan mampu memahami dan mendalami struktur industri, untuk terus meningkatkan efisiensi serta kemampuan untuk menghasilkan produk yang bermutu guna memenuhi pasar dan konsumen.
Peningkatan daya saing industri salah satunya dapat dicapai melalui perencanaan produksi. Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan langkah awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang. Perencanaan produksi ini merupakan pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume produksi, ketepatan waktu penyelesaian, utilisasi kapasitas, dan pemerataan beban.
(4)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
PT. Gold Coin Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri pakan ternak untuk ayam petelur dan pedaging. Produk lain yang dihasilkan oleh PT. Gold Coin Indonesia berupa pakan udang dan pakan ternak lainnya. PT. Gold Coin Indonesia memproduksi dua jenis produk pakan ternak utama yaitu:
1. Pakan Komplit :
Pakan Komplit adalah pakan ternak yang dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa bahan tambahan. Pakan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Jenis tepung : BRS-06, S-20, G-16S, L-17S. L-18
b. Jenis butiran (pellet) : SUPER I, SUPER II, BR II-02, CA-03, PB-04. 2. Pakan Konsentrat
Pakan Konsentrat merupakan pakan ternak yang harus ditambahkan lagi dengan bahan tambahan lain seperti (jagung, dedak, batu kapur). Pakan ternak jenis ini hanya berbentuk tepung. Jenis produk ini terdiri dari B-422, C-424, C-138, MCL-496, MCL-338, MCL-328.
PT. Gold Coin Indonesia Medan-Mill memiliki diversifikasi produk yang cukup tinggi sehingga pihak perusahaan sering mengalami kesulitan dalam menetukan jumlah produksi yang optimal yang akan diproduksi disamping masalah tersebut pihak perusahaan juga sering mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah produk yang dibutuhkan oleh konsumen hal ini disebabkan karena besarnya permintaan produk di PT. Gold Coin Indonesia bersifat fluktuatif. Pada bulan-bulan tertentu besarnya kapasitas produksi lebih besar dari permintaan pasar akibatnya persediaan barang menumpuk atau disebut over produksi yang
(5)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
mengakibatkan terjadinya biaya simpan produksi, dan sebaliknya terkadang kapasitas produksi lebih kecil dari permintaan pasar akibatnya terjadinya keterlambatan waktu penyerahan oleh karena itu, konsumen atau pelanggan yang kecewa karena keterlambatan penyerahan produk dapat lari ke produk pesaing. Perusahaan sering diperhadapkan pada masalah pengambilan keputusan didalam menentukan rencana produksi yang optimal yaitu bagaimana menyusun suatu rencana produksi untuk memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau alternatif-alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimal.
Pada penelitian sebelumnya untuk menyusun perencanaan produksi yang optimal digunakan metode grafis dan worksheet dimana teknik yang digunakan secara trial and error, sehingga menghasilkan rencana produksi yang kurang optimal. Pihak perusahaan tentunya ingin mengetahui dari sekian banyak metode yang ada metode mana yang paling sesuai diterapkan pada perusahaan tersebut. Dalam hal ini metode yang ingin diuji adalah metode dynamic programming.
Dynamic programming merupakan teknik matematika yang diaplikasikan
kepada persoalan yang melibatkan keputusan berurutan yang saling berkaitan.
Dynamic Programming digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terdiri dari
beberapa tahap atau masalah yang dapat diuraikan kedalam beberapa submasalah. Tahapan dalam dynamic programming dimana keputusan-keputusan akan ditetapkan disebut sebagai stage. Stage dalam rencana produksi ini adalah periode-periode produksi (1,2,3,...i). Pada setiap stage ada dua variabel yang akan dilibatkan yang pertama variabel masukan (input variable) yang disebut sebagai
(6)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
state yang terdiri dari peramalan permintaan, biaya variabel produksi, dan biaya
simpan. Variabel yang kedua disebut decesion variable yang merupakan variabel penentu keputusan (menentukan jumlah produksi yang optimal). Keputusan pada setiap stage dibuat berdasarkan satu aturan atau fungsi dan dibuat berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan pada stage sebelumnya yang disebut sebagai fungsi return ( fn
(
xn,in)
), sedangkan kombinasi fungsi return dengan hasil yang diperoleh dari tahap sebelumnya disebut sebagai fungsi rekursif dengan persamaan f*( )
in =Minxn[
fn( )
xn,in + fn−1(
xn−1,in−1)
]
. Dimana:(
n n)
n x i
f , = biaya produksi sebanyak x , dimana tersedia n i pada akhir periode n
n
x = tingkat produksi
n
i = jumlah persediaan pada akhir periode
Dengan demikian suatu keputusan yang diambil pada tahap n tertentu akan memberikan fungsi perolehan yang nilainya optimal yaitu menghasilkan suatu rencana produksi yang optimal pada berbagai horizon waktu sehingga dapat menstabilkan fluktuasi permintaan dan dapat meminimalkan biaya produksi dengan memperhatikan kapasitas persediaan, kapasitas gudang, dan jumlah permintaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan dipecahkan adalah kurang optimalnya kegiatan produksi sehubungan dengan perencanaan produksi yang
(7)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
kurang tepat dalam menentukan jumlah produksi kotor pada setiap periode produksi.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan model rencana produksi berdasarkan dynamic programming pada perusahaan sebagai alternatif model yang dapat dipakai dalam penyusunan rencana produksi.
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: - Bagi perusahaan
Sebagai masukan dalam perbaikan metode perencanaan produksi khususnya dengan menggunakan metode Dynamic programming
- Bagi mahasiswa
Memberikan pengalaman yang berharga dalam membuat perencanaan produksi dengan memamfaatkan data aktual
- Bagi universitas
Menjadi tambahan literatur yang dapat dijadikan referensi bagi semua pihak yang ingin mendalami perencanaan produksi dengan metode Dynamic
Programming.
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Penelitian dilakukan hanya sampai pada penentuan jumlah produksi dan persediaan pada setiap periode.
(8)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
b. Jangka waktu yang ditinjau dalam penelitian ini hanya dibatasi dalam 12 periode (bulan)
c. Biaya-biaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada penelitian ini hanya biaya penyimpanan produk jadi dan biaya variabel produksi,
d. Bagian yang dianalisis pada sistem perencanaan produksi di PT. Gold Coin Indonesia Medan-Mill meliputi: bagian produksi dan bagian inventori finish product.
e. Tidak terjadi perubahan sistem produksi dan struktur produk yang diproduksi f. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan metode dynamic
programming yang didukung oleh teknik peramalan statistik
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Perusahaan tidak melakukan backorder
b. Perusahaan tidak melakukan sistem overtime
c. Tidak terjadi perubahan sistem sistem produksi dan struktur produk yang diproduksi
d. Bahan produksi yang dihasilkan mampu bertahan sampai tiga bulan
e. Penekanan costing perencanaan produksi tergantung dari total produksi dan jumlah persediaan.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :
(9)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini memuat secara singkat dan padat mengenai sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan, proses produksi yang terdiri dari bahan-bahan yang digunakan, uraian proses produksi, mesin dan peralatan.
BAB III LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan dan responden penelitian sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data dengan metode Dynamic Programming yang digunakan sebagai dasar pada pembahasan masalah.
(10)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri pakan ternak untuk ayam petelur dan pedaging. Produk lain yang dihasilkan oleh PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill berupa pakan ternak udang dan hewan lainnya.
Perusahaan Zuellig Group merupakan pelopor pabrik pakan ternak di Asia Tenggara, dengan nama Gold Coin Group sebagai perusahaan induk yang berada di Swiss yang berdiri pada tahun 1953. Sedangkan di Indonesia diberi nama PT. Gold Coin Indonesia, dan PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill merupakan salah satu cabang yang bertempat di Medan, Sumatera Utara. Pada saat ini pabrik dan kantor pemasaran Gold Coin Group telah tersebar di Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, China, Philipina, Srilangka, India dan Laos. Lahirnya PT. Gold Coin dilatar belakangi oleh adanya peluang pasar yang semakin terbuka untuk melakukan usaha produksi pakan ternak. PT. Gold Coin- Medan Mill dibangun dalam 3 tahap, yaitu:
1. Pembangunan Proyek dimulai pada Januari 1981 2. Produksi Koperasi Percobaan pada Oktober 1981 3. Produksi Koperasi Komersil pada Desember 1981
Gold Coin Group memiliki teknologi muktahir yang didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam memproduksi pakan ternak yang berkualitas
(12)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
tinggi dan stabil. Dalam perkembangannya Gold Coin Group senantiasa didukung oleh tenaga-tenaga teknis yang mempunyai pengalaman tinggi di lapangan. Tenaga teknis tersebut membantu peternak secara profesional dalam teori dan praktek dalam pengembangan hewan ternak.
Produk yang dihasilkan oleh PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. kemudian karena pengaruh krisis moneter produksi pada tahun 1998 hal ini disebabkan tingginya harga bahan baku dan rendahnya permintaan. Seiring dengan pulihnya perekonomian nasional maka volume penjualan juga meningkat.
Program jangka panjang Gold Coin Indonesia-Medan Mill adalah meningkatkan volume penjualan dengan melaksanakan diversifikasi produk, penambahan fasilitas produksi, tenaga kerja yang terlatih dan laboratorium yang modern serta melakukan aktivitas benchmarking sehingga kualitas pakan ternak tetap tinggi dan terjaga.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Gold Coin Group bergerak dalam usaha produksi pakan ternak di wilayah
Asia Pasifik. PT. Gold Coin Indonesia-Medan menghasilkan 300.000 ton pakan ternak sebagai produk utama dan pakan khusus setiap tahunnya. Adapun pakan ternak sebagai produk utama terdiri dari pakan unggas, babi, sapi, dan kambing. Sedangkan untuk pakan khusus terdiri dari pakan ikan, udang, katak dan hewan peliharaan lainnya.
(13)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Secara khusus PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill memproduksi 2 jenis produk pakan ternak utama yaitu pakan komplit dan pakan konsentrat. Dimana dua jenis produk pakan ternak ini diklasifikasikan berdasarkan jenis ayam petelur dan pedaging serta umur ayam tersebut. Adapun produk yang dihasilkan diantaranya:
1. Pakan Komplit
Pakan ternak jenis komplit adalah pakan ternak yang dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa bahan tambahan. Pakan ternak jenis ini terdiri dua bentuk, yaitu:
a Jenis tepung, terdiri dari:
- BRS-06 : Pakan ternak untuk ayam broiler starter super umur 1-20 hari - S-20 : Pakan ternak untuk ayam starter petelur umur 1-45 hari - G-16 S : Pakan ternak untuk ayam grower petelur umur 1,5-4 bulan - L-17 S : Pakan ternak untuk ayam layer petelur di atas umur 4 bulan - L-18 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur super umur 4 bulan ke
ke atas
b. Jenis Butiran (pellet), terdiri dari:
- SUPER I : Pakan ternak untuk ayam broiler starter super umur 1-20 hari - SUPER II : Pakan ternak untuk ayam broiler finisher super umur hari s.d. dijual
- BR II-02 : Pakan ternak untuk ayam broiler finisher umur 21 hari s.d.
dijual
(14)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
- PB-04 : Pakan ternak untuk ayam grower petelur umur 1,5 bulan – 4 bulan
- PC-05 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur diatas umur 4 bulan 2. Pakan Konsentrat.
Pakan ternak konsentrat merupakan pakan ternak yang harus ditambahkan lagi dengan jagung, dedak, dan tepung batu dengan komposisi tertentu. Pakan ternak jenis konsentrat ini berbentuk tepung. Pakan ternak yang termaksud jenis konsentrat terdiri dari:
- B-422 : Pakan ternak untuk ayam grower petelur (1,5-4 bulan) - C-424 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur di atas umur 4 bulan - C-138 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur di atas umur 4 bulan - MCL-496 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur super semua umur - MCL-338 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur semua umur - MCL-328 : Pakan ternak untuk ayam layer petelur semua umur
Masing-masing kode pakan ternak ini memiliki kandungan nutrisi tersendiri. Kode pakan ternak ini terkadang mengalami perubahan. Perubahan kode ini juga akan merubah kandungan nutrisi di dalamnya dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Gold Coin Indoenesia berbentuk gabungan lini dan fungsional. Hubungan lini karena pembagian tugas dilakukan dalam
(15)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
bidang atau area pekerjaan pada perusahaan. Selain itu perusahaan ini juga mengaplikasikan struktur organisasi berbentuk fungsional, yang berarti pembagian tugas juga dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi yang membentuk hubungan fungsional. Bentuk hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.3.2.Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur organisasi yang digunakan oleh PT Gold Coin Indonesia-Medan Mill adalah hubungan campuran yaitu berbentuk hubungan garis dan fungsional. Dalam menjalankan struktur organisasinya ada pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staff dan pelaksana, dan dalam melakukan pengambilan keputusan lebih mudah dicapai karena anggota-anggota staff yang ahli dalam bidangnya yang dapat memberi nasehat dan mengerjakan perencanaan yang teliti, koordinasi dapat dengan mudah dikerjakan karena sudah ada pembidangan masing-masing.
Untuk lebih jelasnya tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang terdapat pada struktur organisasi di PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill akan diuraikan sebagai berikut :
1. Branch Manager
a. Merencanakan strategi perusahaan ke dalam dan ke luar perusahaan serta memiliki wewenang dalam memutuskan kebijaksanaan
(16)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
c. Bertanggung jawab atas kemajuan perusahaan. 2. Deputi General Manager
a. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan operasional perusahaan. b. Mengawasi jalannya produksi.
c. Mengawasi pemasaran produk. 3. Sekretaris
a. Menerima surat-surat (fax) yang masuk dan membuat laporannya.
b. Menerima telepon untuk branch manager dan menyusun janji secara selektif.
c. Menerima data aktifitas mengenai bahan baku.
d. Menyediakan kilasan laporan kegiatan awal, pertengahan dan akhir bulan. 4. Sales Manager
a. Merencanakan program promosi yang akan dilakukan. b. Memeriksa pembayaran atas produk dari tim penjualan.
c. Memasukkan data faktur penerimaan terakhir pada program komputer setelah memeriksa jumlah penerimaan terakhir.
d. Memasukkan data faktur dari penjualan yang lain.
e. Bertanggung jawab atas kelancaran penjualan dan pencapaian target. f. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan untuk melaporkan
tentang hasil penjualan kepada atasan, baik secara lisan maupun tulisan. 5. Executive Staf
a. Melakukan penjualan dan prediksi penjualan. b. Membagi daerah pemasaran.
(17)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
6. Techinical Service
a. Mengumpulkan data yang relevan dan data pesaing dengan baik. b. Membantu bagian penjualan untuk mendapatkan pelanggan yang baru. c. Membantu pertumbuhan produksi dan melakukan perbaikan.
d. Menanggapi dan menyelidiki keluhan dari pelanggan. 7. Purchasing Executive
a. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.
b. Mempersiapkan permintaan kebutuhan bahan dan menetapkan harga. c. Memperbaharui perjanjian kontrak.
8. Account Payable Administrasion
a. Bertanggung jawab terhadap pembukuan utang perusahaan. 9. Mill Controller
a. Memeriksa dan mengawasi tindakan yang dilakukan branch manager. b. Memberikan saran untuk kemajuan perusahaan.
10. GL & Tax
a. Menerima laporan dari supervisor stock setiap hari yang dibuat dalam daftar nomor, harga dan nomor kontrak per komoditas dan per supplier. b. Menerima laporan harga dari bagian pembelian dan membuat daftar
nomor dan nomor kontrak dalam laporan penerimaan.
c. Pembayaran voucher pada kasir dan membuat nomor kontrol, nomor daftar, nomor kontrak bahan baku, bahan kemasan dan lain-lain.
(18)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
a. Memeriksa pembayaran atas produk dari tim penjualan. b. Membuat laporan aktivitas dari pelanggan.
c. Memasukkan data faktur penerimaan terakhir pada komputer setelah memeriksa jumlah penerimaan terakhir.
d. Memasukkan data faktur dari penjualan yang lain. 12.DO Clerk
a. Menerima pesanan dari pelanggan dan meneruskan ke bagian produksi. b. Melakukan koordinasi dengan bagian produksi khususnya bagian delivery
untuk mengetahui posisi stock produk jadi.
c. Mencatat jumlah barang yang keluar meliputi jenis, harga dan pelanggan yang membeli.
13. Credit Control
Tugas Credit Control adalah bertanggung jawab terhadap penjualan yang dilakukan secara kredit.
14. Personal & General Affair
a. Mengontrol absensi pegawai yang dikoordinasi dengan satpam.
b. Menyelesaikan semua surat-surat dan dokumen perusahaan kepada pemerintah.
c. Mendaftarkan pegawai pada PT. JAMSOSTEK dan asuransi lainnya. d. Membuat daftar gaji pegawai dan mendistribusikannya.
e. Membuat daftar kerja lembur dan memasukkannya pada daftar gaji. f. Membuat perencanaan untuk pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan. g. Melakukan analisa dan evaluasi pekerjaan.
(19)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
h. Bersama dengan pihak manajemen melakukan penilaian terhadap kinerja para pegawai.
15. Security
a. Memeriksa kehadiran karyawan, mencatat jumlah ketidakhadiran, alasan ketidakhadiran dan identitas karyawan kemudian melaporkannya ke bagian personalia.
b. Memeriksa dan mengawasi tamu-tamu yang masuk. c. Mencatat data-data tamu yang keluar masuk.
d. Mengontrol situasi pabrik siang dan malam. 16.Operator Telepon/ Resepsionis
Adapun tugas dan tanggung jawab dari Operator Telepon/ Resepsionis yaitu: a. Menerima telepon dan memberikan kepada pegawai yang bersangkutan. b. Memberikan pelayanan dan informasi kepada tamu.
c. Memeriksa tagihan telepon 17.Messenger
a. Mengatur pesanan berupa dokumen-dokumen perusahaan ke instansi yang dituju baik swasta maupun pemerintah.
b. Melakukan pembayaran sesuai dengan kuitansi yang telah mendapat persetujuan dari atasan kepada perseorangan, perusahaan, pemerintah maupun lembaga-lembaga keuangan yang ditunjuk berdasarkan kuitansi. 18.Driver
Tugas Driver adalah mengantar atasan ke tempat-tempat yang telah ditentukan untuk kepentingan perusahaan.
(20)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
19. Temporary Cleaning Service & Gardener
Tugas Temporary Cleaning Service & Gardener adalah menjaga kebersihan kantor dan taman.
20. Factory Manager
a. Bertanggung jawab atas jumlah, jenis dan mutu produksi. b. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan pabrik. c. Berkoordinasi dengan setiap supervisor proses produksi.
d. Memberikan jumlah dan jenis pakan yang diproduksi kepada Branch
Manager dan bagian penjualan.
e. Mengawasi kebersihan areal pabrik. 21. Stock Supervisor
a. Bertanggung jawab terhadap pengambilan sampel bahan baku dari truk. b. Menyusun dan membuat laporan penerimaan dan pemakaian bahan baku. c. Menyusun dan membuat laporan pengeluaran dan hasil produksi.
d. Mengadakan pemeriksaan bahan baku dan hasil produksi di laboratorium. e. Bertanggung jawab kepada Manager Produksi.
22. Receiving
a. Melakukan pengambilan sampel.
b. Menghitung jumlah batch pada saat pembongkaran bahan baku dan penempatannya di gudang, memeriksa kondisi fisik (bocor).
c. Melakukan update stock di lapangan, yaitu keluarnya barang dari gudang yang digunakan untuk proses produksi.
(21)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
23. Delivery
a. Melakukan pengeluaran barang sesuai dengan delivery order. b. Memastikan barang yang dikeluarkan sesuai dengan delivery order. 24. Weight Bridge Operator
a. Menimbang bahan baku yang beli sebelum masuk ke gudang.
b. Menimbang pakan yang akan dijual dan menimbang barang-barang yang keluar dari pabrik.
25. Operator Forklift
a. Bertanggung jawab akan pengoperasian forklift yang digunakan.
b. Merawat forklift seperti memeriksa sebelumdan sesudah pemakaian dan kebersihan.
c. Memberikan laporan kepada atasan mengenai kondisi forklift. 26. Sweeper
Tugas Sweeper adalah menjaga kebersihan dari lantai produksi. 27. Production Supervisor
a. Mengkoordinir pembagian tugas bawahannya.
b. Merencanakan pembagian bahan baku dan bahan aditif. c. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu.
d. Bertanggung jawab kepada Manager Produksi.
e. Mengadakan pemeriksaan, penelitian, analisa serta evaluasi pekerjaan bawahannya.
(22)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
28. Controll Room
a. Melaksanakan produksi sesuai formula yang telah ditetapkan dan berdasarkan rencana produksi yang dibuat oleh supervisor produksi yang telah diketahui oleh factory manager.
b. Menentukan intake dumping, jenis bahan baku yang harus didumping dan menginformasikan rencana intake dumping bahan baku kepada dumping
operator.
c. Melaksanakan pengisian corn yellow dari intake ke silo, dari silo basah ke
dryer serta pengisian bin dari dryer.
d. Memberikan instruksi ke operator feed additive sesuai dengan rencana produksi.
e. Koordinasi ke bagian maintenance mengenai penggantian saringan glinding sesuai dengan hot size yang ditetapkan, pembersihan magnet, bila terjadi over flow/over load pada screw conveyor bin bahan baku dan slide-slide yang mengalami kemacetan.
f. Koordinasi dengan pellet operator tentang ration yang diproduksi dan jumlah batch.
29. Dumping Operator
a. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu
b. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan bahan baku yang digunakan pada proses produksi melalui koordinasi dengan bagian controll room.
c. Mencatat jumlah bahan baku yang telah di dumping. d. Bertanggung jawab terhadap kebersihan areal kerja.
(23)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
e. Bertanggung jawab terhadap penggulungan 2nd hand gonny bag. f. Bertanggung jawab kepada Factory Manager.
30. Sacking Off Supervisor
a. Bertanggung jawab terhadap sacking off section yang meliputi:
- Produk jadi yang diproduksi harus sesuai dengan plastik bag-nya dan
feed ticket-nya.
- Percepatan produksi sesuai dengan kapasitas mesin. - Pengambilan sampel produk jadi.
b. Berkoordinasi dengan bagian control room yang meliputi:
- Perbandingan komposisi yang diproduksi dan ukuran partikel. c. Berkoordinasi dengan bagian maintenance yang meliputi:
- Gangguan pada sistem sacking off misalnya bag lamp dan limit
switch.
- Gangguan pada escalator, conveyor dan sewing machine. 31. Pellet Mill Operator
a. Bertanggung jawab terhadap proses produksi untuk pellet dan crumble dengan koordinasi dengan bagian controll room mengenai ration yang akan diproduksi dan jumlah batch.
b. Melaksanakan kegiatan greasing setiap pagi dan sore hari atau setiap awal shift.
c. Selalu memeriksa bentuk fisik atau ukuran partikel sesuai dengan jenis
(24)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
d. Setiap akhir produksi suatu ration harus menyelesaikan/menghabiskan fine
return dengan berkoordinasi ke bagian controll room.
e. Memelihara kebersihan areal kerja.
f. Koordinasi dengan bagian maintenance mengenai gangguan pada sistem mekanik atau elektrik dan masalah steam/boiler.
32. Maintenance Supervisor
a. Mengkoordinir pembagian tugas bawahannya. b. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu. c. Bertanggung jawab kepada Manager Produksi.
d. Mengadakan pemeriksaan, penelitian, analisa serta evaluasi pekerjaan bawahannya.
33. Mechanical
a. Bertanggung jawab akan perawatan mesin-mesin produksi secara
mechanical.
b. Menjalankan jadwal pemeriksaan mesin, pelumasan, dan lain-lain sesuai petunjuk.
c. Menganalisa dan mempelajari kondisi mesin secara teratur.
d. Memberitahukan cara pengoperasian mesin-mesin secara mechanical yang baik kepada operator.
e. Merencanakan jadwal pemeriksaan berkala.
f. Menjaga kebersihan dari mesin-mesin dan alat-alat kerja yang digunakan. g. Merencanakan jadwal perbaikan mesin-mesin dan penggunaan spare part. h. Memeriksa kebocoran pada aliran udara, oli, dan casing-casing mesin.
(25)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
i. Membuat laporan kerja dan laporan bulanan pada atasan. 34. Electrical
a. Bertanggung jawab akan perawatan-perawatan electrical system sesuai dengan garisan-garisan yang telah ditentukan.
b. Merencanakan jadwal pemeriksaan berkala. c. Merencanakan jadwal pemeriksan spare part.
d. Memberikan aturan-aturan pengoperasia alat elektical yang baik kepada operator.
e. Memberikan bimbingan kepada operator dalam mengatasi masalah.
f. Membuat laporan yang diperlukan terutama dalam pemakaian arus listrik PLN.
g. Menjaga alat-alat kerja dan kebersihan electrical system.
h. Memberikan masukan kepada atasan akan keadaan electical dan saran-saran.
35. Store Keeper
a. Bertanggung jawab akan penerimaan dan penyimpanan spare part. b. Merencanakan persediaan spare part dan penggantian spare part.
c. Memberikan laporan kepada atasan, pemakaian solar, air dan spare part. d. Menyampaikan saran/usul kepada atasan guna mencapai hasil yang lebih
baik.
