Harga Diri Ideal Diri

2.3.3 Harga Diri

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri Sunaryo, 2004. Berger Williams 1992 mengemukakan bahwa harga diri merupakan derajat di mana seseorang menyukai atau tidak menyukai dirinya sendiri yang berkembang dari persepsi atas keberhasilan atau kegagalan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Derajat dari harga diri merupakan faktor yang penting dalam perkembangan psikososial dan motivasi Gibson 1980 dalam Potter Perry 1993. Sebagaimana individu ditempatkan pada peranan sosial, Ia dihargai dalam bentuk pujian atau dihukum dengan teguran, pukulan dan kritikan hal tersebut akan mempengaruhi harga dirinya Adapun aspek utama dari harga diri yaitu dicintai, disayangi, dikasihi dan mendapat penghargaan dari orang lain. Jika komponen-komponen tersebut buruk maka mengakibatkan harga diri rendah Suryono, 2004. Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi terjadi banyak perubahan fisik yang mempengaruhi aktivitas klien sehari-hari, hal ini juga mempengaruhi keadaan psikis klien. Jika klien tidak percaya diri dan tidak menerima keadaan yang dialaminya, hal ini membawa diri klien menjadi harga diri rendah. Adapun perilaku klien kanker yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan isolasi, menarik diri, dan merusak diri Keliat, 1998. Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial keluarga, budaya dan kepada siapa ingin dilakukan Keliat, 1992. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor budaya, ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan harga diri Suryono, 2004. 2.3.5 Peran Diri Peran diri adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat Tarwoto Wartonah, 2003. Hal ini dipengaruhi oleh citra diri, identitas diri berupa jenis kelamin dan konsep diri. Sebagai komponen dari konsep diri, peran seseorang berubah-ubah baik pada masa sekolah, ataupun dalam berkarir. Peran yang umumnya bersifat menetap adalah menjadi seorang wanita dan kemungkinan menjadi ibu atau istri, sedangkan yang bersifat sementara diantaranya menjadi seorang mahasiswa ataupun seorang atlet olimpiade Berger Williams, 1992. Brim Wheeler 1966 dalam Potter Perry 1993 membedakan sosialisasi anak dan dewasa. Dewasa lebih berkonsentrasi pada kehidupan yang sesuai saat ini dengan perannya daripada mempelajari nilai-nilai dasar dari suatu peran. Selain itu, seorang dewasa mengalami banyak peran dan harapan peran Universitas Sumatera Utara serta peningkatan spesifikasi peran disamping yang lebih mengarah pada hubungannya dengan orang lain. Berbeda dengan anak yang belajar tentang diri seseorang dan lingkungan sekitarnya. Setelah merasa nyaman dengan keadaan fisiknya dan membangun kepercayaan dengan orang tua, maka anak mulai bersosialisasi dengan anak yang lain. Anak akan berkembang dan belajar tentang peran kehidupan melalui sosialisasi. Dalam berinteraksi, seseorang perlu mengetahui diri mereka dalam hubungannya dengan orang lain dan apa yang diharapkan masyarakat atas kedudukannya. Ketika terjadi kerancuan peran, harapan menjadi tidak jelas dan seseorang tidak tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya serta memprediksi reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya Kozier et al, 1995. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan akan penampilan peran diri individu akan tercapai bila memiliki kepribadian yang sehat serta mempercayai dan terbuka pada orang lain, juga membina hubungan interdependen Tarwoto Wartonah, 2003. Setiap wanita mempunyai berbagai peran yang penting dalam kehidupannya baik sebagai istri, orangtua, ataupun pekerja. Namun, apabila wanita tersebut menderita kanker pada sistem reproduksi maka penyakit tersebut akan mempengaruhi peran klien seperti sediakala karena klien mengalami gejala yang sangat kompleks dan proses penatalaksanaan penyakit dapat mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari Keliat, 1998. Universitas Sumatera Utara

2.4 PENDIDIKAN KESEHATAN 2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan