Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

(1)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA WANITA yang

MENDERITA KANKER SISTEM REPRODUKSI

SKRIPSI

Oleh

Nur Ummi Eka Dharmayanti 081121019

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

Peneliti : Nur Ummi Eka Dharmayanti Nim : 081121019

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun akademik : 2009/2010

Tanggal Lulus : 29 Desember 2009

Pembimbing Penguji I

……… …...………. Siti Saidah N, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat Rika Endah Nurhidayah, S.Kp

NIP. 19750327 20012 2 001 NIP. 19760120 200012 2 001 Penguji II

………. Ellyta Aizar, S.Kp

NIP. 19741013 200012 2 001 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 29 Desember 2009 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp. MNS


(3)

PRAKATA

Alhamdullillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulluah SAW beserta keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, yaitu:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku Pembantu Dekan Satu Fakultas Keperawatan

USU.

3. Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp dan Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp selaku dosen penguji proposal dan sidang Skripsi yang telah banyak memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam perbaikan Skripsi ini.

5. Ibu Lutfiani, S.Kep. Ns, selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan selama masa perkuliahan dan kepada seluruh dosen staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan USU yang memberikan bantuan dan kelancaran selama proses penelitian berlangsung. 6. Kedua orangtua ku tercinta, Giyanto, SH dan Yulinar. Terima kasih atas kasih

sayang, doa dan dukungan yang tak henti-hentinya selama ini kepada penulis. 7. Adik-adikku tersayang, Arjuna Dwi Prasetia dan Tri Septi Syukurillah yang


(4)

8. Fauzan Azmi, SH yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, dan selalu memberikan motivasi serta doa yang tak pernah henti diberikan kepada penulis selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Kak Fitri, Tika, Zakia, Kak Sri, Kak Zia, Fika, Evilia, Gina, Bu Melda, Bu Fitri dan seluruh teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa ekstensi stambuk 2008.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Desember 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Abstrak... .. viii

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang………... 1

1.2Pertanyaan Penelitian………... 5

1.3Tujuan Penelitian ………... 5

1.4Manfaat Penelitian ………... 5

4.1 Pendidikan Keperawatan……….. 5

4.2 Praktek Keperawatan……… 5

4.3 Penelitian Keperawatan ………... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka………. 6

2.1Kanker ... 7

2.1.1 Kanker Serviks... 7

2.1.2 Kanker Rahim... 8

2.1.3 Kanker Vagina... 9

2.1.4 Kanker Ovarium... 10

2.1.5 Kanker Payudara... 11

2.2 Konsep diri... 13

2.2.1 Identitas Diri... 14

2.2.2 Citra Diri... 15

2.2.3Harga Diri………. 17

2.2.4Ideal Diri……… 18

2.2.5 Peran Diri……….. 18

2.3Pendidikan Kesehatan……… 20

2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan... 20

2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan... 20

2.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan... 21

2.3.4 Tempat Penyelenggaraan Pendkes... 22

2.3.5 Pendidikan Kesehatan Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi... 22

Bab 3 Kerangka Penelitian ... 25

3.1 Kerangka Konseptual... 25

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional... 26

3.2.1 Definisi Konseptual... 26

3.2.2 Definisi Operasional... 27

3.3 Hipotesis... 28


(6)

4.2 Populasi dan Sampel……….. 30

4.2.1 Populasi………. 30

4.2.2 Sampel………... 30

4.2.2.1 Jumlah Sampel ………... 30

4.2.2.2 Kriteria Sampel... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

4.4 Instrumen Penelitian... 31

4.5 Pertimbangan Etik... 32

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Intrumen... 33

4.7 Pengumpulan Data... 34

4.8 Analisa Data... 35

Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 37

5.1. Hasil Penelitian ... 37

5.1.1. Analisis Univariat... 37

5.1.2. Konsep diri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri ... 39

5.1.3 Analisis Bivariat... 41

5.2. Pembahasan... 42

5.2.1. Data Demografi ... 42

5.2.2. Data Konsep Diri ... 44

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi ... 52

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Rekomendasi ... 50

6.2.1. Praktek Keperawatan ... 50

62.2. Penelitian Selanjutnya ... 51

Daftar Pustaka... 52

Lampiran –lampiran... 54

1. Inform Consen... 54

2. Kuesioner... 55

3. Satuan acara penyuluhan... 59

4. Kegiatan pendidikan kesehatan ... 61

5. Leaflet ... 62

6. Hasil data responden... 68

7. Lembar konsul ... 77

8. Jadwal penelitian... 79


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel:

1. Variabel berdasarkan definisi operasional………. 27 2. Desain penelitian quasi eksperimen satu kelompok pre-post test... 29 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data

demografi usia, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan……….. 38 4. Distribusi frekuensi responden tentang konsep diri sebelum dan

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan……….. 39 5. Gambaran konsep diri sebelum dan sesudah diberikan intervensi………… 43 6. Hasil uji statistik paired t-test konsep diri sebelum dan sesudah


(8)

Judul : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

Nama : Nur Ummi Eka Dharmayanti Nim : 081121019

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009

Abstrak

Kanker pada sistem reproduksi wanita menduduki peringkat pertama kanker yang terjadi pada wanita dan dua pertiganya kasus kanker terjadi di Indonesia. Kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan penyakit yang kronik dan bersifat progesif serta memiliki efek samping dari pengobatan (kemoterapi) yang menimbulkan perubahan pada sistem tubuh penderita yang mempengaruhi gambaran diri klien. Gambaran diri yang buruk akan berdampak pada konsep diri yang negatif. Konsep diri negatif tersebut dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif melalui pemberian pendidikan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan konsep diri. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan satu kelompok sampel (one group pre-post test). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah totally sampling sesuai dengan kriteria penelitian sehingga didapatkan jumlah sampel 20 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Oktober -16 November.

Sebelum pemberian intervensi, peneliti melakukan pengukuran awal terhadap konsep diri responden, setelah intervensi dilakukan pengukuran kembali konsep diri responden berdasarkan jawaban dari kuesioner. Konsep diri sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dianalisis dengan uji paired t-test, sehingga didapatkan hasil taraf signifikansi 0.000 (p<0.05) dengan nilai t -8.480 dan p value 0.000. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi ke arah yang lebih baik (positif).


(9)

Judul : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

Nama : Nur Ummi Eka Dharmayanti Nim : 081121019

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009

Abstrak

Kanker pada sistem reproduksi wanita menduduki peringkat pertama kanker yang terjadi pada wanita dan dua pertiganya kasus kanker terjadi di Indonesia. Kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan penyakit yang kronik dan bersifat progesif serta memiliki efek samping dari pengobatan (kemoterapi) yang menimbulkan perubahan pada sistem tubuh penderita yang mempengaruhi gambaran diri klien. Gambaran diri yang buruk akan berdampak pada konsep diri yang negatif. Konsep diri negatif tersebut dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif melalui pemberian pendidikan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan konsep diri. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan satu kelompok sampel (one group pre-post test). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah totally sampling sesuai dengan kriteria penelitian sehingga didapatkan jumlah sampel 20 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Oktober -16 November.

Sebelum pemberian intervensi, peneliti melakukan pengukuran awal terhadap konsep diri responden, setelah intervensi dilakukan pengukuran kembali konsep diri responden berdasarkan jawaban dari kuesioner. Konsep diri sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dianalisis dengan uji paired t-test, sehingga didapatkan hasil taraf signifikansi 0.000 (p<0.05) dengan nilai t -8.480 dan p value 0.000. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi ke arah yang lebih baik (positif).


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.5 LATAR BELAKANG

Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan keturunan. Mendapatkan keturunan banyak aspek yang berperan diantaranya adalah peran wanita dalam melahirkan anak. Mendapatkan seorang anak dimulai dengan suatu proses yang terjadi pada sistem reproduksi. Sistem reproduksi wanita adalah vagina, serviks, ovarium, uterus, dan payudara (John, 2002). Pada kenyataannya tidak semua orang mampu mendapatkan keturunan salah satu diantaranya karena gangguan pada sistem reproduksi, seperti wanita yang menderita kanker sistem reproduksi, selain itu kanker sistem reproduksi dapat mengakibatkan kematian (Jong, 2004).

Hasil penelitian kesehatan terhadap wanita ternyata penyebab kematian tertinggi wanita selain komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas adalah kanker pada sistem reproduksi wanita (Aisiyah, 2009). Kanker pada sistem reproduksi wanita menduduki peringkat pertama kanker yang terjadi pada wanita. Dua per tiga kasus kanker di dunia terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Harahap, 1998).

Kanker adalah pertumbuhan abnormal sel-sel yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya atau menyebar ke tempat-tempat jauh (Smeltzer, 2001). Kanker merupakan suatu penyakit yang sangat fatal dan dapat menjalar ke semua bagian tubuh mulai dari kepala sampai ke kaki, dari kulit sampai ke organ dalam (Junaidi, 2007).