36. Boiler Operator
a. Bertanggung jawab akan pengoperasian boiler dan saluran pipa uap. b. Merawat boiler.
(26)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
c. Menyiapkan/ membuat laporan-laporan yang diperlukan. 37. Chemist
a. Melakukan analisa sampel bahan baku yang telah diambil oleh bagian QAO untuk mengetahui kelayakan bahan baku untuk digunakan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
b. Melakukan analisa produk berdasarkan sampel dari tiap-tiap produk yang diproduksi yang diambil oleh bagian QAO untuk diperiksa jenis-jenis kandungan produk tersebut.
c. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada bagian QAO dan Branch Manager. 38. Quality Assurance Officer
a. Memastikan pemakaian raw material dengan benar, baik kualitas fisik maupun nutrisi sesuai yang tercantum pada formula.
b. Mengawasi sistem FIFO untuk setiap raw material yang dipakai maupun untuk finish product.
c. Mencatat umur stock raw material dan finish product, dan jika ada kelainan kualitas fisik segera dikonfirmasikan ke bagian laboratorium untuk mengambil sampel dan menganalisa ulang.
d. Turut mengawasi operasional pabrik, antara lain:
- Dumping raw material dan pemakaian feed additif.
- Memastikan saringan dengan benar.
- Mengawasi bagian sacking, meliputi kualitas fisik ( ukuran partikel, warna, aroma dan rasa), kualiatas jahitan dan jumlah berat.
(27)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
- Kualitas sesuai dengan standar masing-masing.
- Bak truk harus kering dan bersih sebelum pakan dimuat. - Jumlah tonase pakan sesuai.
f. Mencatat dan membuat laporan yang ditujukan kepada Branch Manager dan bagian yang terkait.
2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1. Jumlah Tenaga kerja
Dalam menjalankan tugasnya, PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill memperkerjakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yan bekerja di lantai produksi pakan ternak di dalam pabrik. Tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang bekerja di luar pabrik.
.PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill saat ini memiliki 106 tenaga kerja yang dikelompokkan ke dalam tingkat yang sesuai dengan pendidikannya yaitu S1 ke atas, D III, SMU ke bawah.
Untuk tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMU ke bawah dibagi menjadi MWK (Monthly Worker) dan DWK (Daily Worker). PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill juga mengadakan kontrak kerja dan kontrak kerja ini bersifat sementara. Kontrak kerja tersebut disesuaikan dengan permintaan departemen masing-masing dan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Jumlah keseluruhan tenaga kerja adalah 106 orang yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
(28)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill
No Jabatan Jumlah
1 Branch Manager 1 Orang
2 Deputi General Manager 1 Orang
3 Secretary 1 Orang
4 Sales Manager 1 Orang
5 Purchasing Executive 1 Orang
6 Mill Controller 1 Orang
7 Personel Offiser 1 Orang
8 Factory Manager 1 Orang
9 Production Planning Inventory Control 2 Orang
10 Technical Service 3 Orang
11 Chemist/Quality Control 3 Orang 12 Quality Ansurance Officer 1 Orang
13 Executive Staff 4 Orang
14 Account Payable Admin 1 Orang
15 GL & Tax 1 Orang
16 Cost Account 1 Orang
17 Cashier 1 Orang
18 Delivery Order Admin 1 Orang
19 Sales Administration 1 Orang
20 Credit Controller 1 Orang
21 Security Coordinator 1 Orang
22 Members of Security 6 Orang
23 Operator 1 Orang
24 Messenger 1 Orang
25 Driver 2 Orang
26 Temporary Cleaning Service 2 Orang
27 Temporary Gardener 1 Orang
28 Stock Supevisor 1 Orang
29 Production Supervisor 2 Orang
30 Maintenance Supervisor 1 Orang 31 Production Administration 2 Orang
32 Store Keeper 1 Orang
33 Receiving 3 Orang
33 Delivery 1 Orang
34 Weight Bridge 1 Orang
35 Forklift Operator 4 Orang
(29)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
37 Bird Feed Stock 1 Orang
38 Truck Transfortation 2 Orang
39 Temporary Sweeper 3 Orang
No Jabatan Jumlah
40 Controll Room 3 Orang
41 Feed Additive 3 Orang
42 Dumping 2 Orang
43 Hand Dumping 2 Orang
44 Mixer 2 Orang
45 Sacking Off 2 Orang
46 Pellet Operator 2 Orang
47 Temporary Sweeper 2 Orang
48 Temporary Sacking Off 8 Orang
49 Temporary Dumping 5 Orang
50 Mechanical 1 Orang
51 Electrical 2 Orang
52 Stock Keeper 1 Orang
53 Boiler 2 Orang
54 Generator Maintence 1 Orang
55 Lab. Asisstant 2 Orang
56 Asistant QAO 1 Orang
Total 106 Orang
2.3.3.2. Jam Kerja
PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill beroperasi secara kontinu selama 16 jam/hari. Tenaga kerja secara umum bekerja 40 jam/minggu.
Waktu kerja bagi karyawan PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill dapat dikelompokkan menjadi dua shift, yaitu:
(30)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
1. Waktu Kerja Shift I
a. Senin-Jumat : Pukul 08.00-17.00 WIB b. Sabtu : Libur
2. Waktu Kerja Shift I
a. Senin-Jumat : Pukul 17.00-01.00 WIB b. Sabtu : Libur
c.
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya 2.3.4.1. Sistem Pengupahan
PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill memberikan gaji/upah karyawan diatas Upah Minimum Regional (UMR) sesuai dengan peraturan pemerintah. Pada PT. Gold Coin Indoneia-Medan Mill terdapat 80 orang pekerja tetap dan 23 orang pekerja kontrak. Pemberian upah pada setiap pekerja kontrak dilakukan dengan sistem borongan. Jumlah upah yang diterima dihitung berdasarkan beban kerja yang dilakukan dalam hitungan ton bahan baku yang dibeli dan barang jadi yang diproduksi. Sistem borongan ini ditetapkan bukan dalam pekerja inti, dengan kata lain hanya pada bongkar muat.
Sistem pengupahan dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Pekerja dapat menerima langsung seluruh upah selama satu bulan bekerja secara langsung (dalam sekali pembayaran).
2. Pekerja dapat menerima seluruh upah selama satu bulan kerja dalam dua tahap pembayaran, yaitu pada minggu ke dua dalam setiap bulannya, pekerja dapat
(31)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
menerima setengah dari upah pokok ditambah dengan overtime dan dikurangi dengan pajak penghasilan.
Pekerja diberi kebebasan memilih sistem pengupahan mana yang dianggap baik menurut pribadinya masing-masing.
2.3.4.2. Fasilitas-Fasilitas dari Perusahaan
PT. Gold Coin Indoneia-Medan Mill adalah perusahaan yang memperhatikan norma keselamatan kerja dan kesejahteraan karyawan. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kinerja yang tinggi, PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh segenap karyawan sebagai berikut:
1. Pemberian upah ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, kerja lembur, dan golongan.
2. Pemberian tunjangan hari raya, bonus tahunan, dan tujangan uang makan. 3. Mendaftarkan pekerja ke JAMSOSTEK dan asuransi lainnya.
4. Bekerja sama dengan rumah sakit tertentu untuk pelayanan kesehatan karyawan.
5. Adanya acara tahunan bersama seluruh karyawan beserta keluarga karyawan PT. Gold Coin Indoneia-Medan Mill.
6. Tersedia sarana transportasi untuk para karyawan.
(32)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Proses produksi adalah upaya untuk menciptakan atau menambah nilai suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada yaitu bahan baku, tenaga kerja, mesin, metode dan juga materi.
Pada Pabrik PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill, jenis proses produksinya adalah tipe batch production, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen dengan volume produksi dan laju produksi yang tinggi.
2.4.1. Standar Mutu Bahan/Produk
Standar mutu digunakan sebagai kendali terhadap bahan baku yang digunakan maupun produk yang dihasilkan supaya tidak melenceng terlalu jauh dari spesifikasi standar yang telah ditetapkan. Mutu bahan baku dan produk pada PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill diperiksa di laboratorium setiap hari untuk tetap menjaga mutu dari bahan baku dan produk yang dihasilkan oleh pabrik.
