Akidah pada Masa Sahabat Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam

Buku Guru Kelas X 102 c. Penjelasan tentang ihsan Ihsan yaitu manusia beribadah kepada Allah dengan peribadatan َبَل َط َو ٌةَبْغَر menginginkan dan mencari, seolah-olah ia melihat-Nya. Ia ingin sampai kepa- da-Nya, Derajat ihsan inilah yang paling sempurna. Jika tidak sampai pada keadaan ini, maka kepada derajat kedua, yaitu beribadah kepada Allah dengan peribadatan ٌبْرَه َو ٌفْوَخ rasa takut terhadap siksa-Nya. Karena itu nabi bersabda “jika kamu tidak melihat-Nya, maka Ia melihatmu. Pada masa Rasulullah, persoalan-persoalan yang yang berhubungan dengan akidah justru muncul dari kaum musyrikin dan munaiqin. Kaum musyrikin men- gangkat permasalahan qadar tujuannya ialah untuk membenarkan perbuatan jahat dan dosa yang mereka kerjakan, yaitu menisbatkan perbuatan mereka kepada kehen- dak Allah. Di bawah ini beberapa penyimpangan akidah pada zaman Rasulullah : Prasang- ka buruk kaum jahiliyah, sebagaimana irman Allah ketika kaum musyrik menang pada perang Uhud. Sebagian kaum Muslimien menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum muslimin dari kaum kair. ْمُهْتَمَه َ أ ْدَق ٌةَفِئا َطَو ْمُكْنِم ًةَفِئا َط َشْغَي اًساَعُن ًةَنَم َ أ ِّمَغ ْ لا ِدْعَب ْنِم ْمُكْيَلَع َلَزْن َ أ َمُث ٍءْ َش ْنِم ِرْمَأْا َنِم اَ َن ْلَه َنْوُلْوُقَي ِةَيِلِهاَْلا َنَظ ِّقَْلا َ ْيَغ ِ ٰلاِب َنْوُنُظَي ْمُهُسُفْنَأ Artinya: Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mere- ka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini? QS. Ali Imrān [3]:154

3. Akidah pada Masa Sahabat

Masa sahabat khususnya pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq 11-13 H, dan pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab 13-23 H, pembahasan ma- salah-masalah akidah belum muncul. Mereka merumuskan ajaran akidah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw. dan mereka juga pemahaman ayat-ayat dengan mak- na apa adanya, tanpa memberikan penta’wilan. Oleh sebab itu selama kurang lebih dua dekade ini, nyaris tidak ada persoalan-persoalan serius dalam masalah akidah. Akan tetapi setelah Khalifah Utsman bin Affan 23-35 H melakukan perubahan dalam sistem administrasi pemerintahannya yang lebih cenderung nepotisme kekel- uargaan, timbul kekacauan politik, yang mencapai klimaks pada masa pemerintah Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga terjadi perang saudara dan mengakibatkan umat Islam terpecah belah. Perpecahan politik ini menimbulkan akibat munculnya berbagai ILMU KALAM Kurikulum 2013 103 pemikiran teologi, sehingga berkembang perdebatan-perdebatan panjang dan menimbul- kan berbagai aliran dalam Ilmu Kalam.

4. Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam

Pasca wafatnya Rasulullah Saw., kaum muslimin berkumpul di Saqifah bani Sâ’adah untuk memilih khalifah pengganti Rasulullah Saw. Terpilihlah Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Khalifah dan kemudian digantikan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Ketika meninggal, Umar bin Khattab digantikan oleh khalifah Usman bin Affan, seorang yang saleh dan berilmu tinggi. Sebagai anggota keluarga pedagang Makkah yang cukup ter- kemuka, Usman bin Affan memiliki kemampuan administratif yang baik, tetapi lemah dalam kepemimpinan. Kelemahan Usman bin Affan yang mencolok dan mengakibatkan ketidaksenangan ke- pada beliau adalah ketidak-mampuan mencegah ambisi di lingkungan keluarganya untuk menempati kedudukan- kedudukan penting di lingkungan pemerintahan. Akibatnya banyak orang yang tidak senang. Lalu ada lagi orang-orang yang menggunakan kesem- patan untuk memprovokasi guna memperoleh keuntungan pribadi. Di Mesir, penggan- tian gubernur yang diangkat Umar bin Khattab, yakni Umar Ibnu al-Ash dengan Abdul- lah Ibnu Sa’d, salah seorang keluarga Utsman, mengakibatkan pemberontakan. Mereka mengerahkan pasukan menyerbu Madinah dan Abdullah bin Saba’ berhasil membunuh Khalifah. Peristiwa pembunuhan Khalifah ini dikenal sebagai Al-Fitnatul Kubro yang pertama. Ketika Utman bin Affan wafat, musyawarah para pemimpin kelompok dan suku menetapkan Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya. Tetapi kemudian beliau ditentang oleh beberapa pihak, antara lain oleh Thalhah dan Zubair, yang dibantu oleh Aisyah isteri Rasulullah Saw. Penentangan timbul terutama karena Ali bin Abi Thalib dianggap tidak tegas dalam mengadili pembunuh Utsman. Setelah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan perpecahan memuncak, kemudian terjadilah perang Jamal yaitu perang antara Ali dengan Aisyah dan perang Sifin yaitu perang antara Ali dengan Mu’awiyah. Tentara gabungan pimpinan Thalhah, Zubeir dan Aisyah dikalahkan dengan telak. Tholhah dan Zubeir terbunuh, sedang Aisyah yang tertangkap kemudian dikirimkan kembali ke Madinah. Tantangan datang dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Damaskus yang masih keluarga Utsman bin Affan. Dia menuntut Ali bin Abi Thalib agar segera mengadili para pembunuh khalifah ketiga itu. Sementara Ali bin Abi Thalib melihat bahwa situ- asi dan kondisi pada waktu itu tidak memungkinkan untuk menangkap dan mengadili pelaku pembunuhan khalifah Ustman. Perselisihan antara kubu Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah akhirnya semakin meruncing. Muawiyah tetap bersikukuh pada pendi- riannya, demikian juga dengan Ali bin Abi Thalib. Akhirnya, Muawiyah memutuskan Buku Guru Kelas X 104 untuk melawan Ali bin Abi Thalib dengan kekuatan militer. Terjadilah pertempuran he- bat antara pasukan Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah. Hampir saja, pasukan Ali bin Abi Thalib dapat memenangkan pertempuran. Namun kemudian Muawiyah menawarkan perdamaian. Peristiwa itu disebut dengan al-tahkîm yakni mengangkat Kitab Al-Quran di atas tombak. Kedua belah pihak sepakat untuk bersama-sama Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyyah bin Abu Sofyan meletakkan jabatan masing- masing. Tahkim ini dari pihak Ali bin Abi Thalib diwakili oleh Abu Musa, dan pihak Muawiyyah diwakili oleh Amr bin al-Ash. Tahkim berujung dengan kericuhan, disebabkan oleh Amr bin al-Ash. Pengundu- ran Ali bin Abi Thalib dari Khalifah disetujui dan diterima oleh Amr bin al-Ash, dan ia menetapkan jabatan Khalifah pada Muawiyyah. Pendukung Ali bin Abi Thalib selanjutnya disebut dengan golongan Syiah. Kenyata- annya, tidak semua pengikut Ali bin Abi Thalib menyetujui tahkîm. Mereka mengang- gap bahwa tahkîm hanyalah sekedar makar politik Muawiyah. Kelompok itu kemudian memisahkan diri dan membentuk partai baru yang disebut dengan golongan Kha- warij. Golongan ini menganggap Ali bin Abi Thalib, Musa Al-Asy’ari, Muawiyyah dan Amr bin al-Ash kair dan harus dituntut. Mereka itu mesti dibunuh.Konsep kair yang dianut oleh Khawarij berkembang menjadi faham bahwa orang yang berbuat dosa besar pun dianggap kair. Dari peristiwa perang Sifin tersebut timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah menjadi banyak diantaranya yaitu tiga golongan yakni golongan khawarij adalah suatu sektekelompok aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidak sepakatan terhadap putusan Ali yang menerima arbitrase tahkim dalam perang Sif- in pada tahun 37H648 M, dengan kelompok bughot pemberontak Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Golongan Murji`ah adalah orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kia- mat kelak. Golongan ketiga adalah syi`ah yaitu orang-orang yang tetap mencintai Ali dan keluarganya. Sedangakan Khawarij memandang bahwa Ali, Muawiyah, Amr ibn Al Ash, Abu Musa AlAsy`ari. Yang menerima abitrase tahkim adalah kair. Masalah akidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat Islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Muktazilah. Kemudian, lahirlah imam Abu Mansur Al-Maturidi yang berusaha menolak golongan yang berakidah batil. Mereka membentuk aliran Al-Maturidiah. Kemudian muncul pula Abul Hasan al-Asy’ari yang telah mengumumkan keluar dari kelompok Muktazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian dengan para ulama dari ka- langan fuqaha dan ahli hadis. Dia dan pengikutnya dikenal sebagai aliran Asyariyah. Dan dua kelompok ini dikenal dengan kelompok Ahlus Sunnah wal Jamaah. ILMU KALAM Kurikulum 2013 105

5. Faktor-Faktor Timbulnya Aliran-Aliran Ilmu Kalam a. Faktor dari Dalam Internal