Buku Guru Kelas X
26
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan: 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian tauhid dalam ajaran Islam dengan benar.
2. Siswa dapat menunjukkan dasar- dasar tauhid dalam ajaran Islam dengan benar. 3. Siswa dapat menjelaskan tujuan tauhid dalam ajaran Islam dengan benar.
4. Siswa dapat mengidentiikasi istilah-istilah tauhid dalam ajaran Islam dengan benar. 5. Siswa dapat mengklasiikasikan macam-macam tauhid dalam ajaran islam dengan benar.
6. Siswa dapat menunjukkan contoh tauhid dalam ajaran Islam dengan benar.
Materi Pokok 1. Pengertian Tauhid dan Ilmu Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata
ًدْيِحْوَت - ُدِحَوُي -َدَحَو
Secara etimol- ogis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Esa, Tunggal,
Satu. Mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah atau mengesakan Allah. Ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang pokok-pokok akidah agama den-
gan berlandaskan dalil-dalil yang pasti terutama sekali yang berhubungan dengan wujud Al- lah dengan segala kesempurnaan sifat-sifat-Nya
2. Pokok Pembahasan Ilmu Tauhid
a. Keesaan Dzat Keesaan Dzat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa
Alah Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Al-Quran menegaskan:
ُديِمََْلا ُ ِنَْغلا َوُه ُ ٰلاَو ِ ٰلا َىِإ ُءاَرَقُفْلا ُمُتْن َ
أ ُساَنا اَُهي َ
أ َاي
Artinya Wahai seluruh manusia kamulah yang butuh kepada Allah dan Allah Mahakaya tidak
membutuhkan sesuatu lagi Maha Terpuji” QS. Fat ̣ir [35]: 15.
b. Keesaan Sifat Adapun keesaan sifat-Nya, antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak
sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk. Seperti irman Allah dalam QS. al-Fatih ̣ah [1]: 3,
ILMU KALAM Kurikulum 2013
27
ِمْيِحَرلا ِنَ ْحَرلا
Artinya Maha Pemurah lagi Maha Penyayang QS. al-Fatih ̣ah [1]: 3.
c. Keesaan Perbuatan Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam raya ini, baik
sistem kerjanya maupun sebab dan wujud-Nya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata. Sebagaimana irman- Nya,
ُنْوُكَيَف ْنُك ُ َه َلْوُقَي ْنَأ اًئْيَش َداَرَأ اَذِإ ُهُرْمَأ اَمَنِإ
Artinya Sesungguhnya keadaan-Nya bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata, ‘Jad-
ilah’ Maka jadilah ia QS. Yāsīn [36]: 82.
d. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya Mengesakan Allah dalam beribadah menuntut manusia untuk melaksanakan
segala sesuatu demi karena Allah, baik sesuatu itu dalam bentuk ibadah mahdhah murni, maupun selainnya. Seperti irman-Nya,
َ ْنِمَلاَعْلا ِّبَر ِ َِِل ِتاَمَمَو َياَيْحـَمَو ِكُسُنَو ِت َا َص َنِإ ْلُق
Artinya Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, seterusnya kare-
na Allah, Pemelihara seluruh alam QS. al-An’ām [6]:162.
3. Tauhid Sebagai Inti Pengalaman Beragama
Agama adalah itrah bagi setiap manusia. Setiap manusia memiliki kesadaran akan eksistensi adanya Tuhan, sebagai inti dari pengalaman keberagamaannya. Manusia
menemukan bahwa pada dirinya terdapat keimanan dan keyakinan terhadap Tuhan dan nilai-nilai kebenaran. Meskipun demikian, manusia memiliki kecenderungan untuk berubah
dari masa ke masa dikarenakan disorientasi itrah yang dimilikinya. Karena itulah, manusia memerlukan petunjuk, dirumuskan dalam ajaran agama yang membimbing manusia ke jalan
yang benar. Islam datang sebagai penutup agama samawi, setelah sebelumnya didahului oleh Yahudi
Buku Guru Kelas X
28 dan Nasrani. Seorang muslim dalam hidupnya dengan sadar mengakui eksistensi Allah seb-
agai Tuhannya dan Tuhan bagi semesta alam. Syahadat dalam Islam, yang berlafal:
ٰلا َاإ َ َهِإ َا
Tiada Tuhan selain Allah, bermakna dua, nafy peniadaan dan ithbat penetapan yang berarti peniadaan Tuhan lain selain Allah, dan penetapan Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Konsep Tauhid ini mengajarkan bahwa Allah sebagai Tuhan, memiliki entitas yang berbeda dengan makhluk- Nya. Konsep ini dikenal dengan dualisme, adanya dua entitas yang eksis di
dunia: Pencipta dan ciptaan. Pencipta adalah Allah, sedangkan ciptaan adalah segala sesuatu selain Allah. Dengan demikian, tidaklah mungkin bagi ciptaan untuk menempati posisi Pen-
cipta, karena Pencipta adalah Zat yang Absolut. Manusia diciptakan dengan status khalifah di muka bumi. Khalifah adalah wakil dari
Allah, untuk mewujudkan khilafah sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Kekhilafahan ma- nusia bukanlah tanpa sebab, ia adalah ciptaan yang memiliki kapabilitas untuk melaksanakan
kehendak Tuhan, atas kehendaknya sendiri. Kebebasan, adalah hal yang membedakan antara manusia dan malaikat. Malaikat tidak memiliki kebebasan, selalu mentaati perintah-Nya.
Manusia memiliki hak prerogatifnya, yaitu memilih dengan kehendaknya sendiri.
Dengan pemberian ini, manusia memiliki peran untuk menjalankan kehendak Allah di muka bumi. Maka tidaklah mungkin, manusia dibiarkan begitu saja dalam keadaan tersesat
tanpa petunjuk. Untuk mengetahui kehendak-Nya, Allah memberikan apa yang disebut den- gan wahyu kepada mereka yang dikehendaki-Nya untuk menjadi utusan.
Dengan semua kemampuannya, manusia menjadi makhluk yang paling berkompeten un- tuk memakmurkan bumi. Manusia memiliki potensi untuk mengembangkan peradaban,
teknologi, masyarakat dan semua yang dibutuhkannya, berbeda dengan eksistensi lainnya, manusia sebagai makhluk yang berkembang, mengembangkan kebudayaannya dari waktu ke
waktu. Potensi itu terwujud dengan status manusia sebagai khalifah di muka bumi.
4. Tauhid Sebagai Worldview Islam