Standar mutu produk pada PT. Gold Coin Indonesia-Medan yaitu: 1. Pakan ternak untuk ayam pedaging stater umur 1-21 hari:
Kadar protein : 20%-22% Serat kasar : max 5% Kadar lemak : min 5% Kadar air : max 8% Kadar abu : max 13% Kadar kalsium : 0,8-1,2% Kadar Posfor : 0,6-1,0%
(33)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
2. Pakan ternak untuk ayam petelur dewasa umur 19 minggu ke atas: Kadar protein : 18,5-19,5%
Serat kasar : max 7% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 11% Kadar abu : max 13% Kadar kalsium : 3-4,2% Kadar Posfor : 0,6-1,0%
3. Pakan ternak untuk bebek petelur dari 5% produksi afkir: Kadar protein : 17-19%
Serat kasar : max 6% Kadar lemak : min 3% Kadar air : 10-12% Kadar abu : 11-15% Kadar kalsium : 0,8-1,2% Kadar Posfor : 0,6-1,0%
4. Pakan ternak untuk ayam petelur umur 1-8 minggu: Kadar protein : 19-21%
Serat kasar : max 6% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 8% Kadar abu : max 13% Kadar kalsium : 0,8-1,2%
(34)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Kadar Posfor : 0,6-1,0%
5. Pakan ternak konsentrat untuk babi berat 16 kg-panen: Kadar protein : 39-41%
Serat kasar : max 8% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 18% Kadar abu : max 12% Kadar kalsium : 2-3% Kadar Posfor : 1-2%
6. Pakan ternak konsentrat untuk pembibit babi umur 24 minggu ke atas: Kadar protein : 37-39%
Serat kasar : max 8% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 18% Kadar abu : max 12% Kadar kalsium : 2-3% Kadar Posfor : 1-2%
7. Pakan ternak untuk ikan mas finisher umur sebelum panen: Kadar protein : 21-29%
Serat kasar : max 8% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 13% Kadar abu : max 13%
(35)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Kadar kalsium : 2-2,5% Kadar Posfor : 1,0-1,5%
8. Pakan ternak untuk ikan mas grower umur 50 gr-panen: Kadar protein : 28-30%
Serat kasar : max 8% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 13% Kadar abu : max 12% Kadar kalsium : 1-2,5% Kadar Posfor : 0,6-1,5%
9. Pakan ternak untuk puyuh petelur umur 30-afkir: Kadar protein : 19-22%
Serat kasar : max 6% Kadar lemak : min 3% Kadar air : max 14% Kadar abu : max 13% Kadar kalsium : 3-4,2% Kadar Posfor : 0,6-1,0%
2.4.2. Bahan yang Digunakan
Perusahaan mengolah berbagai bahan baku yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak. Zat-zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi yang disebutkan diatas
(36)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
didapat dari seluruh material baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong atau zat aditif lainnya. Untuk menjamin hal ini maka ada standar mutu bahan. Penetapan standar mutu bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong bertujuan untuk menghasilkan produk pakan ternak yang berkualitas dan dapat memberi kepuasan kepada konsumen.. Secara garis besar bahan-bahan yang digunakan perusahaan dalam produksi pakan ternak, yaitu:
2.4.2.1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dengan komposisi persentase yang tinggi dan merupakan bahan yang membentuk bagian integral dari suatu produk jadi. Bahan baku yang digunakan adalah:
1. Jagung
Jagung merupakan sumber energi yang baik karena mengandung zat karbohidrat dengan persentase yang tinggi dan zat protein. Jenis jagung yang digunakan pada PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill dibedakan atas jagung lokal dan juga jagung impor.
2. Dedak
Dedak yang digunakan dibedakan atas dua jenis yaitu dedak padi dan dedak gandum. Dedak beras dibedakan atas dua jenis yaitu dedak halus dan dedak kasar. Dedak halus merupakan kulit ari beras yang diperoleh dari proses penyosohan beras. Sedangkan dedak kasar merupakan hasil hancuran padi.
(37)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Pada dedak gandum yang digunakan adalah whaet pollard, yaitu dedak yang berasal dari kulit ari gandum.
3. Bungkil Kacang Kedelai
Disebut juga Soya Bean Meal (SBM). Sekitar 50% protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil keledai. Pemakaian untuk ayam pedaging berkisar antara 15%-30%, sedangkan untuk ayam petelur 10%-25%. Selain mengandung nilai protein yang tinggi, didalam SBM terkandung asam amino lisin, yaitu asam amino yang paling essensial diantara asam-asam amino yang lainnya.
4. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan hasil dari pengolahan ikan yang diolah menjadi tepung. Kandungan tepung ikan meliputi protein, lemak dan juga kalsium. 5. Tepung Daging dan Tulang
Disebut juga Meat Bone Meal (MBM). MBM merupakan hasil pengolahan dari daging yang diolah menjadi tepung. MBM ini mengandung protein, lemak dan juga kalsium.
6. Kopra
Kopra digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ternak karena mengandung persentase serat yang tinggi.
(38)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
CPO merupakan bahan yang penting karena memiliki nilai biologis yang tinggi yang diperlukan dalam pembuatan pakan ternak.
8. Ampas Sawit
Disebut juga Palm Kernel. Ampas sawit ini mengandung nilai protein dan lemak yang tinggi yang sangat diperlukan dalam pembuatan pakan ternak.
2.4.2.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sangat sedikit atau cukup kompleks yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah: 1. Garam dan mineral, seperti sodium, pig minera, dan poultry mineral
2. Vitamin, seperti lysine, luprosi, dan finase 3. Minyak nabati, seperti canola oil, dan palm oil 4. Zat aditif, seperti tapioca
5. Bahan liquid, seperti rhodimet dan choline Cl
2.4.2.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak tampak dalam produk jadi tetapi hanya menolong proses produksi agar berjalan dengan lancar dan digunakan sebagai pelengkap produk saja. Adapun bahan penolong yang digunakan adalah:
(39)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
1. Solar sebagai bahan bakar
2. Minyak pelumas sebagai pelumas 3. Air
4. Karung plastik sebagai pembungkus produk
5. Benang jahit digunakan untuk menjahit karung, dan 6. Stiker atau cap pabrik
2.4.3. Uraian Proses
Adapun tahapan proses pembuatan pakan ternak di PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill yaitu:
1. Penuangan (Intake)
Bahan yang dituangkan adalah bahan baku. Terdapat tiga buah intake, yaitu
intake untuk bahan baku jagung dan intake I dan intake II untuk bahan baku
selain jagung. Bahan baku ini akan di bawa ke tempat penyaringan dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.
3. Penyaringan (Screening)
Bahan baku akan melewati suatu sistem magnet dimana kotoran-kotoran besi dan logam yang tercampur dengan bahan baku akan terpisah. Selanjutnya bahan baku akan disaring melalui drum shiever atau drum pengayak untuk memisahkan bahan baku dari kotoran non-logam seperti kayu, plastik, dan benda keras lainnya. Setelah melewati proses penyaringan, bahan baku selain jagung akan dibawa ke bin raw material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.
(40)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
3. Pengeringan
Jagung basah harus dikeringkan terlebih dahulu agar tidak mengalami penurunan kualitas. Jagung kering memiliki kadar air normal yaitu sekitar 17%-25%. Oleh karena itu, jagung basah akan dibawa ke tempat pengeringan dengan chain conveyor dan bucket elevator lalu dikeringkan dengan menggunakan dryer dengan cara menyemprotkan udara panas. Setelah jagung basah dikeringkan maka jagung tersebut akan dibawa ke silo jagung kering dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator. Di silo jagung kering ini, jagung akan di-blower yaitu didinginkan agar jagung tidak panas akibat bertumpuknya jagung-jagung. Selanjutnya dari silo jagung kering akan dibawa ke bin raw material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket
elevator.
4. Penimbangan (dosing)
Semua bahan baku telah menempati bin-bin sesuai dengan yang telah ditentukan. Kemudian akan dilakukan penimbangan (dosing). Timbangan terdapat dua buah yaitu timbangan I dan timbangan II. Sesuai dengan formula yang telah ditetapkan bahan akan ditimbang untuk 1 batch sebanyak 3 ton. Lalu dibawa ke bin hopper dengan menggunakan chain conveyor dan bucket
elevator.
5. Penggilingan
Bahan baku akan masuk ke dalam vibrator shifter untuk memisahkan bahan baku dengan ukuran yang kasar, sedang dan halus. Bahan baku dengan ukuran kasar dan sedang akan mengalami proses penggilingan terlebih dahulu
(41)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
sebelum masuk ke dalam mesin mixer, sedangkan bahan baku halus dapat langsung menuju mesin mixer.
