itu, karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan Lachman, dkk., 1994.
2. Fenomena Gel
a. Hidrasi
Gel non elastis yang terhidrasi tidak dapat kembali menjadi bentuk awalnya, tetapi gel yang elastis ketika terhidrasi akan berubah kembali menjadi
bentuk awalnya. b.
Swelling Swelling atau mengembang adalah peristiwa terserapnya cairan atau
kelembaban oleh gelling agent. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam gelling agent dan menghasilkan matriks yang sehingga mengakibatkan peningkatan volume.
c. Sineresis
Sineresis adalah peristiwa mengkerutnya gel secara alami akibat kehilangan cairan dari massanya karena ketidakstabilan. Cairan dalam gel akan
bergerak menuju permukaan karena kerenggangan antar matriks. Allen dkk., 2002.
3. Komponen penyusun gel
a. Gelling agent
Gelling agent merupakan pembentuk struktur gel, komponen ini sangat berpengaruh pada sifat fisik gel. Gelling agent harus bersifat aman, tidak bereaksi
dengan komponen penyusun gel lain dan inert. Jumlah gelling agent yang akan ditambahkan dalam gel tergantung pada karakteristik gel seperti apa yang ingin
dihasilkan. Semakin banyak yang jumlah gelling agent yang ditambahkan maka gel akan semakin kental viskositas meningkat Zats dkk., 1996.
b. Humektan
Humektan adalah bahan yang dapat mempertahankan kandungan air pada sediaan dan lapisan kulit terluar pada saat produk diaplikasikan. Komponen ini
bersifat higroskopik sehingga mampu mempertahankan kelembaban saat diaplikasikan pada kulit. Humektan yang sering digunakan dalam formulasi gel
adalah sorbitol, propilen glikol dan gliserol Zocchi, 2011. Humektan membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menahan air
keluar dari kulit dan mengikat air dari udara lingkungan ke dalam kulit Rawlings, Harding, Watkinson, Chan, dan Scott, 2002.
c. Pengawet
Pengawet ditambahkan dalam obat dan kosmetik yang bersifat aqueous untuk mencegah kontaminasi mikroba. Produk obat atau kosmetik yang
mengandung banyak air memungkinkan terjadinya pertumbuhan mikroba yang lebih besar sehingga pengawet harus ditambahkan kedalamnya. Tetapi
penggunaan pengawet harus sangat dikontrol karena pengawet dalam dosis besar dapat menyebabkan iristasi, terlebih lagi pada produk yang digunakan dalam
jangka waktu lama Kabara dan Orth, 1996. d.
Chelating agent Chelating agent adalah zat yang molekulnya dapat berikatan dengan
logam berat. Penambahan chelating agent bertujuan untuk mengatasi katalisis
akibat kontak antara logam berat dan bahan – bahan yang terdapat dalam
formulasi. Contoh yang sering digunakan adalah EDTA Anonim, 2016.
4. Kontrol kualitas gel