Keadaan akidah masa Nabi Saw. Keadaan akidah masa Sahabat Sejarah singkat pertumbuhan Ilmu Kalam

ILMU KALAM Kurikulum 2013 115 1. B 2. D 3. A 4. A 5. A 6. D 7. C 8. D 9. A 10. D 11. C 12. A 13. B 14. A 15. B 16. A 17. E 18. E 19. B 20. B Uraian 1. Penyimpangan akidah sebelum masa Nabi Muhammad Saw. a. Masa Nabi Nuh as Kemusyrikan baru muncul pada masa Nabi Nuh. Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh as. adalah 10 generasi. Pada masa Nabi Nuh terjadilah penyembahan terhadap berhala yang bernama: Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Nabi Nuh berdakwah untuk mengembalikan kaumnya ke jalur Tauhid, namun mereka menolak dan akhirnya mereka ditenggelamkan oleh air bah.QS. Nuh: 23-24 b. Masa Nabi Ibrahim As. Kesyirikan muncul kembali pada masa Nabi Ibrahim. Beliau berusaha untuk membimbing kaumnya untuk kembali menyembah kepada Allah setelah kaumnya menyembah berhala, tapi mereka menolaknya.QS. al An’am [7]:74 c. Masa Nabi Hud As. Pada masa Nabi Hud penyimpangan akidah berupa perbuatan syirik kembali menjadi anutan kaumnya. Nabi Hud diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaumnya. Tapi mereka tak bergeming sedikitpun.QS. Hud: 53 d. Masa Nabi Musa As. Pada masa Nabi Musa As., ketika masih berada di Mesir, dia harus berhadapan dengan seorang penguasa bengis, dan diktator yang dijuluki Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai Tuhan.QS. an-Nāzi’āt: 24

2. Keadaan akidah masa Nabi Saw.

Masa Rasulullah Saw. merupakan periode pembentukan dan pembinaan akidah. Segala masalah yang kabur segera dikembalikan langsung kepada Rasulullah Saw. sehingga segala potensi perpecahan di internal umat Islam dapat diantisipasi. Buku Guru Kelas X 116 Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah Swt. dan Rasul-Nya serta menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan.

3. Keadaan akidah masa Sahabat

Masa sahabat khususnya pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq 11- 13 H, dan pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab 13-23 H, pembahasan masalah-mas- alah akidah belum muncul. Mereka merumuskan ajaran akidah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw. dan mereka juga pemahaman ayat- ayat dengan makna apa adanya, tanpa memberikan pen- ta’wil-an. Oleh sebab itu selama kurang lebih dua dekade ini, nyaris tidak ada persoalan-persoalan serius dalam masalah akidah. Akan tetapi setelah Khalifah Utsman bin Affan 23-35 H melakukan perubahan dalam sistem administrasi pemerintahannya yang lebih cenderung nepotisme kekeluargaan, tim- bul kekacauan politik, yang mencapai klimaks pada masa pemerintah Khalifah Utsman bin Affan Ali bin Abi Thalib, sehingga terjadi perang saudara dan mengakibatkan umat Islam terpecah belah. Perpecahan politik ini menimbulkan akibat munculnya berbagai pemikiran teologi, sehingga berkembang perdebatan-perdebatan panjang dan menimbulkan berbagai aliran dalam Ilmu Kalam.

4. Sejarah singkat pertumbuhan Ilmu Kalam

Setelah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan perpecahan memuncak, kemudian ter- jadilah perang Jamal yaitu perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Aisyah dan perang Sifin yaitu perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abu Sofyan. Tentara gabungan pimpinan Thalhah, Zubeir dan Aisyah dapat dengan mudah dikalahkan oleh pasukan Ali bin Abi Thalib. Tholhah dan Zubeir terbunuh, sedang Aisyah yang tertangkap kemudian dikirim- kan kembali ke Madinah. Muawiyah memutuskan untuk melawan Ali bin Abi Thalib dengan kekuatan militer. Ter- jadilah pertempuran hebat antara pasukan Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah. Hampir saja, pasukan Ali bin Abi Thalib dapat memenangkan pertempuran. Namun kemudian Muawiyah menawarkan perdamaian. Peristiwa itu disebut dengan tahkîm atau arbritase yang ditandai dengan mengangkat Al-Qur’an di atas tombak Muawiyah bin Abi Sufyan. Kedua belah pihak sepakat untuk bersama-sama Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan Muaw- iyyah bin Abu Sofyan meletakkan jabatan masing-masing. Tahkim ini dari pihak Ali bin Abi Thalib diwakili oleh Abu Musa al-Asyari, dan pihak Muawiyyah diwakili oleh Amr bin al- Ash. Tahkim berujung dengan kericuhan, disebabkan oleh Amr bin al-Ash. Pengunduran Ali bin Abi Thalib dari Khalifah disetujui dan diterima oleh Amr bin al-Ash, dan ia menetap- kan jabatan Khalifah pada Muawiyyah. ILMU KALAM Kurikulum 2013 117 Pendukung Ali bin Abi Thalib selanjutnya disebut dengan golongan Syiah. Kenyataann- ya, tidak semua pengikut Ali bin Abi Thalib menyetujui tahkim. Mereka menganggap bah- wa tahkim hanyalah sekedar makar politik Muawiyah. Kelompok itu kemudian memisahkan diri dan membentuk partai baru yang disebut dengan golongan Khawarij. Golongan ini men- ganggap Ali bin Abi Thalib, Musa al Asy’ari, Muawiyyah dan Amru bin Ash kair dan harus dituntut. Mereka itu mesti dibunuh. Konsep kair yang dianut oleh Khawarij berkembang menjadi faham bahwa orang yang berbuat dosa besar pun dianggap kair. Dari peristiwa perang Sifin tersebut timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, mas- ing-masing kelompok juga terpecah belah menjadi banyak diantaranya yaitu tiga golongan yakni golongan khawarij adalah suatu sektekelompokaliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidak sepakatan terhadap putusan Ali yang me- nerima arbitrase tahkim dalam perang Sifin pada tahun 37H648 M, dengan kelompok Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Golongan Murji`ah adalah orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak. Golongan ketiga adalah Syi`ah yaitu orang-orang yang tetap mencintai Ali dan kelu- arganya. Sedangakan Khawarij memandang bahwa Ali Muawiyah, Amr Ibn al Ash, Abu Musa al Asy`ari, yang menerima abitrase tahkim adalah kair, sebagaimana dijelaskan dalam al- Qur`an. Sejak peristiwa tersebut, masalah akidah menjadi perdebatan yang hangat di ka- langan umat Islam. Setelah peristiwa tahkim, dan masa pemerintahan dinasti Umaiyah dan dinasti Abbasiyah tumbuh berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mutazilah. Kemudian, lahirlah imam Abu Mansur Al -Maturidi yang berusaha menolak golongan yang berakidah batil. Mereka membentuk aliran Al-Maturidiah. Kemudian muncul pula Abul Hasan al Asy’ari yang telah mengumumkan keluar dari kelompok Muktazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian dengan para ulama dari kalangan fuqaha dan ahli hadis. Dia dan pengikutnya dikenal sebagai aliran Asya’irah. Dan dua kelom- pok ini dikenal dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

5. Faktor perkembangan Ilmu Kalam