Proses pengilingan dilakukan dengan dua buah mesin hammer mill yang berkapasitas 22 ton/jam dan berputar dengan kecepatan 3000 rpm dengan daya sebesar 132 kW. Bahan baku yang masuk akan mengalami proses pemukulan dengan kecepatan tinggi sehingga bahan baku akan terpukul dan terlempar ke arah saringan/pengayak yang dipasang sepanjang sisi mesin penggiling. Mesin penggiling ini dilengkapi dengan dust collector yang berfungsi membuang udara panas hasil sampingan dari proses penggilingan. Udara panas hasil pengilingan dihisap oleh blower malalui dust filter sehingga udara panas yang bersih di buang ke udara, sedangkan debu yang tersaring jatuh ke hopper penampung. Pada proses ini, blower berfungsi untuk mempercepat proses penggilingan sehingga bahan yang halus akan cepat tersaring dan bahan yang kasar akan cepat terpukul oleh pisau-pisau. Hasil pengilingan disimpan terlebih dahulu di hammer mill pack sebelum masuk ke proses selanjutnya. 6. Pencampuran (mixing)
Bahan baku dari hammer mill pack akan dicampur hingga rata di mixer. Pada saat proses mixing ini bahan tambahan cair berupa CPO, rhodimet dan choline
Cl, zat aditif, garam, mineral dan vitamin dicampur dengan bahan baku. Mesin mixer yang digunakan berkecepatan 22 rpm dan kapasitas 4 ton/jam dengan
daya 30 kW. Mesin ini terdiri dari pisau-pisau pengaduk yang berputar pada sumbunya. Lama pencampuran dapat diatur dengan alat pengontrol dari ruang panel. Jika produk yang diinginkan dalam bentuk mash (tepung), hasil
(42)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
pencampuran dari mesin mixer akan dibawa ke bin finished product. Untuk produk berbentuk pellet, bahan hasil campuran akan melalui proses peletizing sedangkan untuk produk berbentuk crumble akan melalui proses peletizing dan crumbling.
7. Pembutiran (Peletizing)
Bahan terlebih dahulu dipanaskan dengan steam berasal dari boiler. Steam yang digunakan bersuhu 850C. Pemanasan dilakukan agar proses penekanan menjadi lebih mudah. Setelah itu dilakukan proses penekanan/press. Proses pemeletan dilakukan dengan mesin press yang terdiri dari ring die press yang mempunyai lubang-lubang dengan ukuran tertentu, dimana die ring berputar dengan kecepatan 1500 rpm dan kapasitas 15 ton/jam dengan daya 200 kW, pada bagian tengahnya terdapat 2 buah rol yang berputar searah dengan putaran die ring press dengan kecepatan yang sama dan saling menekan. Dengan demikian bahan campuran yang masuk akan berputar dan ditekan keluar melalui lubang-lubang yang terdapat pada ring die press, di luar ring
die press terdapat pisau yang akan memotong hasil pellet, sehingga ukuran
sesuai dengan yang diinginkan. Setelah itu butiran bentuk pellet dibawa ke mesin cooler untuk didinginkan sampai temperatur udara luar (280C). Hasil dari mesin cooler ini akan dibawa ke bin finished product jika produk yang diinginkan dalam bentuk pellet. Namun jika produk yang diinginkan dalam bentuk crumble, maka hasil dari mesin cooler ini akan dibawa ke mesin
crumble.
(43)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Bentuk crumble adalah butiran pellet dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diinginkan dengan menggunakan mesin
crumble yang berputar dengan kecepatan 22 rpm dan daya 1,5 kW. Setelah
proses crumble selesai, bahan dibawa dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator ke vibrator untuk disaring kembali. Hasil pengayakan dibawa ke bin finished product untuk proses sacking.
9. Pengepakan (Sacking Off)
Produk jadi tersebut akan dicurahkan ke karung plastik ataupun karung kertas dengan belt conveyor dan proses tersebut berlangsung secara otomatis dan dilanjutkan dengan penimbangan berat neto produk yang diinginkan, yaitu 50 kg/karung. Setelah itu karung dijahit dengan sewing machine dan diangkut ke gudang produk jadi dengan alat angkut forklift. Produk jadi berupa mash,
pellet, crumble dan konsentrat akan dibawa ke proses sacking off.
2.4.4. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan merupakan jenis peralatan produksi. Secara umum mesin didefinisikan sebagai peralatan yang memerlukan tenaga penggerak (power), sedangkan peralatan atau equipment didefinisikan sebagai peralatan yang tidak memerlukan tenaga penggerak (power).
2.4.4.1. Mesin Produksi
Adapun mesin produksi yang digunakan di PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill adalah:
(44)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
1. Dryer
Fungsi : Mengurangi kadar air bahan baku sampai 15% Jumlah : 2 unit
Merek : Rotor
Tipe : CMAE 280
Motor : 7,5 KW
Putaran : 3000 rpm 2. Blower
Fungsi : Menarik udara panas dari dalam hammer mill sekaligus mempercepat turunnya material
Jumlah : 2 unit Merek : Van Arsen
Motor : 7,5 KW
Putaran : 3000 rpm 3. Drum Siever
Fungsi : Menyaring plastik dan bahan yang dapat menghambat raw
material melewati conveyor dan elevator
Jumlah : 2 unit
Tipe : TZ 700 x 2300
Motor : 2,2 KW
Putaran : 177 rpm 4. Vibrator
(45)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Jumlah : 2 unit
Merek : Mogensen
Tipe : E-1534
Motor : 2,7 KW dan 3,4 KW 5. Hammer Mill
Fungsi : Menggiling/menghaluskan bahan baku kasar Jumlah : 2 unit
Merek : Fimet/Electrim
Tipe : 700-2D
Motor : 132 KW
Putaran : 3000 rpm 6. Mixer
Fungsi : Mencampur bahan baku Jumlah : 1 unit
Motor : 30 KW
Putaran : 22 rpm Kapasitas : 6000 liter Merek : Nord
7. Pellet Mill
Fungsi : Menghasilkan pakan berbentuk pellet Jumlah : 1 unit
(46)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Tipe : C 750/250
Motor : 200 KW
Putaran : 1500 rpm 8. Crumble
Fungsi : Membentuk crumble Jumlah : 2 unit
Tipe : KR 16,2
Merek : Rotor
Motor : 5,5 KW
Putaran : 1000 rpm 9. Sewing Machine
Fungsi : Menjahit karung pakan sebagai produk akhir Jumlah : 3 unit
Tipe : Model 90/100 Merek : Fischbein
2.4.4.2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan di PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill adalah:
1. Intake Jagung
Fungsi : Tempat penuangan bahan baku berupa jagung Jumlah : 1 unit
(47)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Fungsi : Tempat penuangan bahan baku selain jagung Jumlah : 2 unit
3. Bin Raw Material
Fungsi : Tempat penyimpanan raw material Jumlah : 24 unit
4. Magnet
Fungsi : Menarik logam-logam yang masuk bersama bahan baku Jumlah : 2 unit
Tipe : PM 3
5. CPO Pump
Fungsi : Sebagai tangki penyimpanan CPO Jumlah : 2 unit
Merek : Regaline
Tipe : MP 1,5”
6. Day Bin
Fungsi : Tempat penyimpanan sementara produk dalam proses. Jumlah : 4 Unit
7. Dust Collector
Fungsi : Menyaring bahan-bahan agar material yang digiling tidak terbuang ke udara
Jumlah : 2 unit Merek : Van Arsen
(48)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
8. Cooler
Fungsi : Mendinginkan pakan dari mesin pellet Jumlah : 1 unit
9. Cyclon
Fungsi : Sebagai pemisah partikel-partikel halus Jumlah : 1 unit
Tipe : 1600 / 450 x 908 RECHTS 10. Bin Finish Product
Fungsi : Tempat penyimpanan produk jadi yang akan di sacking Jumlah : 8 unit
2.4.4.3. Utilitas
Adapun utilitas yang digunakan di PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill adalah:
1. Genset
Fungsi : Pembangkit listrik apabila listrik PLN padam Jumlah : 1 unit
Merek : Perkin
Daya : 1000 KVA
2. Boiler
Fungsi : Membangkitkan steam Jumlah : 1 unit
(49)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Kapasitas : 2 ton/jam Tekanan : 8 bar 3. Compressor
Fungsi : Sebagai penggerak sistem pneumatic pada mesin produksi
Jumlah : 2 unit
Motor : 15 KW dan 22KW/380 V 4. Tangki Air
Fungsi : Sebagai tempat penyimpanan air Jumlah : 1 unit
(50)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Perencanaan Produksi
3.1.1. Definisi Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi adalah pernyataan rencana produksi kedalam bentuk agregrat1
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan.
. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras (top management) dan manajemen produksi. Disamping itu juga perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang Jadwal Induk Produksi. Beberapa fungsi lain perencanaan produksi:
2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi.
Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi ini
1
Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri-ITB, Manajmen Produksi, Proyek Six University Developmenet and Rehabilitation (SUDR) Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. 1995.Hal.1.
(51)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan. Perencanaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan tinggi/rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos simpan/ongkos kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal, hal tersebut dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk.
3.1.2. Proses Perencanaan
Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Peramalan jangka panjang membantu manajer puncak dalam isu strategi dan penentuan kapasitas. Manajemen puncak membuat kebijakan-kebijakan untuk menjawab pertanyaan seperti: penentuan lokasi baru, pengembangan produk baru, dan penelitian pendanaan.
Perencanaan jangka menengah dimulai sejak keputusan kapasitas jangka panjang dibuat. Ini merupakan tugas manajer operasi. Keputusan penjadwalan meliputi perencanaan triwulan atau bulanan, yang ditujukan untuk menyesuaikan produktivitas terhadap permintaan yang fluktuatif. Seluruh perencanaan ini harus konsisten terhadap strategi jangka panjang dari manajemen puncak dan alokasi sumber-sumber yang telah ditentukan pada keputusan startegis sebelumnya. Isi dari perencanaan jangka menengah ini terutama adalah rencana produksi menyeluruh dan terpadu.
Perencanaan jangka pendek dibuat untuk paling lama tiga bulan ke depan. Rencana ini merupakan tugas pekerja operasional yang bekerja dengan para
(52)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
supervisor, foreman, yang merupakan uraian jadwal rencana kerja dalam
minggua n, harian, dan bahkan dalam jam.
Hubungan antara jenis, sifat dan horizon jangka waktu perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Hubungan Jenis, Sifat dan Horizon Jangka Waktu Perencanaan Type of Plan Nature of Plan Planning Horizon
Strategic Corporate Plan Strategic Production Plan
Strategic Planning Long range
Agregrat Production Plan Master Production Schedule
Tactical Planning Medium range
Daily Production Shedule Operational Palnning Short range
Sumber: Lee et al, 1994:177
3.1.3. Tujuan Perencanaan Produksi: Tujuan perencanaan produksi ialah:2
a) Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregrat menjadi item dalam jadwal induk produksi.
b) Sebagai masukan sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.
2
Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri –ITB, Manajmen Produksi, Proyek Six University Developmenet and Rehabilitation (SUDR) Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. 1995.Hal.1.
(53)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
c) Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.
3.1.4. Perencanaan Agregrat
Perencanaan agregrat adalah penentuan kuantitas dan waktu produksi dalam jangka waktu menengah. Manajer operasi mencoba untuk menentukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan melalui penyesuaian tingkat produksi, jumlah buruh, jumlah persediaan, kerja lembur, ketentuan subkontrak, dan berbagai variabel lain yang bisa dikendalikan. Dengan menggunakan perencanaan agregrat maka perencanaan produksi dapat dilakukan dengan menggunakan satuan produk pengganti sehingga keluaran dari perencanaan produksi tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk. Jadi dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam bentuk agregrat produk. Keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan agregrat diantaranya:3
a. Kemudahan dalam pengolahan data
Dengan menggunakan satuan agregrat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk. b. Ketelitian hasil yang didapatkan
3
Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri –ITB, Manajmen Produksi, Proyek Six University Developmenet and Rehabilitation (SUDR) Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. 1995.
(54)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan metode yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin baik
c. Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana
3.1.5. Strategi Perencanaan Produksi
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan produksi yaitu dengan melakukan manipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau variabel terkendali lainnya. Jika perubahan dilakukan terhadap satu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi disebut sebagai strategi murni (pure strategy). Sebaliknya, strategi gabungan (mixed strategy) merupakan gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan produksi fleksibel.4
4
Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri-ITB, Manajmen Produksi, Proyek Six University Developmenet and Rehabilitation (SUDR) Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. 1995.Hal.2.
Seandainya datangnya permintaan dari konsumen bersifat rutin dan dapat diketahui dengan pasti baik besarnya maupun waktunya maka perencanaan produksi tidak diperlukan lagi. Namun pada kenyataanya pola permintaan ini tidak dapat ditentukan dengan pasti. Masalah tersebut mengakibatkan perusahaan harus menemukan cara atau strategi berproduksi agar fluktuasi permintaan tersebut dapat diantisipasi tentu saja dengan cara yang ekonomis sehingga tujuan perusahaan mencari keuntungan dapat tercapai.
(55)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.1.5.1Strategi Perencanaan Agregrat Secara Murni (Pure Strategy).
Dikatakan pure strategy, jika perubahan dilakukan terhadap satu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi. Beberapa strategi murni yaitu:
1. Mengendalikan jumlah persediaan. Persediaan dapat dilakukan pada saat kapasitas produksi dibawah permintaan (demand). Persediaan ini selanjutnya dapat digunakan pada saat permintaan berada diatas kapasitas produksi. Biaya yang berkaitan dengan strtategi ini yaitu: biaya pergudangan, asuransi, pengelolaan, kekunoan (obsolescence) barang, dan modal tertanam akan meningkat (biaya-biaya ini sekitar 15-40% dari nilai sebuah item persediaan).5 Keunggulan strategi ini:
a. Meminimumkan upaya penjadwalan produksi,
b. Meminumkan penambahan tenaga kerja baru (tidak ada kerja lembur) c. Menyederhanakan sistem pesanan untuk bahan baku karena produksi yang
konstan.
Kelemahannya antara lain:
a. Ada kemungkinan penurunan tingkat pelayanan pada saat ada permintaan yang mendadak meningkat
b. Ada kemungkinnan jumlah persediaan yang berlebih jika terjadi penurunan permintaan dalam jangka waktu yang cukup panjang,
c. Dibutuhkan sistem backorder atau dibutuhkan subkontrak jika permintaan berbeda dengan tingkat produksi.
5
(56)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
2. Mengendalikan jumlah tenaga kerja. Manajer dapat melakukan perubahan jumlah tenaga kerja dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja sesuai dengan laju produksi yang diinginkan. Tindakan lain yang dapat dilakukan dengan melakukan jam kerja lembur.
Keunggulan strategi ini :
a. Biasanya lebih mudah untuk melakukan perubahan tingkat produksi daripada perubahan dalam jumlah tenaga kerja atau tingkat persediaan karena perubahan-perubahan ini biasanya dilakukan pada tingkat manajemen sebagai kebijakan,
b. Meminimukan biaya persediaan barang jadi,
c. Meminimumkan biaya rekrutmen tenaga kerja baru dan penjadwalan. Kelemahannya antara lain:
a. Meningkatnya upaya penjdwalan produksi dan persediaan karena permintaan yang berfluktuasi
b. Penggunaan tenaga kerja yang tidak efisien pada saat permintaan pasar menurun dan tingkat produksi ditentukan dibawah kapasitas
c. Adanya kecendrungan untuk menimbulkan semangat tenaga kerja yang buruk karena ada ketidakpastian kerja (kadang-kadang buruh bekerja dengan sibuk, disaat lain tidak bekerja)
3. Subkontrak. Subkontrak dapat dilakukan untuk menaikkan kapasitas perusahaan pada saat perusahaan sibuk sehingga permintaan dapat dipenuhi.
(57)
Fictor Wardin C. Tampubolon : Penerapan Dynamic Programming Sebagai Solusi Optimal Dalam Penyusunan Rencana Produksi, 2009.
USU Repository © 2009
4. Mempengaruhi demand. Karena perubahan permintaan merupakan faktor utama dalam masalah perencanaan agregrat, maka pihak manajemen dapat melakukan tindakan, yaitu dengan mempengaruhi pola permintaan itu sendiri.
3.1.5.2.Strategi Perencanaan Agregrat Secara Gabungan (Mixed Strategy). Setiap pure strategy akan melibatkan biaya yang besar dan sering pure
strategy tidak layak, oleh karena itu kombinasi dari pure strategy ini menjadi
mixed strategy lebih sering digunakan. ketika suatu perusahaan
mempertimbangkan kemungkinan dari pencampuran strategi yang bervariasi dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi yang berviariasi tersebut, maka perusahaan baru akan menyadari tantangan yang sedang dihadapi.
3.1.6. Fase-Fase Perencanaan Agregrat.6
Pengembangan perencanaan agregrat mengikuti prosedur yang terdiri dari empat fase, seperti terlihat pada Gambar 3.1.
1. Persiapan Peramalan Permintaan Agregrat. Peramalan permintaan agregrat mencakup beberapa permintaan yang diperkirakan pada tiap-tiap periode selama horizon perencanaan dalam satuan unti yang sama untuk semua jenis item yang dihasilkan. Peramalan ini dapat menggunakan analisis deret waktu, waktu rata-rata bergerak, dan lain-lain.
