Undang-Undang Desain Industri Hak Cipta dan Pemalsuan Lukisan

96 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK

4. Undang-Undang Desain Industri

Untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi pedesain sebagai bagian dari sistem Hak kekayaan intelektual. Hal ini terkait dengan seni budaya etnis bangsa Indonesia yang sangat beraneka ragam sebagai sumber pengembangan desain industri. Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Pedesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Industri. Desain Industri yang mendapat perlindungan adalah Desain Baru. Desain industri dianggap baru apabila pada Tanggal Penerimaan, Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Yang berhak memperoleh Hak Desain Industri adalah Pedesain atau yang menerima hak tersebut dari pedesain. Dalam hal pedesain terdiri dari beberapa orang secara bersama, Hak Desain Industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali bila diperjanjikan lain. Desain industri dalam konteks ini merupakan bidang profesi yang memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan barang industri itu.

5. Hak Cipta dan Pemalsuan Lukisan

Undang-Undang Hak Cipta tidak membahas masalah “pemalsuan lukisan”, suatu fenomena yang men-dunia, termasuk di Indonesia. Karya-karya pelukis Indonesia terkemuka seperti Raden Saleh, Afandi, S.Soedjojono, Basoeki Abdullah, Hendra Gunawan, Trubus, Dullah, Le Man Fong, Ahmad Sadali, Popo Iskandar, Jeihan, sekedar contoh, banyak dipalsukan orang untuk mendapatkan keuntungan inansial. Dalam undang-undang hak cipta belum ada pasal-pasal yang berkaitan dengan pemalsuan lukisan ini. Deskripsi berikut kiranya dapat memberikan wawasan baru tentang hal ini. Eddy Soetriyono melaporkan “Kasus yang baru dan menghentak masyarakat pencinta seni rupa di Indonesia adalah soal “lukisan kembar” Raden Saleh dalam lelang Christie’s bertajuk Southeast Asian and Modern Indian Painting, Including Contemporary Art, edisi 29 Mei 2005, di Hongkong. Balai lelang ini menawarkan lot 21 berupa lukisan Raden Saleh berjudul deskriptif: A Family promenades along a path with two tigers in wait and the Borobudur in the background, berukuran 112 x 156 cm dan ditandatangani dengan tahun 1849. Lukisan ini “hampir” dengan seluruh bagiannya mirip dengan karya Raden Saleh yang pernah di lelang di Sotheby’s bertajuk Southeast Asian Painting edisi 3 Oktober 1999 di Singapura dengan judul Lying in Wait Mengintai dan sudah terbeli dengan harga S 2.423.750 sekitar Rp 14 milyar. Kedua lukisan itu dinyatakan “asli” oleh ahli yang sama.” Di unduh dari : Bukupaket.com Seni Budaya 97

6. Dewan Hak Cipta