(11)

Kanker yang terjadi pada sistem reproduksi wanita pada awalnya tidak menimbulkan gejala namun pada stadium lanjut kanker tersebut baru menimbulkan gejala dan meresahkan bagi penderitanya (Willson, 2001). Kanker pada sistem reproduksi pada stadium lanjut merupakan penyakit yang seringkali tidak bisa disembuhkan dan mempunyai perjalanan penyakit yang kronik yang akhirnya mematikan. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di rumah sakit H. Adam Malik, wanita yang menderita kanker sistem reproduksi lebih banyak memeriksakan dirinya pada stadium lanjut setelah menimbulkan gejala. Pada bulan Februari tahun 2009 (satu bulan terakhir) ada sekitar 25 wanita yang menderita kanker sistem reproduksi yang dirawat di rumah sakit H. Adam Malik Medan.

Klien dengan kanker stadium lanjut ini harus menjalani terapi yang dengan waktu yang cukup lama. Proses perjalanan penyakit yang kronik dan bersifat progresif serta efek samping pengobatan pada penyakit ini dapat menimbulkan perubahan pada sistem tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Gandasentana, 1997). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara kondisi sehat dan sakit yang dapat menimbulkan gangguan konsep diri klien yang berhubungan dengan kebergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan penurunan kemampuan berfungsi (Carpenito, 1997).

Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Keliat (1992) menyatakan konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan


(12)

orang lain. Konsep diri terbagi atas lima komponen, yaitu : identitas diri, citra diri, harga diri, ideal diri dan peran Cooley (1956) dalam Potter & Perry (1993). Adanya perubahan fungsi seksual pada klien dengan kanker sistem reproduksi dapat menjadi salah satu sebab terjadinya gangguan konsep diri klien ke arah yang negatif, apabila tidak mampu mengatasinya karena perubahan seksualitas pada seseorang akan menyebabkan penurunan gambaran diri yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan harga diri. Penurunan harga diri dan kesepian serta di tambah dengan penurunan fungsi tubuh dapat menyebabkan isolasi sosial dan kehilangan interaksi dengan orang lain (Kozier, 1995).

Melihat fenomena di atas, kanker sistem reproduksi menimbulkan banyak perubahan bagi klien yang mengalaminya. Tidak hanya menimbulkan perubahan fisik saja tetapi dapat menimbulkan perubahan-perubahan dari segi lainnya seperti psikologis, sosial, dan spiritual. Dampak yang ditimbulkan dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya berupa perubahan pada konsep dirinya (Keliat,1992).

Menurut Nyswander (1947) yang dikutip Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan prilaku pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu, kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar (Herawani, 2001). Keadaan yang telah dipaparkan tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Efektivitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita


(13)

kanker sistem reproduksi”, guna mengembalikan konsep diri klien ke arah positif dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

1.2 PERTANYAAN PENELITIAN

1.2.1 Bagaimana konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sebelum diberi pendidikan kesehatan?

1.2.2 Bagaimana konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sesudah diberi pendidikan kesehatan?

1.2.3 Apakah pendidikan kesehatan efektif terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Mengidentifikasi konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sebelum diberi pendidikan kesehatan.

1.3.2 Mengidentifikasi konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sesudah diberi pendidikan kesehatan.

1.3.3 Mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri yang terjadi pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.


(14)

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi bagi pendidik tentang metode pembelajaran mengenai pendidikan kesehatan yang harus diberikan kepada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi karena mengalami perubahan konsep diri .

1.4.2Praktek Keperawatan

Hasil penelitian akan berguna bagi perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sehingga meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan efektifitas pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2KANKER

Kanker adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Himawan, 2006). Kanker dapat tumbuh di bagian mana saja pada tubuh manusia saja salah satunya di organ-organ reproduksi wanita. Kanker sistem reproduksi wanita adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak berfungsi bagi tubuh yang terjadi pada sistem reproduksi wanita yang berasal dari organ itu sendiri ataupun dari metastase kanker organ lainnya (Junaidi, 2007). Jenis-jenis kanker pada sistem reproduksi wanita adalah sebagai berikut: kanker serviks, kanker rahim, kanker vagina, kanker ovarium, dan kanker payudara.

2.1.1 Kanker Serviks

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Tapan, 2005).

Penyakit ini belum diketahui penyebabnya secara jelas, namun timbulnya kanker serviks berkaitan erat dengan beberapa faktor resiko diantaranya: melakukan hubungan seksual pada usia dini, melahirkan pada usia dini, berganti-gantian pasangan seksual, infeksi HIV, merokok dan infeksi yang disebabkan human papiloma virus (HPV) yang diperoleh melalui kontak seksual (Siswadi, 2006). Mengetahui adanya kanker serviks, pada diagnosis awal dapat


(16)

dilakukan Pap smear untuk uji skrinning kemudian diagnosis secara pasti setelah timbulnya gejala dapat dilakukan biopsi punch dan kolposkopi (William, 2001).

Gejala yang dialami pasien kanker serviks pada awalnya menimbulkan keluhan adanya sekresi dari vagina berupa air, perdarahan yang tiba-tiba setelah koitus, perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur antara periode menstruasi (metrogia), perdarahan pasca-menopause dan polimenorea. Namun, hal ini akan berlanjut menjadi gejala lanjutan seperti sekresi vagina yang kehitaman dan bau, nyeri pada daerah pelvis, abdomen, lumbar, bokong, berat badan menurun, anoreksia, anemia, edema ekstremitas bawah, disuria, dan perdarahan dari rektum (Siswadi, 2006). Berkembangnya proses kanker secara progresif mengakibatkan jaringan yang ada di luar serviks dapat terkena. Sehingga, ditetapkannya pentahapan klinis berdasarkan klasifikasi internasional agar pengobatan dapat di rencanakan lebih spesifik dan prognosis lebih dapat di prediksi.

Klasifikasi internasional yang dikutip dari The International Federation of Gynecology and Obstetric adalah sistem pentahapan yang banyak digunakan yaitu klasifikasi TNM (tumor, nodus, dan metastase) dan juga digunakan untuk menggambarkan malignasi. Pada sistem ini, T mengacu pada tumor primer, N pada keterlibatan nodus limfe, dan M pada metastasis, atau penyebaran penyakit (Smeltzer, 2001). Pada penatalaksanaan medis, kanker serviks dapat ditanggulangi sesuai dengan tingkat keparahan ataupun stadium


(17)

yang dialami klien. Diantaranya dapat dilakukan dengan histerektomi, bedah/sinar laser, radiasi, bedah krio, dan kemoterapi (William, 2001).

2.1.2 Kanker Rahim (Endometrium)

Kanker rahim biasanya merupakan jenis kanker yang jinak disebut dengan leiomioma. Leiomioma (mioma) adalah tumor benigna yang berasal dari sel-sel otot dan mengandung sejumlah jaringan fibroid. Stimulus untuk tumbuhnya tumor ini juga belum jelas, tetapi sering dikaitkan dengan hormon estrogen karena tumor jarang timbul sebelum menarche dan mengecil sesudah menopause (Siswadi, 2006).

Kanker pada endometrium merupakan kanker ginekologis yang paling lazim yang mengenai wanita usia lebih dari 50 tahun dan merupakan kanker ke empat yang paling umum pada wanita (Siswadi, 2006). Adapun faktor resiko yang memicu terjadinya kanker endometrium ini yaitu: peningkatan kadar estron yang dilepaskan yang berhubungan dengan kelebihan berat badan dan penggunaan estrogen jangka panjang serta menopause setelah usia 52 tahun (William, 2001). Keluarnya darah lewat vagina sesudah menopause dalam jangka waktu yang lama merupakan suatu keadaan yang abnormal. Keadaan ini menunjukkan tanda khas pada kanker rahim tetapi hal ini juga dapat terjadi pada wanita usia subur, namun perdarahan muncul di luar masa menstruasi (Siswadi, 2006).

Pengobatan kanker rahim didasarkan pada tahap penyakit tetapi hampir selalu dimulai dengan histerektomi abdomen total sejalan dengan salpingo-ooforektomi bilateral. Radiasi eksternal dan brakhiterapi menyertai


(18)

tindakan ini, bergantung pada hasil dari pentahapan bagi klien yang mempunyai resiko tinggi kekambuhan (Smeltzer, 2001).

2.1.3Kanker Vagina

Kanker vagina adalah pertumbuhan sel yang abnormal di vagina, dan biasanya ditemukan di bagian teratas dari vagina. Penyakit ini diakibatkan oleh

koriokarsinoma yang bermetastasis atau bentuk kanker serviks atau kanker

organ-organ di sekitarnya (seperti uterus, kandung kemih atau rektum). Selain itu, riwayat HPV atau penggunaan pesari juga mendukung terjadinya penyakit ini (Smeltzer, 2001).

