24
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil Masnur muslich, 2011: 84.
Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses dimana peserta didik diajarkan nilai-nilai agar
memiliki perilaku manusia insan kamil.
4. Nilai-Nilai Pembentuk Karakter
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan perbukuan: Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter 2011: 7-8. Satuan
Pendidikan Sebenarnya
selama ini
sudah mengembangkan
dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional
satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi
pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik pusat kurikulum. Nilai
prakondisi yang dimaksud seperti: keagamaan, gotong royong, kebersihan, kedisiplinan, kebersamaan, peduli lingkungan, kerja keras, dan
sebagainya.Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang
bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
a. Religius b. Jujur
c. Toleransi d. Disiplin
25
e. Kerja keras f.
Kreatif g. Mandiri
h. Demokratis i.
Rasa ingin tahu j.
Semangat kebangsaan k. Cinta tanah air,
l. Menghargai prestasi
m. Bersahabatkomunikatif n. Cinta damai
o. Gemar membaca p. Peduli lingkungan
q. Peduli sosial r.
Tanggung jawab. Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa,
namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pngembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah dikembangkan.
Pemilihan nilai-nilai tersebut yang beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks,
sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang dikembangkan antara satu sekoalah dan atau daerah satu
dengan lainya. Implementasi nilai-nilai karakter yang dikembangkan dapat
26
dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah di laksanakan, seperti: bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
5. Implementasi Pendidikan Karakter
Manusia Indonesia yang terbentuk melalui pendidikan karakter yang berkelanjutan mulai dari tingkat TK sampai ke perguruan tinggi selayaknya
mampu mewujudkan keterpaduan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam prinsip olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa karsa. Maka dari itu
landasan yuridis formal implementasi pendidikan karakter di Indonesia adalah konstitusi nasional Undang-undang Dasar 1945 Muchlas Samani
dan Hariyanto, 2012: 25-26. Lebih lanjut Muchlas Samani dan Hariyanto 2012: 221, jauh
sebelum pemerintah berkeinginan melaksanakan pendidikan karakter di Indonesia sejak tahun 2010, sejumlah sekolah yang sering disebut sekolah
unggul oleh masyarakat, telah lama melakukan implementasi pendidikan karakter sesuai visi dan misi sekolah yang bersangkutan.
Namun menurut
pendapat Rochmat
wahab untuk
mengimplementasikan pendidikan karakter tidaklah mudah karena ada minimal 2 dua factor penting, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, bahwa tidak semua individu itu memiliki kesiapan, kemampuan, dan kemauan untuk berperilaku baik, bahkan ada
kecendrungan perbuatan merusak seringkali tampak dominan. Tidak semua pendidik memiliki kemampuan dan penguasaan bidang agama,
sehingga ada rasa takut untuk mengimplementasikan dalam proses
27
pendidikan. Disamping itu masih adanya kecendrungan untuk agresif, kurang empati, dan akomodatif terhadap orang lain yang berbeda
pendapat dan keinginan. b. Faktor
eksternal, adanya
budaya asing
yang agresif
untuk mengkontaminasi budaya kita, terutama di era informasi yang sangat
terbuka. Adanya lingkungan masyarakat yang tak peduli terhadap perilaku yang tercela di tengah-tengah masyarakat.
staff.uny.ac.id...kontribusi-uny-untuk-pendidikan-karakter.pdf
C. Homeschooling