2. Mengkhususkan Kebijaksanaan Organisasi untuk Melancarkan Penggunaan Kapasitas. Pada fase ini, manajemen mencoba mengidentifikasi
6
Arman Hakim Nasution, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Institiut Teknologi Semarang.
(1)
Tabel 6.3. Jumlah Biaya Produksi Tanpa ………(Lanjutan)
No Bulan Produksi
(Batches)
Total Biaya Produksi (Jutaan Rupiah)
1 Juli 1.950 16.384,23
2 Agustus 2.464 20.698,70
3 September 1.984 16.666,49
4 Oktober 1.866 15.671,87
5 November 2.394 20.107,31
6 Desember 2.253 18.924,53
Jumlah 140.573,92
Sebagai tahap perbadingan apakah perusahaan mengalami penghematan biaya atau tidak jika perusahaan membuat suatu jadwal produksi. Hasil perhitungan biaya dapat dilihat pada uraian berikut ini :
Dari tabel diatas akan didapat persentasi penghematan biaya jika perusahaan menggunakan kebijkasanaan yang pertama (produksi dengan penjadwalan)
n penjadwala pa
Biaya
penjdwalan dengan
Biaya n
penjadwala pa
Biaya Biaya
Penghema
tan tan
tan = −
% 33 , 32 % 100 69
, 739 . 207
92 , 573 . 140 69 , 739 . 207
tanBiaya = − x =
Penghema
Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jika perusahaan mengambil kebijakan yang pertama (produksi tanpa penjadwalan) maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Sedangkan jika perusahaan mengambil kebijakan yang kedua (produksi dengan penjadwalan) maka perusahaan akan mengalami penghematan biaya yang cukup tinggi dengan rata-rata persentase penghematan biaya per bulan sebesar 32.33%.
(2)
Tabel 6.1. Rekapitulasi Perencanaan Produksi Per bulan
Xi i
Periode Produksi
Desember November Oktober September Agustus Juli
) ( * 1 i x (Batches) ) ( * 1 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 2 i x (Batches) ) ( * 2 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 3 i x (Batches) ) ( * 3 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 4 i x (Batches) ) ( * 4 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 5 i x (Batches) ) ( * 5 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 6 i x (Batches) ) ( * 6 i f (Jutaan Rupiah)
0 2.253 18.923,4 2.394 39.030,7 1.866 54.703,15 1.984 71.369,64 2.464 92.068,34 1.950 1.08452,01 97 2.156 18.123,8 2.297 37.431,6 1.769 52.304,45 1.887 68.171,37 2.367 88.070,51 1.853 108.528,40 194 2.059 17.324,3 2.200 35.632,4 1.672 49.905,76 1.790 64.973,11 2.270 84.072,68 1.756 98.857,22 291 1.962 16.524,7 2.103 34.233,3 1.575 47.507,06 1.693 61.774,85 2.173 80.074,85 1.659 94.059,83 388 1.865 15.725,1 2.006 32.634,2 1.478 45.108,36 1.596 58.576,58 2.076 76.077,02 1.562 89.262,43 485 1.768 14.925,6 1.909 31.035,1 1.381 42.709,66 1.499 55.378,32 1.979 72.079,19 1.465 84.465,04 582 1.671 14.126,0 1.812 29.435,9 1.284 40.310,97 1.402 52.180,06 1.882 64.083,53 1.368 79.667,64
679 1.574 13.326,4 1.715 27.836,8 1.187 37.912,27 1.305 48.981,79 1.785 68.081,36 1.271 74.870,24 Xi
1
Periode Produksi
Juni Mei April Maret Februari Januari
) ( * 7 i x (Batches) ) ( * 7 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 8 i x (Batches) ) ( * 8 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 9 i x (Batches) ) ( * 9 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 10 i x (Batches) ) ( * 10 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 11 i x (Batches) ) ( * 11 i f (Jutaan Rupiah) ) ( * 12 i x (Batches) ) ( * 12 i f (Jutaan Rupiah) 0
1.600 121.892,73 2.429 142.294,61 2.218 160.924,0 1.781 175.882,4 1.177 191.473,6 1.936 207.736,9 97 1.503 116.295,80 2.332 135.898,10 2.121 153.727,9 1.684 167.886,0 1.274 182.678,4 1.839 198.142,1 194 1.406 110.698,80 2.235 129.501,60 2.024 146.531,8 1.587 159.891,1 1.371 173.883,2 1.742 188.547,3 291 1.309 105.101,80 2.138 123.105,00 1.927 139.335,7 1.490 151.895,4 1.468 165.088,0 1.645 173.952,5 388 1.212 99.504,88 2.041 116.708,50 1.830 132.139,6 1.393 143.899,8 1.565 156.292,7 1.548 169.357,7 485 1.115 93.907,92 1.944 110.312,00 1.733 124.943,5 1.296 135.904,1 1.662 147.497,5 1.451 159.762,9 582 1.018 88.310,96 1.847 103.915,50 1.636 117.747,4 1.199 127.908,4 1.759 138.702,3 1.354 150.168,2
(3)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap pengolahan data dan menganalisa hasilnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola permintaan terbaik yang digunakan dalam peramalan permintaan produk pakan ternak di PT. Gold Coin Indonesia pada periode mendatang adalah pola permintaan eksponesial, dengan persamaan peramalan:Y = '
8.304,853e−0.03924825x
2. Dengan pola peramalan eksponensial didapat jumlah permintaan pakan ternak untuk periode Januari-Desember 2009. Hasil peramalan permintaan produk pakan ternak dapat dilihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1 Perkiraan Penjualan Tahun 2009
Bulan (2009)
Perkiraan penjualan (Ton)
Perkiraan penjualan (Batches)
Januari 4.986 1.662
Pebruari 4.794 1.598
Maret 4.609 1.536
April 4.432 1.477
Mei 4.261 1.420
Juni 4.097 1.366
Juli 3.940 1.313
Agustus 3.788 1.263
September 3.642 1.214
Oktober 3.502 1.167
(4)
3. Rekapitulasi jumlah produksi optimal pada setiap periode yang diperoleh dengan menggunakan Metode Dynamic Programming dapat dilihat pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Rekapitulasi Jadwal Produksi Optimal pada Setiap Bulan
No Bulan Jumlah Produksi
(Batches)
Jumlah Persediaan Produk Jadi (Batches)
1 Januari 1.574 679
2 Febuari 1.715 679
3 Maret 1.187 679
4 April 1.305 679
5 Mei 1.785 679
6 Juni 1.271 679
7 Juli 921 679
8 Agustus 1.750 679
9 September 1.539 679
10 Oktober 1.102 679
11 November 1.865 679
12 Desember 1.257 679
4. Perusahaan akan mengalami penghematan biaya yang cukup tinggi jika perusahaan menggunakan sistem penjadwalan produksi pada setiap periodenya. Rata-rata penghematan biaya yang diperoleh oleh pihak perusahaan jika perusahaan menerapkan sistem penjadwalan produksi sebesar 32,33% per bulan
7.2. Saran
1. Perusahaan sebaiknya melakukan peramalan permintaan produk untuk periode-peiode mendatang, hal ini disebabkan peramalan merupakan salah
(5)
satu variabel masukan didalam menentukan jumlah produksi optimum selama periode perencanaan.
2. Perusahaan sebaiknya membuat sistem penjadwalan produksi untuk dapat menentukan jumlah produksi yang optimal sehingga dapat menanggulangi terjadinya kelebihaan dan kekurangan jumlah produksi.
3. Diharapkan perusahaan dapat menggunakan Metode Dynamic Programming sebagai solusi optimal dalam penetuan jumlah produksi karena dengan menggunakan metode ini akan didapat jalur optimal dari banyak jalur yang disediakan.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Assuary, Sofyan Drs., Manajemen Produksi, Edisi Ketiga, Lembaga Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1978
2. Buffa, Ellwod, Operation Management, Problem and Models, Third
Edition, University of California, A willey/Hamilton Publication.
3. Kusuma, Hendra, Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian
Produksi, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 1999.
4. Nasution, Arman Hakim, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Surabaya, Guna Widya, 1999.
5. Scroeder, Roger. G, Operation Managemen, Fourth Edition, University of Minnesota, Mc Graw Hill International, 1993.
6. Sistem Produks i, Laboratorium, Manajemen Produksi, In Country Short-Term Training Non Degree Tarining Program, Jurusan Teknik Industri-ITB, Bandung, 1985.
7. Siagian, P, Penelitian Operasional, Teori dan Paraktek, Cetakan Pertama, UI Press, Jakarta, 1987.