Pertumbuhan dan penyebaran kanker vagina menurut sistem klasifikasi TNM terdiri dari empat stadium yaitu: stadium I: tumor terbatas sampai dinding vagina; stadium II: pertumbuhan lanjut tumor menembus dinding vagina tanpa tumbuh masuk ke organ-organ di seputarnya dan tanpa mencapai dinding panggul; stadium III: pertumbuhan lanjut tumor sampai ke dinding panggul; stadium IV: pertumbuhan masuk ke kandung kemih atau rektum atau penyebaran di luar panggul kecil (William, 2001). Gejala yang khas pada kanker vagina adalah perdarahan spontan maupun perdarahan kontak akibat hubungan seks yang disertai dengan adanya nyeri dan rabas vagina. (Siswadi, 2006).

Pada tahap pengobatan, terapi laser menjadi pilihan yang umum digunakan dan didukung dengan terapi lainnya seperti radiasi yang diberikan melalui penyinaran eksternal pada pelvis (Smeltzer, 2001).


(19)

2.1.4 Kanker Ovarium

Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) (Aisiyah, 2009). Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga sampai empat kali lipat sedangkan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang meningkat terjadinya kanker ovarium. Penyebab dari kanker ovarium belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor resiko yang memicu terjadinya kanker ovarium yaitu: diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kolon, endometrium, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium (Smeltzer, 2001).

Keluhan yang dirasakan oleh wanita kanker ovarium biasanya dirasakan pada stadium yang sudah lanjut. Adapun keluhan ataupun tanda dan gejala yang dialami wanita kanker ovarium adalah haid yang tidak teratur, ketegangan menstruasi yang meningkat, darah menstruasi yang banyak, nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih (William, 2001).

Setiap pembesaran ovarium harus diselidiki. Sekitar 75% dari kanker ovarium telah bermetastasis ketika didiagnosis sekitar 60% telah menyebar diluar pelvis. Banyak tipe sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel menempati 90% dari semua jenis. Tumor sel germinal dan tumor stromal menempati 10% dari kondisi ini (Smeltzer, 2001). Tumor sel germinal merupakan jenis tumor yang paling sering ditemukan pada wanita umur di bawah 20 tahun, sedangkan tumor epitel ditemukan terutama pada wanita umur


(20)

lebih dari 50 tahun. Penatalaksanaan untuk kanker ovarium dilakukan secara kolaboratif dan mandiri. Secara kolaboratif dapat dilakukan tindakan pembedahan (laparotomi) dan radioterapi sedangkan tindakan secara mandiri perawat dapat memberikan penyuluhan postoperatif yang menyangkut pembedahan mayor pada abdomen dan memberikan dukungan serta motivasi pada keluarga pada proses pemulangan (Siswadi, 2006).

2.1.5 Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda (Tapan, 2005). Berdasarkan dari hasil statistik

The American Cancer Society, menunjukkan bahwa resiko sepanjang hidup

untuk mengalami kanker payudara adalah satu dari delapan wanita, dan terdapat 183.400 kasus baru kanker payudara didiagnosa pada tahun 1995, dengan perkiraan 46.240 kematian (Smeltzer, 2001).

Belum diketahui penyebab spesifik dari kanker payudara, namun ada beberapa faktor resiko yang memicu terjadinya penyakit ini antara lain: faktor genetik, hormonal, dan lingkungan. Akan tetapi, ada faktor resiko lainnya yang lebih meningkatkan seseorang menderita kanker payudara yaitu: keluarga perempuan resikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, menarche dini, nullipara atau usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama, menopause pada usia lanjut, riwayat penyakit payudara jinak, pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat jika pernah terpajan oleh radiasi ionisasi setelah masa puberitas, kontrasepsi oral, terapi pengganti hormon dan mengkonsumsi alkohol (Junaidi, 2007).


(21)

Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar. Hal ini terjadi karena sebagian besar jaringan payudara terdapat pada kuadran tersebut. Kanker payudara umum nya terjadi pada payudara sebelah kiri. Gejala khas pada kanker ini yaitu: lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi, dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara jinak. Namun, nyeri yang jelas pada bagian payudara yang ditunjuk dan adanya teraba benjolan serta tampak peau d’orange (kulit jeruk) pada kulit payudaranya dapat berhubungan dengan kanker payudara ganas (Smeltzer, 2001).

Pertumbuhan dan penyebaran kanker payudara menurut sistem klasifikasi TNM terdiri dari empat stadium yaitu : stadium I ; terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan tidak terdeteksi adanya metastasis; stadium II; terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi adanya metastasis; stadium III; terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding, dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, dan tanpa adanya metastasis; stadium IV; terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe normal atau kankerosa, dan adanya metastasis jauh (Junaidi, 2007). Penatalaksanaan kanker payudara ini didasarkan pada stadium penyakit. Adapun, pengobatan yang dapat dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi (Smeltzer, 2001).


(22)

Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi banyak hal yang dapat terjadi pada dirinya tidak hanya sekedar gangguan fisik , melainkan perubahan yang dialami sangat komprehensif baik secara bio, psiko maupun sosial. Perubahan secara fisik yang terjadi pada klien yaitu dalam bentuk gejala dan efek dari terapi kanker yang dapat mempengaruhi sikap, perilaku ataupun persepsi klien sehingga menyebabkan perubahan secara psikologis. Salah satu bentuk perubahan psikologis tersebut adalah perubahan konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi ke arah negatif, sehingga mempengaruhi kualitas hidup klien menjadi lebih buruk (Keliat, 1998).

2.2 KONSEP DIRI

Konsep diri merupakan suatu integrasi yang kompleks dari perasaan, sikap sadar maupun tidak sadar dan persepsi tentang totalitas diri, tubuh, harga diri dan peran (Potter & Perry, 1993). Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Budi Ana Keliat (1992) menyatakan konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Tarwoto & Wartonah (2003) menyatakan perkembangan konsep diri secara bertahap dimulai sejak dari bayi sudah mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep diri, ada yang positif dan ada yang negatif. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan sedangkan konsep diri yang


(23)

negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptip (Keliat, 1992).

Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi mengalami perubahan citra tubuh, dan jika perubahan ini tidak terintegrasi dengan konsep diri maka kualitas hidup akan menurun secara drastis. Proses perubahan citra tubuh pada klien kanker dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal perubahan yang terjadi setelah diagnosa, operasi dan terapi sedangkan tahap kedua terjadi pada saat proses integrasi dari perubahan pada struktur konsep diri. Perubahan yang terjadi secara fisik pada klien seperti perubahan struktur tubuh karena pembedahan ataupun efek dari kemoterapi serta perubahan yang diakibatkan karena proses penyakit itu sendiri, yang akan membawa klien ke konsep diri negatif seperti malu, menarik diri, rendah diri, kontrol diri kurang, takut, pasif, asing terhadap diri dan frustasi (Keliat, 1998). Konsep diri terdiri dari lima komponen, yaitu : identitas diri, citra diri, harga diri, ideal diri dan peran.

2.2.1 Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran dari individu dan keunikan yang terjadi terus menerus sepanjang hidup. Identitas diri seseorang biasanya berupa karakteristik-karakteristik yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi nama, jenis kelamin, umur, ras, suku, budaya, pekerjaan atau peran (Kozier, 2004). Hal ini menunjukkan kesadaran akan suatu kepastian dan adanya pemisahan dari yang lainnya, perasaaan diri seutuhnya dan pemeliharaan solidaritas dengan kelompok sosial yang ideal melalui ekspresi dan keunikan individu (Erikson 1963 dalam Potter & Perry, 1993).


(24)

Selain karakteristik di atas, seksualitas juga merupakan bagian dari identitas diri seseorang. Identitas seksual adalah gambaran seseorang tentang diri sebagai pria atau wanita dan makna dari gambaran diri. Gambaran ini dan maknanya bergantung pada nilai yang ditetapkan secara kultural yang dipelajari melalui sosialisasi (Potter & Perry, 2005).

Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi akan terganggu identitas seksualnya karena klien merasa tidak dapat menjadi wanita yang sempurna. Adapun bentuk identitas diri dari wanita kanker sistem reproduksi yaitu : hubungan intim terganggu, tidak/ kurang penerimaan terhadap diri, kecemasan tinggi sampai panik, ideal diri tidak realistis dan perasaan tentang diri yang berfluktuasi (Keliat, 1998).

2.2.2 Citra Diri

Menurut Stuart (2007) menyatakan bahwa citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar, sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman yang baru. Citra diri mulai berkembang ketika anak belajar tentang struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan tubuh mereka. Citra diri juga dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu, bulan, tergantung pada stimulus eksternal di tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, struktur ataupun fungsi (Kozier et al, 1995).

Selain itu, Nilai-nilai budaya juga mempengaruhi terbentuknya citra diri yang bervariasi dalam mendefenisikan tubuh yang ideal dan fungsinya


(25)

karena citra diri sangat besar pengaruhnya bagi adaptasi seseorang terhadap lingkungannya (Berger & Williams, 1992).

Citra diri juga berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa citra diri bergantung pada bagian realitas tubuh, sehingga seseorang biasanya tidak dapat beradaptasi dengan cepat untuk berubah secara fisik. Perubahan fisik boleh jadi tidak sesuai pada citra diri ideal seseorang. Penelitian telah menunjukkan, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman penurunan berat badan yang signifikan tidak siap menerima bahwa dirinya kurus (Potter & Perry, 1993). Citra diri akan tumbuh secara positif dan akurat bila kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri, termasuk persepsi saat ini dan masa lalu (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Pada wanita kanker sistem reproduksi penampilan tubuhnya akan berubah akibat proses penyakit dan program terapi. Proses perubahan citra tubuh ini akan mempengaruhi citra diri klien yang diawali dengan denial (mengingka ri), marah, tawar menawar, depresi dan menerima. Proses ini merupakan proses yang normal dan perlu distimulasi dan difasilitasi oleh lingkungan sosial agar klien segera sampai pada fase menerima (Keliat, 1998).


(26)

2.3.3Harga Diri

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri (Sunaryo, 2004). Berger & Williams (1992) mengemukakan bahwa harga diri merupakan derajat di mana seseorang menyukai atau tidak menyukai dirinya sendiri yang berkembang dari persepsi atas keberhasilan atau kegagalan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Derajat dari harga diri merupakan faktor yang penting dalam perkembangan psikososial dan motivasi Gibson (1980) dalam Potter & Perry (1993). Sebagaimana individu ditempatkan pada peranan sosial, Ia dihargai dalam bentuk pujian atau dihukum dengan teguran, pukulan dan kritikan hal tersebut akan mempengaruhi harga dirinya Adapun aspek utama dari harga diri yaitu dicintai, disayangi, dikasihi dan mendapat penghargaan dari orang lain. Jika komponen-komponen tersebut buruk maka mengakibatkan harga diri rendah (Suryono, 2004).

Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi terjadi banyak perubahan fisik yang mempengaruhi aktivitas klien sehari-hari, hal ini juga mempengaruhi keadaan psikis klien. Jika klien tidak percaya diri dan tidak menerima keadaan yang dialaminya, hal ini membawa diri klien menjadi harga diri rendah. Adapun perilaku klien kanker yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan (isolasi, menarik diri), dan merusak diri (Keliat, 1998).


(27)

2.3.4Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan (Keliat, 1992). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor budaya, ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan harga diri (Suryono, 2004). 2.3.5Peran Diri

Peran diri adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto & Wartonah, 2003). Hal ini dipengaruhi oleh citra diri, identitas diri berupa jenis kelamin dan konsep diri. Sebagai komponen dari konsep diri, peran seseorang berubah-ubah baik pada masa sekolah, ataupun dalam berkarir. Peran yang umumnya bersifat menetap adalah menjadi seorang wanita dan kemungkinan menjadi ibu atau istri, sedangkan yang bersifat sementara diantaranya menjadi seorang mahasiswa ataupun seorang atlet olimpiade (Berger & Williams, 1992).

Brim & Wheeler (1966) dalam Potter & Perry (1993) membedakan sosialisasi anak dan dewasa. Dewasa lebih berkonsentrasi pada kehidupan yang sesuai saat ini dengan perannya daripada mempelajari nilai-nilai dasar dari suatu peran. Selain itu, seorang dewasa mengalami banyak peran dan harapan peran


(28)

serta peningkatan spesifikasi peran disamping yang lebih mengarah pada hubungannya dengan orang lain. Berbeda dengan anak yang belajar tentang diri seseorang dan lingkungan sekitarnya. Setelah merasa nyaman dengan keadaan fisiknya dan membangun kepercayaan dengan orang tua, maka anak mulai bersosialisasi dengan anak yang lain. Anak akan berkembang dan belajar tentang peran kehidupan melalui sosialisasi.

Dalam berinteraksi, seseorang perlu mengetahui diri mereka dalam hubungannya dengan orang lain dan apa yang diharapkan masyarakat atas kedudukannya. Ketika terjadi kerancuan peran, harapan menjadi tidak jelas dan seseorang tidak tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya serta memprediksi reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya (Kozier et al, 1995). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan akan penampilan peran diri individu akan tercapai bila memiliki kepribadian yang sehat serta mempercayai dan terbuka pada orang lain, juga membina hubungan interdependen (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Setiap wanita mempunyai berbagai peran yang penting dalam kehidupannya baik sebagai istri, orangtua, ataupun pekerja. Namun, apabila wanita tersebut menderita kanker pada sistem reproduksi maka penyakit tersebut akan mempengaruhi peran klien seperti sediakala karena klien mengalami gejala yang sangat kompleks dan proses penatalaksanaan penyakit dapat mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari ( Keliat, 1998).


(29)

2.4PENDIDIKAN KESEHATAN

2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Selain itu, pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang di dalamnya seseorang dapat menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 2003). Menurut Nyswander pendidikan kesehatan adalah suatu proses pada perubahan diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan masyarakat.

Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan.

2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan yang utama adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Secara umum dan operasional pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan


(30)

agar menjadi kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Herawani, 2001). Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat (Effendy, 1995).

2.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Effendy (1995) yang menjadi ruang lingkup pendidikan kesehatan meliputi tiga aspek yaitu: sasaran, materi/pesan, dan metode yang digunakan.

Sasaran dalam pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Materi atau pesan yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya. Penyampaian materi sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995). Metode yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang dipakai antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.


(31)

2.3.4 Tempat Penyelenggaran Pendidikan Kesehatan

Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di institusi pelayanan seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit, klinik dan sekolah serta di masyarakat berupa keluarga masyarakat binaan. Hasil yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).

2.3.5 Pendidikan Kesehatan pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi mengalami perubahan konsep diri menjadi negatif. Konsep diri yang negatif akan mempengaruhi kesehatan klien menjadi lebih buruk daripada konsep diri positif (Keliat, 1998).

Pendidikan kesehatan peningkatan konsep diri positif perlu diberikan kepada klien yang menderita kanker sistem reproduksi guna meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan kesehatan yang diberikan bertujuan untuk mengubah konsep diri menjadi positif dengan cara menjelaskan pada klien tentang proses penyakit yang dideritanya mulai dari definisi, faktor resiko, gejala dan efek terapi dari masing-masing jenis kanker sistem reproduksi yang sesuai dengan klien. Penjelasan ini bertujuan agar klien dapat mengetahui keadaan sebenarnya dan dapat menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya


(32)

agar tidak terlarut dalam kesedihan atau sampai mengingkari bahkan menolak (Kurnia, 2008).

Pendidikan kesehatan selanjutnya yang diberikan adalah mengenai perawatan kanker itu sendiri. Klien dapat diajarkan berbagai hal mengenai perawatan kankernya untuk meningkatkan gambaran diri dan harga dirinya, seperti: pada klien dengan kanker payudara yang telah melakukan operasi pengangkatan total payudara, klien tidak perlu merasa dirinya tidak menarik lagi karena klien masih dapat menggunakan bra berbusa, sedangkan klien lainnya yang mengalami dampak dari kemoterapi dapat dianjurkan menggunakan penutup kepala jika rambutnya rontok, dan menghindari pakaian yang ketat dan perhiasan yang tajam agar tidak melukai kulit yang kering, dan mengkonsumsi anti oksidan (Chris, 2009).

Kemudian, menganjurkan klien memahami item-item dari konsep diri dan terapi psikologis seperti tetap aktif dan bergembira. Tetap aktif dan bergembira merupakan terapi untuk melawan, mencegah, serta mengurangi efek kanker. Selama menjalani hidup dengan kanker, tetaplah aktif dan berusaha untuk merasa bahagia, air mata kesedihan tidak banyak menolong, bahkan membuat mental semakin merosot dan putus harapan. Klien tetap dapat diajarkan kembali mengembalikan perannya sebagai istri dan ibu, walaupun dengan aktivitas yang minimal (Junaidi, 2007).

Tetap optimis, merupakan salah satu terapi psikologis yang dapat meningkatkan konsep diri klien. Menganjurkan klien berpikir positif dan rasional serta memiliki cita-cita atau keyakinan untuk kesembuhannya, bahwa


(33)

kanker harus dihadapi dan klien tidak boleh menyerah. Meyakinkan pada klien bahwa klien akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk hidup. Klien dapat mengatakan pada diri sendiri dengan berkata langsung bahwa ukuran kanker semakin mengecil dan berhenti menyebar, yang akhirnya menghilang (Jelsoft, 2000).

Terapi doa, dengan adanya terapi doa klien dapat lebih mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa. Meyakinkan pada klien bahwa segala sesuatunya dapat terjadi atas kehendak Tuhan. Jika dunia alamiah tidak dapat memberikan pertolongan untuk kembali sehat, saat itulah dunia Illahi mengambil alih situasi, dan Tuhan melakukan semua yang tidak dapat kita lakukan. Bila Dia berkehendak, kanker dapat sembuh total (Junaidi, 2007). Semua terapi ini bertujuan meningkatkan konsep diri klien bahwa klien harus tetap yakin akan kesembuhannya dan tidak putus asa ataupun menarik diri. Sehingga dengan adanya peningkatan konsep diri ke arah positif dapat meningkatkan kualitas hidup wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan serta mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan tentang perubahan konsep diri ke arah positif terhadap wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.

Penelitian ini terdiri dari satu kelompok yaitu kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi dilakukan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Sebelum diberikan pendidikan kesehatan responden diberikan tes awal (pre-test) untuk menilai konsep diri wanita kanker sistem reproduksi selanjutnya responden diberikan pendidikan kesehatan mengenai peningkatan konsep diri ke arah positif, setelah diberikan pendidikan kesehatan dilakukan post test. Hasil yang diharapkan terjadi perubahan konsep diri wanita kanker sistem reproduksi ke arah yang positif setelah dilakukan pendidikan kesehatan guna meningkatkan kualitas hidupnya.


(35)

Gambar 1: Kerangka konsep efektivitas pendidikan kesehatan pada wanita kanker sistem reproduksi

3.2 DEFINISI KONSEPTUAL dan OPERASIONAL 3.2.1 Definisi Konseptual

a) Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi adalah wanita yang menderita penyakit dari pertumbuhan abnormal sel-sel pada organ-organ reproduksi yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya atau menyebar ke tempat-tempat jauh (Smeltzer, 2001) .

b) Konsep diri adalah suatu integrasi yang kompleks dari perasaaan, sikap sadar maupun tidak sadar dan persepsi tentang totalitas diri, tubuh, harga diri dan peran (Potter & Perry, 1993).

c) Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah perilaku manusia yang meliputi kompenen pengetahuan, sikap ataupun praktik yang berhubungan Tes awal

(pretest)

Efektif Tidak efektif

Tes akhir (posttest) Pendidikan kesehatan

tentang peningkatan konsep diri:

• Definisi kanker • Faktor resiko • Tanda dan gejala • Efek kemoterapi • Perawatan kanker • Jenis konsep diri • Terapi psikologis


(36)

dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan (Effendy, 1995).

3.2.2 Definisi Operasional

Tabel 1 : Variabel berdasarkan definisi operasional Variabel Definisi Parameter Alat

ukur

Skala Skor Variabel independen: Pendidikan kesehatan Variabel dependen : Wanita dengan kanker sistem reproduksi. Konsep diri Memberikan informasi kesehatan kepada klien untuk tercapainya perubahan pengetahuan, perilaku, dan sikap klien untuk mengubah konsep diri klien ke arah positif. Wanita yang menderita penyakit ganas pada organ reproduksi yang mempengaru-hi keadaan psikologis klien yaitu perubahan konsep diri. Suatu persepsi wanita yang menderita Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien setelah dilakukan-nya pre-test sebanyak satu kali, dengan curah pendapat dan diskusi.

a. Identitas diri Kuesio-ner Nomi- nal Kurang/tidak penerimaan terhadap diri = 0


(37)

kanker sistem reproduksi tentang dirinya mencakup bentuk tubuhnya yang mempengaru-hi peran, identitas, citra diri, ideal diri dan harga diri. b.Citra diri c.Harga diri d.Ideal diri e. Peran Kuesio ner Kuesio ner Kuesio ner Kuesio ner Nomi- nal Nomi-nal Nomi-nal Nomin al Penerimaan terhadap diri = 1 Tidak menyukai bagian tubuh = 0 Menyukai bagian tubuh = 1 Harga diri rendah = 0

Harga diri tinggi = 1

Pesimis = 0 Optimis = 1 Menyangkal peran = 0 Sesuai dengan peran= 1

3.3 HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti dapat mengambil/mendirikan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Pendidikan kesehatan tidak efektif dalam mengatasi perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.

Ha : Pendidikan kesehatan efektif dalam mengatasi perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi-experiment untuk mengidentifikasi konsep diri wanita dengan kanker sistem reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan serta efektivitas pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi. Desain ini menggunakan satu kelompok yaitu kelompok intervensi (KI). Pada kelompok intervensi diberikan pre-test (T1) kemudian diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri dilanjutkan dengan pemberian post-test (T2).

Tabel 2: Desain penelitian quasi eksperiment satu kelompok pre-post test

Kelompok Pre-test Intervensi Post-test KI T1 Pendidikan T2 kesehatan

Keterangan:

KI adalah kelompok intervensi yang diberikan T1 (Pre-test) berupa kuesioner setelah itu diberikan pendidikan kesehatan. Setelah diberikan pendidikan kesehatan dilanjutkan dengan pemberian kuesioner untuk penilaian pada T2 (Post-test).


(39)

4.2 POPULASI dan SAMPEL 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang menderita kanker sistem reproduksi dengan jumlah dalam setahun sebanyak 250 orang dengan rata-rata jumlah per bulannya 20 orang dan masih berada dalam perawatan RSUP H. Adam Malik, Medan.

.

4.2.2 SAMPEL

4.2.2.1 Jumlah Sampel

Sampel dipilih dengan menggunakan total sampling di mana seluruh anggota populasi dijadikan sampel pada satu bulan sebanyak 20 orang. 4.2.2.2 Kriteria Sampel

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

a) Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi dan masih berada dalam perawatan RSUP H. Adam Malik Medan.

b) Bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan memberikan persetujuan menjadi responden penelitian baik secara lisan maupun tulisan dengan menandatangani inform consent.

4.3 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di ruangan obgin (RB1) dan RB-2 RSUP H. Adam Malik Medan, pada bulan Oktober sampai November 2009. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini karena merupakan rumah sakit pendidikan yang


(40)

memudahkan peniliti melakukan penelitian. Selain itu juga banyak penderita kanker sistem reproduksi yang dirawat di rumah sakit ini di bandingkan dengan rumah sakit lain di kota Medan.

4.4 INSTRUMEN PENELITIAN

Data responden ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner ini terbagi atas dua bagian yaitu: bagian pertama adalah kuesioner untuk data demografi meliputi umur, agama, suku, pendidikan, dan pekerjaan. Bagian kedua adalah kuesioner untuk konsep diri pada wanita dengan kanker sistem reproduksi.

Kuesioner konsep diri terdiri atas 25 pertanyaan yang masing-masing bagian dari item konsep diri terdiri atas lima pertanyaan dengan 14 pertanyaan negatif dan 11 pertanyaan positif. Pertanyaan negatif (no. 1, 2, 3, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 19, 21, 22, 24, 25) dan pertanyaan positif (no. 4, 5, 6, 8, 10, 14, 17, 18, 20, 23). Pertanyaan konsep diri terdiri dari identitas diri (no. 1-5), pertanyaan citra diri (no. 6-10), pertanyaan harga diri (11-15), pertanyaan ideal diri (16-20), pertanyaan peran (21-25). Jika klien menjawab ya maka diberi nilai 1 (skor = 1) pada pertanyaan positif dan diberi nilai nol (skor = 0) pada pertanyaan negatif, sedangkan jika klien menjawab tidak diberi nilai nol (skor = 0) pada pertanyaan positif dan diberi nilai satu (skor = 1) pada pertanyaan negatif.

Menurut rumus statistik Sudjana (2002), dengan rentang terbesar 25 terkecil 0 dibagi dua kategori yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif, maka diperoleh panjang kelas sebesar 12.5. P = rentang/ banyak kelas, dengan P =


(41)

12.5 nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama maka konsep diri di kategorikan sebagai berikut : 0-12 konsep diri negatif dan 13-25 konsep diri positif.

4.5 PERTIMBANGAN ETIK

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian proposal penelitian untuk selanjutnya mendapat persetujuan dari institusi Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Direktur RSUP. H Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang informasi esensial dari penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (inform consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Bila responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh peneliti dengan wawancara terstruktur. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003).


(42)

4.6UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS INTRUMEN

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Uji validitas isi ini dilakukan oleh ahli dalam penelitian ini yaitu dosen bagian keperawatan jiwa USU dengan strata pendidikan Master. Dilakukan dengan cara mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas kemudian dikoreksi. Setelah dikoreksi pertanyaan yang tidak valid diganti langsung oleh penguji validitas.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukurannya dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995). Sedangkan Sugiyono (2002), berpendapat bahwa instrumen dikatakan reliabel adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas ini dilakukan terhadap 10 orang klien kanker yang bukan termasuk dalam sampel di Rumah sakit H.Adam Malik dan data tersebut diolah menggunakan program komputerisasi dengan analisa KR-20, alasan peneliti menggunakan koefesien KR-20 karena bentuk pertanyaan pada skor dikotomi dan dengan jumlah pertanyaan yang ganjil.

Pada proses penelitian peneliti melakukan uji relibilitas menggunakan alpha karena metode alpha juga dapat digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) dan akan menghasilkan perhitungan yang setara dengan KR-20 (Priyatno, 2008). Dari tabel dapat diketahui bahwa dengan N = 10, nilai r (0,5%) = 0,632, dengan begitu


(43)

maka instrumen tersebut dikatakan reliabel jike koefesien korelasinya (r) > r tabel. Uji relibilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang responden wanita kanker reproduksi dengan hasil mencapai 0.726. Dari nilai uji ini dapat dikatakan bahwa kuesioner ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

4.7 PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi perubahan konsep diri sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dan efektivitas pendidikan terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara:

1) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi Fakultas Keperawatan USU.

2) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di RSUP.H Adam Malik Medan.

3) Setelah mendapat izin, kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian di ruangan RB-1 dan RB-2 bekerja sama dengan perawat ruangan untuk mengetahui klien yang memenuhi kriteria.

4) Responden yang tidak termasuk ke dalam kriteria penelitian tidak akan diikutsertakan dalam data penelitian.


(44)

6) Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani inform consent.

7) Mengidentifikasi konsep diri wanita dengan kanker reproduksi (pre-test) dengan menggunakan koesioner selama 15 menit.

8) Pemberian kuesioner dan intervensi dilakukan kepada responden secara individu di karenakan keadaan umum responden yang berdrest total.

9) Peneliti melakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit kepada responden, dengan rincian pembukaan 5 menit, isi 20 menit, dan penutup 5 menit.

10)Responden yang mengalami bedrest total di dalam pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti dengan melakukan wawancara.

11)Mengidentifikasi kembali konsep diri wanita dengan kanker reproduksi dengan menggunakan kuesioner satu minggu setelah penyuluhan.

12)Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah terkumpul kemudian diolah/dianalisa.

4.8 ANALISA DATA

Analisa data penelitian dilakukan dengan menempuh tahapan yang dimulai dari persiapan berupa mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban yang telah diisi. Data yang diperoleh diidentifikasi dengan mentabulasikan data yang telah terkumpul. Selanjutnya data diolah dengan program komputerisasi SPSS versi 15,0 dalam uji deskriptif untuk mengetahui frekuensi, presentasi, mean dan standar deviasi untuk data demografi. Uji paired sample test digunakan untuk membandingkan konsep diri responden


(45)

pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan denga alpha = 0,05.

Hasil pengukuran dibandingkan untuk menguji hipotesa penelitian sehingga dapat diketahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi. Hipotesis diterima jika alpha yang diperoleh dari hasil perhitungan uji statistik lebih kecil dari 0,05.


(46)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil dan pembahasan mengenai efektivitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi di RSUP H. Adam Malik, Medan.

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober sampai 16 November 2009. Jumlah seluruh responden sebanyak 20 orang yang menjadi subyek penelitian (yang diberi intervensi pendidikan kesehatan) yang terdiri dari 10 orang kanker serviks (50%), 7 orang kanker payudara (35%) dan 3 orang kanker ovarium (15%). Intervensi dilakukan diruangan RB1 dan RB2 RSUP H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, analisis konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

5.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari kategori variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini.

Karakteristik responden:

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, agama, suku, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sebaran karakteristik demografi responden pada tabel 3 berikut ini:


(47)

Tabel 3: Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi (n=20) usia, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun Agama Islam Protestan Katolik Suku Batak Jawa Melayu Aceh Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SLTA Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Petani Pedagang 5 12 3 15 4 2 6 8 4 2 2 9 8 1 17 2 1 20 65 15 75 20 5 30 40 20 10 10 45 40 5 85 5 10 Keterangan :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden berusia 40-49 tahun (65%, n=12). Mayoritas responden beragama Islam (75%, n=15), bersuku jawa (40%, n=8), pendidikan terakhir SD (45%, n=9), dan pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (85%, n=17).


(48)

5.1.2 Konsep Diri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Peningkatan Konsep Diri

Penilaian konsep diri ini diukur berdasarkan jumlah skor kuesioner yang didapat dari jawaban responden dengan rentang 0-25, dimana 0-12 berarti konsep diri negatif dan 13-25 berarti konsep diri positif. Sebelum dilakukan uji perbandingan dengan menggunakan uji statistik paired t-test, pada tabel 4 dapat dilihat kebermaknaan secara deskriptif yang menggambarkan peningkatan konsep diri.

Tabel 4 : Gambaran Konsep Diri Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Konsep Diri

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

Mean SD Mean SD

16.05 3.620 20.55 2.395

0 5 10 15 20 25

Mean SD Mean SD

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

Konsep Diri

Series1

Keterangan:

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan peningkatan konsep diri terjadi pada subyek penelitian, yaitu responden yang diberi pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri diperoleh nilai rata-rata (mean) konsep diri sebelum


(49)

intervensi sebesar 16.05 dengan SD 3.620 sedangkan sesudah intervensi diperoleh mean sebesar 20.55 dengan SD 2.395.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian. Peningkatan konsep diri pada responden setelah pemberian pendidikan kesehatan juga dapat dilihat dari item-item konsep seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5 : Distribusi frekuensi responden tentang item-item konsep diri sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

No Konsep diri Sebelum pendkes Sesudah pendkes

1 Identitas diri 52 56

2 Citra diri 72 89

3 Harga diri 65 81

4 Ideal diri 82 93

5 Peran diri 50 73

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

identitas diri citra diri harga diri ideal diri peran diri

1 2 3 4 5

sebelum pendkes sesudah pendkes

Keterangan :

Berdasarkan tabel 5, distribusi frekuensi responden tentang konsep diri sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan menujukkan sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan terdapat 3 orang responden yang mengalami konsep diri negatif yaitu (A7 skor=11, A9 skor 10, dan A20 skor=12) sedangkan 17 responden lainnya tidak mengalami konsep diri negatif tetapi mengalami


(50)

penurunan secara bertahap menuju konsep diri negatif. Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan seluruh responden mengalami peningkatan skor ke konsep diri positif.

Berdasarkan item masing-masing konsep diri yaitu identitas diri, citra diri, harga diri, ideal diri dan peran diri sebelum dilakukannnya pendidikan kesehatan menghasilkan jumlah skor yang berbeda. Pada identitas diri (skor = 52), citra diri (skor = 72), harga diri (skor = 65), ideal diri (skor = 82) dan peran diri (skor = 50). Dari hasil yang ada menunjukkan bahwa item peran diri menghasilkan skor yang minimal dibandinagkan dengan item-item konsep diri lainnya. Hal tersebut dikarenakan rata-rata responden mengalami perubahan peran menjadi pasien dirumah sakit dengan perannya sebagi istri dan dilingkungan sosial terganggu. Selain itu, skor identitas diri juga menghasilkan skor yang minimal setelah peran diri disebabkan rata-rata responden tidak menerima dan menolak penyakit yang dialaminya.

Dari item-item konsep diri sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan yang menggambarkan peningkatan yang paling bermakna adalah peran diri dan peningkatan yang tidak bermakna adalah identitas diri.

5.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan signifikan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri yang dilakukan dengan uji statistik paired t-test. Pada tabel 6 terlihat perbedaan nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi.


(51)

Tabel 6: Hasil uji statistik paired t-test konsep diri sebelum dan sesudah penyuluhan pada wanita dengan kanker sistem reproduksi.

Variabel Konsep Diri Mean SD t p-value

Konsep diri sebelum pendkes

Konsep diri sesudah pendkes

16.05

20.55

3.620

2.395

-8.480 .000

Keterangan :

Hasil ini menunjukkan bahwa konsep diri sebelum dan sesudah intervensi memiliki perbedaan yang signifikan/bermakna. Hal ini didukung oleh nilai p yang

diperoleh sebesar 0.000 (<α = 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan peningkatan konsep diri berpengaruh terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.

5.2 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti membandingkan konsep diri pada wanita dengan kanker reproduksi sebelum dan sesudah diberi intervensi pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan diberikan dengan cara ceramah dan diskusi.

5.2.1 Data Demografi

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan usia, bahwa wanita kanker berada pada rentang usia 30-39 (20%), 40-49 (65 %) dan 50-59 (15%). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa wanita yang mengalami kanker reproduksi berada pada usia 40-49 tahun.


(52)

Pernyataan ini mendukung pendapat Jochano (2005) yang mengatakan bahwa wanita yang berusia diatas 35 tahun dengan umur perkawinan kurang dari 20 tahun akan beresiko mengalami kanker serviks (reproduksi), selain itu Wales (2007) juga mengatakan 25% wanita dengan kanker payudara terjadi sebelum menopause (usia <50 tahun).

Tetapi tidak menutup kemungkinan seorang wanita yang berusia reproduksi mengalami kanker sesuai dengan hasil penelitian yang didapat 20% dari penderita kanker sistem reproduksi adalah wanita berusia reproduksi. Hal ini sangat berdampak pada psikologis penderita dimana dengan usianya yang masih reproduksi harus menanggulani penyakit kanker pada sistem reproduksi misalnya serviks sehingga tidak dapat meneruskan keturunan dan berdampak pada perubahan gambaran diri yang berlanjut pada perubahan konsep diri. Pernyataan ini mendukung pendapat Keliat (1998) yang mengatakan bahwa pada wanita kanker sistem reproduksi penampilan tubuhnya akan berubah akibat proses penyakit dan program terapi. Proses perubahan gambaran tubuh ini akan mempengaruhi gambaran diri penderita yang diawali dengan menolak, marah, mengingkari, depresi dan menerima.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan suku, sebagian besar responden bersuku jawa (40%) dan batak (30%). Mengacu pada pendapat Harahap (2009) bahwa faktor budaya mempengaruhi individu berprilaku. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi (melahirkan di dukun beranak),


(53)

memiliki kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Hal-hal tersebut merupakan faktor resiko terjadinya kanker reproduksi.

Berdasarkan tingkat pendidikan responden sekitar 45% berpendidikan SD. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden berpendidikan rendah. Mengacu pada pendapat Bambang (2005) bahwa masalah-masalah kesehatan reproduksi tersebut muncul dan terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang rendah, sehingga sulit menerima informasi dan tidak peduli terhadap masalah kesehatan. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai tingkat pendidikan penderita kanker serviks, menunjukkan secara keseluruhan penderita kanker serviks (reproduksi) berpendidikan rendah, dengan pendidikan penderita minimal 0 tahun dan maksimal 19 tahun.

5.2.2 Data Konsep Diri

Berdasarkan hasil yang didapat dari data konsep diri menunjukkan sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan nilai/skor dari masing-masing responden mengalami penurunan menuju konsep diri negatif dan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan mengalami peningkatan kepada konsep diri positif.

Berdasarkan item-item konsep diri sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan, identitas diri menunjukkan kenaikan yang tidak signifikan. Hal ini dikarenakan dari hasil jawaban responden yang rata-rata penderita kanker serviks (50%) merasa hubungan intim dengan pasangan terganggu dan merasa menjadi wanita yang tidak sempurna. Hal tersebut masih dirasakan walaupun telah diberikan pendidikan kesehatan. Namun, item peran diri menunjukkan kenaikan


(54)

yang signifikan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan. Bahwa responden menerima perubahan peran yang terjadi pada dirinya dan tetap dapat menjalani perannya walaupun dengan aktivitas yang minimal. Adapun tanda konsep diri penderita berdasarkan masing-masing item konsep diri yaitu:

Identitas diri, berdasarkan hasil penelitian dari 20 orang responden bahwa sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan identitas diri menghasilkan skor 52 dengan keluhan bahwa responden merasa kecewa, dan menolak dengan penyakit yang dideritanya serta merasa tidak menjadi wanita yang sempurna karena perubahan pada alat reproduksi. Hal ini mendukung pendapat Keliat (1998), wanita yang menderita kanker sistem reproduksi akan terganggu identitas seksualnya hal tersebut mempengaruhi identitas penderita. Identitas diri yang negatif tersebut dapat di atasi dengan pemberian pendidikan kesehatan kepada penderita dengan menjelaskan proses penyakit dan terapi serta menggali hal-hal yang posistif pada dirinya sehingga responden tidak mengingkari penyakit yang dideritanya. Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan identitas diri responden secara keseluruhan mengalami peningkatan menjadi skor 56.

Citra diri, berdasarkan hasil penelitian bahwa responden tidak percaya diri dan tidak menyukai perubahan bentuk tubuh yang terjadi pada dirinya karena proses penyakit yang dialaminya. Seperti, payudara yang sudah tidak ada karena operasi (kanker payudara), rambut yang rontok, kulit kering (kemoterapi), citra diri sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan menghasilkan jumlah skor 72. Hal tersebut mendukung pendapat Kozier et al (1995), bahwa citra diri seseorang dapat berubah bergantung pada stimulus eksternal di tubuh dan perubahan aktual


(55)

dalam penampilan, struktur ataupun fungsi. Citra diri yang negatif tersebut dapat ditingkatkan ke citra diri yang positif dengan pemberian pendidikan kesehatan melalui perawatan kanker dengan menggunakan penutup kepala jika keluar rumah, mengkonsumsi buah-buahan untuk antioksidan agar kulit tidak kering, menggunakan bra berbusa untuk menutupi payudara yang sudah tidak ada. Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan citra diri responden secara keseluruhan meningkat mencapai skor 89.

Harga diri, berdasarkan hasil penelitian bahwa reponden yang mengalami perubahan citra diri akan berdampak pada penurunan harga diri yang ditandai dengan mengkritik diri sendiri, merasa malu dengan penyakit yang dideritanya dan merasa menjadi orang yang gagal, sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan menghasilkan skor 65. Hal tersebut mendukung pendapat Keliat (1998) bahwa wanita dengan kanker sistem reproduksi mengalami banyak perubahan fisik yang berdampak pada psikologis diantaranya penurunan harga diri melalui perilaku perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung dan merusak diri. Harga diri yang rendah tersebut dapat ditingkatkan kembali melalui pemberian pendidikan kesehatan dengan cara memotivasi penderita menggali hal-hal yan positif tentang dirinya dan meningkatkan citra diri. Setelah dilakukannnya pendidikan kesehatan harga diri responden meningkat mencapai skor 81.

Ideal diri, berdasarkan hasil penelitian ideal diri responden menghasikan skor 82 dimana responden memiliki harapan untuk sembuh dan tetap sabar dan ikhlas dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, walaupun masih ada yang merasa pesimis akan penyakit yang dideritanya. Hal tersebut mendukung


(56)

pendapat Suryono (2004) bahwa ideal diri dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk menghindari kegagalan, keinginan untuk berhasil, perasaan cemas dan harga diri. Ideal diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi juga perlu diberikan motivasi dengan terapi psikologis seperti tetap bergembira dan optimis serta terapi berdoa agar dapat berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan ideal diri responden secara keseluruhan meningkat menjadi skor 93.

Peran diri berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden mengalami perubahan peran menjadi pasien dan merasa tidak dapat menjalankan perannya seperti keadaan normal misalnya perannya menjadi ibu rumah tangga dan peran di sosial terganggu serta tidak dapat menjalankan tugas sebagai seorang istri dengan baik sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan peran diri responden mencapai skor 50. Hal ini mendukung pendapat Tarwoto dan Wartonah (2003) bahwa peran individu akan tercapai bila memiliki kepribadian yang sehat serta mempercayai dan terbuka pada orang lain, juga membina hubungan interdependen. Perubahan peran yang dialami responden dapat diminimalkan dengan pemberian pendidikan kesehatan bahwa responden tetap dapat menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga dengan melakukan aktivitas yang dapat dikerjakannya sesuai dengan kemampuan responden, seperti; makan bersama anggota keluarga dan menemani anak belajar. Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan peran diri responden menjadi skor 73.

Berdasarkan jawaban dari responden baik melalui kuesioner dan hasil wawancara sebelum diberikan pendidikan kesehatan menunjukkan beberapa


(57)

responden mengalami kesedihan karena penyakit yang dideritanya sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi. Hal-hal tersebut perlu di kaji melalui wawancara yang lebih dalam.

Dari hasil uji statistik menggunakan paired samples t-test (t = -8.480) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara konsep diri wanita dengan kanker reproduksi sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri dengan taraf siginifikan 0.000 (p<0.05). Data ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian yang menyatakan ada perbedaan konsep diri wanita dengan kanker reproduksi sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri adalah diterima.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat purwanto (1998) bahwa sikap seseorang termasuk sikap mengenai kesehatan dapat berubah dengan pemberian informasi yang tepat diantaranya melalui penyuluhan. Penyuluhan/pendkes yang dilakukan dapat mempengaruhi sikap seseorang maupun masyarakat dan disampaikan bahwa penyuluhan juga dapat berfungsi sebagai pendorong terjadinya perubahan perilaku yang dapat menarik perhatian masyarakat terhadap usaha-usaha menuju perilaku hidup sehat (Suliha, 2001; Effendy, 1995). Pendapat lain hampir sama dikemukakan oleh Notoadmodjo (1993), dinyatakan bahwa pengetahuan seseorang tentu suatu objek akan mempengaruhi perubahan sikapnya terhadap objek tersebut.


(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Telah dilakukan penelitian Quasi-eksperiment one group pretest-posttest yang bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri dengan melibatkan 20 orang wanita yang menderita kanker reproduksi RSUP.H Adam Malik Medan sebagai subyek penelitian. Penelitian dilakukan mulai 16 Oktober sampai 16 November 2009.

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan rentang konsep diri sebelum dilakukannnya pendidikan kesehatan dari 20 responden yang diteliti menunjukkan tiga orang mengalami konsep diri negatif dan selebihnya mengalami penurunan konsep diri menuju ke arah negatif. Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan seluruh responden mengalami peningkatan konsep diri positif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya usia pra menopause wanita mengalami kanker reproduksi tetapi juga dapat menyerang wanita dengan usia reproduksi dan post menopause. Selain itu, dari keseluruhan bagian dari konsep diri sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan item peran diri yang menghasilkan nilai paling minim dari item lainnya, hal ini dikarenakan responden mengalami perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama sehingga responden tidak dapat menjalankan perannya seperti sediakala. Dari keseluruhan item konsep diri setelah dilakukannya pendidikan kesehatan yang mengalami kenaikan nilai yang paling tinggi adalah peran diri. Kenaikan


(59)

signifikan terjadi pada item konsep diri setelah pendidikan kesehatan yaitu item peran diri dan yang tidak mengalami kenaikan signifikan pada item konsep diri yaitu identitas diri.

Berdasarkan hasil uji statistik paired t-test, terdapat perbedaan bermakna adanya perubahan perubahan konsep diri ke arah positif yang signifikan pada responden. Hal ini terlihat dari perbedaan mean antara sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti. Adapun nilai t yang diperoleh adalah -8.480, lebih kecil dari -t tabel dan pvalue (signifikansi) = 0.000 yang berarti <0.05, dengan ini terbuktilah bahwa pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan itu efektif pada wanita dengan kanker reproduksi dan memberikan peningkatan konsep diri ke arah yang lebih baik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat berguna untuk diterapkan dalam menangani wanita yang menderita kanker sistem reproduksi guna meningkatkan kualitas hidup penderita.

6.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada berbagai pihak antara lain:

6.2.1 Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian didapat bahwa pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri dapat merubah konsep diri ke arah yang lebih positif pada wanita dengan kanker reproduksi di RSUPH. Adam Malik Medan. Untuk itu, agar pendidikan kesehatan ini dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asuhan


(60)

keperawatan pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi dan keluarga. Selain itu, juga dianjurkan pada wanita untuk melakukan pendeteksian dini dengan pap smear karena kanker pada sistem reproduksi dapat menyerang siapa saja.

6.2.2 Penelitian Selanjutnya

Penelitian hanya dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan sehingga belum dapat digeneralisasikan pada seluruh wanita dengan kanker reproduksi. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik bila menggunakan populasi yang lebih besar agar representatif. Selain itu dianjurkan untuk menspesifikasikan salah satu dari jenis kanker sistem reproduksi pada wanita dan mengklasifikasi stadiumnya. Sebaiknya penelitian selanjutnya dianjurkan menggunakan desain penelitian deskriptip eksploratif atau kualitatif.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyiyah. (2008). Waspaidailah Kanker pada Reproduksi Wanita. Di buka pada tanggal 1 Maret 2009 dari

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Chris, K.H. Teo. (2009). Kanker Mengapa Mereka Tetap Hidup. Jakarta: PT Gramedia

Effendi, N. (1995). Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Erlina. (2008). Kanker pada Alat Reproduksi Wanita. Di buka pada tanggal 1 Maret 2009 dari

Gaffar, La Ode Jumadi. (1995). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Gardasentana. (1997). Kanker Serviks dan Kanker Payudara Serta

Permasalahannya. Majalah Ilmiah. FK USAKTI

Gawler, Ian. (1997). Anda dapat Mengatasi Kanker, Pencegahan dan Penatalaksanaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Herawani. (2001). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 1.

Jakarta : Salemba Medika

Jochano. (2005). Faktor Usia dengan Kanker Reproduksi. Di buka pada Desember dari

Jong, Wim De. (2004). Kanker Apakah Itu?. Jakarta: Arcan

Junaidi, Iskandar. (2007). Kanker. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Keliat, Budi Anna. (1992). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. (1998). Gangguan Koping, Citra tubuh, dan Seksual pada Klien Kanker. Jakarta: EGC

Kurnia, Ahmad. (2008). Membangun Konsep Diri Positif. Di buka pada tanggal 1 Maret 2009 dari


(62)

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Monahan & Neighbours. (1998). Medical Surgical Nursing Foundation for Clinical Practice. Philadelphia : W.B Saunders Company

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Otto, Shirley E. (2003). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC

Polit, D,F & Hungler,B,p. (1995). Nursing Research: Principle and Method. Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Ed 4 Vol 1. Jakarta: EGC

Priyatno, Duwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom

Rini. (2007). Konsep Diri Positif. Di buka pada tanggal 1 Maret 2009 dari

Siswadi. (2006). Keganasan pada Alat Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.5. Jakarta: EGC

Stuart & Sundeen. (1991). Principle and Practice of Pschyatric Nursing. St. Louis: Mosty Company

Suliha, dkk. (2001). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wales. (2007). Kanker Reproduksi pada Wanita. Dibuka pada Desember 2009 dar


(63)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Nama peneliti : Nur Ummi Eka Dharmayanti

Judul penelitian : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk Mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri yang terjadi pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Saya mengharapkan kesediaan saudari untuk memberikan jawaban/tanggapan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudari. Informasi yang saudari berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa sanksi apapun. Jika saudari bersedia menjadi responden dalam penelitian ini silahkan menandatangani kolom dibawah ini.

No. Responden : Tanggal : Tanda tangan :


(1)

agama

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 15 75.0 75.0 75.0

protestan 4 20.0 20.0 95.0

katolik 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

suku

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 6 30.0 30.0 30.0

jawa 8 40.0 40.0 70.0

aceh 2 10.0 10.0 80.0

melayu 4 20.0 20.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak

sekolah 2 10.0 10.0 10.0

SD 9 45.0 45.0 55.0

SMP 8 40.0 40.0 95.0

SLTA 1 5.0 5.0 100.0


(2)

pekerjaan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 17 85.0 85.0 85.0

pedagang 1 5.0 5.0 90.0

petani 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

T-TEST

PAIRS = sebelum WITH sesudah (PAIRED) /CRITERIA = CI(.95)

/MISSING = ANALYSIS.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean


(3)

Paired Samples Correlations

N

Correlatio

n Sig.

Pair 1

sebelum &

sesudah 20 .762 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

sebelum -


(4)

No Maret April Mei Juni November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan

topik atau judul penelitian 2. Mereview

topik atau judul

penelitian 3. Menetapkan

judul penelitian 4. Menyiapkan

proposal 5. Mengumpulk

an proposal 6. Perbaikan

proposal 7. Melakukan

penelitian 8. Menganalisis

data

9. Menyiapkan skripsi


(5)

Nama : Nur Ummi Eka Dharmayanti

Dosen Pembimbing : Siti Saidah Nst, S.Kp, MKep, Sp.Mat

Judul : Efektivitas pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi

No Tanggal Materi yang dikonsulkan

Saran Paraf

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 Maret 20 Maret 1 April 15 April 21 April 15 Mei 18 Mei 15 Juni 17 Desember 22 Desember Judul Bab 1

Bab 1 Bab 2

Bab 3 Bab 4 Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian Revisi Proposal Penelitian Bab 5

Bab 5 dan Bab 6

Perbaikan Judul + Buat bab 1 Perbaiki Latar Belakang + Buat Bab 2

ACC

Perbaiki Bahasa dan Kalimat Penghubung Antar Alinea + Buat Bab 3

Perbaiki Defenisi Operasional dan Skema + Buat Bab 4 ACC + Buat Kuesioner Perbaiki Kuesioner

ACC + Daftar Seminar

ACC

Perbaiki Pembahasan + Perbaiki Tabel + Buat Bab 6 ACC + Daftar Skripsi


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nur Ummi Eka Dharmayanti

Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh/ 30 September 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg.Golf No.4A, Medan

Riwayat pendidikan : 1. TK Bungong Jeumpa Banda Aceh (1992-1993) 2. SDN 064029 Medan (1993 -1999)

3. SLTPN 1 Tebing Tinggi (1999-2002) 4. SMAN 1 Tebing Tinggi (2002-2005) 5. D III Keperawatan USU (2005-2008) 6. S1 Keperawatan USU (2008)